Herman

HAN dan komputer saya

Saya kaget dan senyum-senyum sendiri ketika membolak-balik Koran Tempo hari ini. Memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada hari ini, Rabu, 23 Juli 2008, koran ibukota ini menyediakan suplemen khusus tentang anak. Bagian depan suplemen bergambar seorang anak yang sedang bermain layang-layang di tengah padang rumput dengan latar depan bunga dan kupu-kupu yang kesemuanya begitu indah menurut saya.













Gambar itu sama persis dengan wallpaper di komputer saya. Satu kebetulan memang. Gambar ini bisa diunduh di stock.xchng yang menyediakan foto-foto dan gambar dengan resolusi tinggi. Anda bisa mendapatkan dengan gratis untuk foto-foto tertentu seperti wallpaper komputer meja saya itu, dan ada pula yang berbayar alias harus beli karena merupakan karya "ahli foto" alias fotografer yang mau jualan lewat website tersebut. Anda harus mendaftar terlebih dahulu untuk bisa menikmati keindahan foto-foto di sana.

Selanjutnya, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Anak untuk Anda semua. Semoga kita bisa lebih menghargai anak-anak kita, mendampingi mereka dalam masa tumbuh kembang yang kelak akan menentukan masa depan bangsa ini.

Baca selengkapnya....
Herman

Hamil bareng

Bagaimana pendapat Anda, jika dalam satu sekolahan siswi-siswinya bersepakat untuk hamil bareng-bareng? Bagaimana pula tanggapan Anda kalau satu dari sekian mereka itu adalah anak Anda sendiri?

Di negara bagian Massachusetts, AS, ada sejumlah siswi yang berusia kurang dari 16 tahun hamil bersama-sama. Yang tidak jadi hamil malah gelisah sebab tidak bisa hamil bareng teman-temannya. Ah... beberapa teman saya yang sudah menginjak usia 30 tahun dan sudah menjalani masa perkawinan enam tahun masih gelisah belum mendapat kesempatan hamil. Di jalan Dewi Sartika, Cawang, Jakarta Timur ada seorang terapis tradisional yang bisa membuat sejumlah teman-teman saya di kantor hamil hanya berselang beberapa bulan. Nah, kalau teman-teman saya ini memang tidak bisa hamil bareng, sebab mereka datang ke terapis satu-satu setelah mengetahui teman lainnya sudah terbukti bisa hamil. Kantor saya malah kelabakan karena satu-satu stafnya cuti melahirkan. Hingga saat ini masih ada 3 orang yang cuti melahirkan, setelah sebelumnya juga ada 3 orang yang menyudahi cuti yang sama.

Anak-anak sekolahan di Massachusetts itu mungkin sekali hamil karena tren anak-anak seusia mereka saat ini. Mungkin kerena dianggap "keren" bisa hamil, mereka bersepakat untuk berada dalam kondisi hamil dalam rentang waktu bersamaan. Seperti film American Pie, dimana anak-anak tingkat akhir SLTA, pada malam kelulusan sekolah yang dirayakan, berjuang supaya pada saat itu sudah tidak ada lagi diantara mereka yang belum merasakan s*nggam*. Saking inginnya bisa merasakah hubungan badan, salah seorang anak akhirnya melakukan "itu" dengan ibu temannya sendiri.

Bagaimana pendapat Anda tentang ini semua?

Baca selengkapnya....
Hening

Tidak jadi pulang kampung

"Ayah, kenapa Zahid ga jadi pulang kampung....?"
"Zahid jadi sedih, Zahid kan sudah siap pulang kampung."

Miris juga melihat raut sedih anak kami yang merasa kecewa tidak jadi mudik ke ke rumah mbahnya. Sedari siang ia tidur pulas, kata ibunya. Ibunya juga kecewa karena harus menjelaskan ke anak kami bahwa kereta semuanya penuh terisi. Tidak ada kursi tersisa.

Saya sudah minta izin keluar dari kantor pukul 15.00 kemarin. Tujuannya untuk membeli tiket di stasiun Jatinegara. Setelah tiba di stasiun, saya perhatikan loket khusus penjualan di hari keberangkatan untuk kelas bisnis dan eksekutif masih tertutup. Seorang ibu yang berdiri di depannya mengatakan kalau loket akan di buka pada pukul 17.00. Ia pun sedang menunggu loket itu terbuka, ia akan berangkat ke tujuan yang sama, Stasiun Balapan Solo.

Libur sekolah selama 2 pekan menjadi begitu pendek untuk Ibunya Zahid. Sebagai seorang guru, ia hanya mendapat jatah libur selama sepekan. Agenda libura kali ini antara lain, bersilaturahhim dengan keluarga, reuni akbar alumni pesantren tempat dulu ia menimba ilmu yang akan berlansung pada 4 Juli nanti, serta menghadiri acara pernikahan teman di Tempel-Sleman-Yogyakarta.

Semula, rencana keberangkatan pada hari Ahad, 29 Juni. Namun saya teringat cerita teman di kantor kalau tiket kereta ke arah timur pulau Jawa untuk semua kelas telah tak bersisa. Saya pikir, kalau membeli tiket hari Senin tentunya masih ada. Mungkin hari Ahad adalah puncak keberangkatan mereka yang berlibur. Di tengah antrian menunggu loket dibuka, saya bercerita pada salah seorang pengantri di belakang saya, "di Yogya, ada beberapa layar monitor yang menampakkan jumlah kursi pada setiap gerbong yang masih tersedia atau tidak untuk penumpang". Orang itu mengatakan, "ada kok mas, di sebelah sana." Saya menuju pojok stasiun yang ia tunjukkan. Benar saja, hingga tanggal 5 Juli semua bangku telah terisi. Kebiasaan petugas stasiun terus menjual tiket meski bangku telah penuh sudah berlangsung sejak saya belum menginjakkan kaki di kendaraan penumpang massal ini.

Apa boleh buat, saya hubungi istri untuk mempertimbangkan lagi rencana mudik kali ini. Nyatanya istri pun memutuskan tidak jadi berangkat, meski dengan hati berat. Kalau pun berangkat pada tanggal 6 Juli, jelas tidak mungkin, sebab tanggal 7 Juli sudah harus masuk sekolah lagi. Guru-guru sekolah di tempatnya bekerja sudah memulai aktivitas berupa Rapat Kerja. Semuanya, tidak boleh tidak, harus hadir.

Lebaran yang tidak seberapa lama lagi benar-benar harus disiasati. Pesanlah tiket jauh-jauh hari kalau ingin mudik kembali.

Baca selengkapnya....

Blogger Templates by Blog Forum