tag:blogger.com,1999:blog-32981424138462551122024-03-13T19:09:43.170+07:00Gado-Gado Heningtentang hal-hal yang sempat kami tuliskanHeninghttp://www.blogger.com/profile/04932098505547372149noreply@blogger.comBlogger215125tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-50756308055730933312019-08-21T14:05:00.002+07:002019-08-21T14:05:36.035+07:00BUKA dan Pentingnya Kepemimpinan Perempuan Buruh
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i><span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Oleh:
Saherman</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Di tahun 1975, Barbara Wertheimer
dan Anne Nelson melahirkan sebuah buku berjudul <i>Union Women: A Study of
Their Participation in New York City Locals</i>, sebuah buku yang merangkum
hasil survey terhadap 108 warga New York, Amerika Serikat, yang tercatat
sebagai anggota tujuh serikat buruh pada perusahaan swasta dan lembaga
pemerintah. Temuannya adalah hambatan-hambatan yang menyebabkan perempuan sulit
untuk aktif terlibat dan menempati posisi pemimpin di organisasi-organisasi
buruh ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Kenyataan bahwa satu perempat
anggota serikat adalah perempuan tak menyebabkan perempuan berkesempatan untuk
memimpin. Peran ganda perempuan di tempat kerja sekaligus di rumah tangganya
adalah kendala utama. Mereka kesulitan untuk membayangkan diri mereka sendiri
sebagai pemimpin, kurang percaya diri yang terinternalisasi, serta ketiadaan <i>role
models</i> di dalam serikat itu sendiri. Dari segi proporsi, lebih banyak
perempuan daripada lelaki yang terlibat di kegiatan-kegiatan serikat, pemilik
suara yang lebih banyak, menghadiri pertemuan-pertemuan serta kegiatan sosial
dan pendidikan, dan mereka pula yang banyak mengajukan keluhan. Kunci utama
untuk meningkatkan keterlibatan perempuan di posisi pemimpin menurut kaum
perempuan buruh ini sendiri adalah pendidikan, khususnya program-program yang
mendorong serta pelatihan untuk pertanggungjawaban serikat buruh. Artinya,
kesempatan lebih besar perempuan untuk menjadi pemimpin serikat adalah dengan
mendorong dan memberikan pendidikan (atau pelatihan) yang lebih banyak bagi
mereka yang berpotensi menjadi pemimpin. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-SF20Gt0NARg/XVzswE8nIKI/AAAAAAAAIAs/fV1r2e9M77Ulb1UKmy5wqPjnmHoA9riwgCLcBGAs/s1600/Report%2BPhoto%2B%25289%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="499" data-original-width="750" height="212" src="https://1.bp.blogspot.com/-SF20Gt0NARg/XVzswE8nIKI/AAAAAAAAIAs/fV1r2e9M77Ulb1UKmy5wqPjnmHoA9riwgCLcBGAs/s320/Report%2BPhoto%2B%25289%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Menjadi catatan juga adalah,
etnisitas dan nilai-nilai budaya turut mempengaruhi sangat sedikitnya perempuan
menjadi pemimpin di organisasi serikat buruh. Tidak heran, bahkan di rumah dan
komunitasnya sendiri mereka tak memiliki kesempatan untuk berada di depan.
Nilai tradisi, budaya, agama, atau semacamnya telah menghalangi mereka untuk
menduduki posisi pemimpin, sebuah keumuman secara global (dimana saja, kapan
saja, hingga saat ini!).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sejak semester kedua tahun 2018
lalu saya terlibat dalam proyek Bersama Menuju Keadilan (BUKA) atau <i>Towards
Fairness Together</i> yang dijalankan oleh Care International Indonesia (CII)
dan Trade Union Right Center (TURC). Proyek ini dimulai di Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat, dimana banyak terdapat pabrik-pabrik garmen yang merupakan
penanaman modal asing<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk menghasilkan
produk pakaian merek-merek terkenal di negara maju. Proyek BUKA betujuan
mendorong dan meningkatkan kemampuan serikat buruh bernegosiasi dengan pihak
perusahaan untuk memperbaiki kondisi kerja di pabrik-pabrik melalui perundingan
yang disebut Perjanjian Kerja Bersama (PKB). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Meski diatur secara tegas pada
Undang-Undang No.21 tahun 2000 tentang Serikat Buruh serta Undang-Undang No.13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, memiliki PKB tidaklah semudah yang
dibayangkan. Untuk menuju perundingan, sebuah serikat buruh di sebuah
perusahaan haruslah memiliki anggota separuh lebih satu dari total mereka yang
bekerja disana. Sementara, lebih banyak serikat dengan jumlah anggota kurang
dari persyaratan tersebut. Setiap buruh yang masuk diterima bekerja, sedari
awal sudah mendapatkan "ancaman" untuk tidak aktif dalam kegiatan
dan/atau menjadi anggota serikat jika ingin bekerja lebih lama disana.
Sementara, untuk memenuhi standar kelayakan perusahaan ketika menghadapi audit
dari pemilik merek dagang yang diproduksi atau lembaga auditor dari luar
perusahaan, keberadaan serikat buruh ini dipenuhi perusahaan dengan cara
membentuk serikat buruh internal dan tidak independen dari perusahaan itu
sendiri. Secara otomatis perusahaan memiliki kendali penuh atas serikat yang
terakhir ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-yhj29KdW6Q0/XVzs6r0kUwI/AAAAAAAAIAw/t-APdQ4G7NQmgpgIV9ECkgDjo6FGE8SNwCLcBGAs/s1600/Report%2BPhoto%2B%25285%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1063" data-original-width="1600" height="212" src="https://1.bp.blogspot.com/-yhj29KdW6Q0/XVzs6r0kUwI/AAAAAAAAIAw/t-APdQ4G7NQmgpgIV9ECkgDjo6FGE8SNwCLcBGAs/s320/Report%2BPhoto%2B%25285%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Perempuan yang bekerja di
pabrik-pabrik garmen ini mencapai proporsi lebih dari 80 persen dari total pekerja
yang ada. Masalah-masalah khas perempuan pun banyak yang tak terselesaikan
meski itu merupakan hak-hak dasar pekerja yang diatur dalam undang-undang dan
regulasi ketenagakerjaan lainnya. Sebut contoh misalnya cuti haid, cuti
melahirkan yang cukup, ruang laktasi, bebas dari pelecehan seksual, berhak
untuk hamil, atau status sebagai pekerja tetap untuk posisi pekerjaan dengan
fungsi utama di dalam aktivitas pabrik. Semua itu adalah masalah yang dihadapi
tenaga kerja perempuan yang tak kalah penting diperjuangkan selain upah
minimum. Care Internasional menyebut bekerja di pabrik ini sebagai <i>Dignified
Work</i> atau pekerjaan yang bermartabat, sehingga kondisi kerja pun harus
menjunjung tinggi martabat pekerjanya sebagai manusia. Sementara, TURC
menamainya sebagai Kerja Layak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://1.bp.blogspot.com/-pYyxDLMW_78/XVztKdcg-mI/AAAAAAAAIA4/z5EGVs-hI7ATpNt6yqBSxYNQcYZ9ZwRagCLcBGAs/s1600/Report%2BPhoto%2B%25283%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1063" data-original-width="1600" height="212" src="https://1.bp.blogspot.com/-pYyxDLMW_78/XVztKdcg-mI/AAAAAAAAIA4/z5EGVs-hI7ATpNt6yqBSxYNQcYZ9ZwRagCLcBGAs/s320/Report%2BPhoto%2B%25283%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Tujuan proyek BUKA adalah
mendorong serikat buruh memiliki posisi tawar yang kuat ketika melakukan
perundingan dengan perusahaan. Caranya adalah dengan memanfaatkan data sebagai
landasan fakta dalam perundingan. Data yang bersifat umum, diketahui dan dapat
diakses oleh khalayak banyak, dapat dipertanggungjawabkan karena dihimpun dan
diolah dengan metode yang tepat, adalah data yang memiliki kekuatan yang lebih
sabagai modal bernegosiasi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Mengingat industri sektor pakaian
(<i>apparel industry</i>) mempekerjakan perempuan lebih dari tiga perempat
total pekerja yang ada, maka masalah-masalah di pabrik yang spesifik perempuan
harus diperjuangkan penyelesaiannya. Data tentang itu pun tentu harus menjadi
bagian penting untuk dibawa ke meja perundingan, termasuk dalam pasal-pasal
pengaturannya di PKB. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Minimnya perempuan menempati
posisi kepemimpinan di New York pertengahan tahun 1970-an itu pun sama berlaku
di sini, saat ini, di Sukabumi. Karena itu pula proyek BUKA juga mendorong
perempuan untuk aktif menjadi pengurus serikat, memiliki posisi pemimpin di
dalamnya, bahkan terlibat di dalam proses perundingan antara serikat dan
manajemen perusahaan. BUKA diimplementasikan dalam bentuk Sekolah Buruh
Perempuan Sukabumi, sebuah pendidikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan
aktivis buruh perempuan untuk siap menjadi pemimpin di organisasinya, serta
memiliki kemampuan untuk memperjuangkan pemenuhan hak-hak perempuan di tempat
kerja dengan, bahkan, ikut serta dalam tim serikatnya ketika berunding dengan
perusahaan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sukabumi, 01 Agustus 2019</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><i><span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt;">Saherman</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Georgia",serif; font-size: 12.0pt;">Field
Coordinator of BUKA Project, Care International Indonesia</span></i></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:DocumentProperties>
<o:Version>16.00</o:Version>
</o:DocumentProperties>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-ID</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="376">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Unresolved Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Link"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]--><span id="fullpost">
</span>Hermanhttp://www.blogger.com/profile/02091094857362148389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-8452044329832592192018-12-13T21:47:00.000+07:002018-12-13T21:52:02.034+07:00Menanamkan Perilaku Baik pada AnakSaat itu sudah pukul tiga sore. Aku berjalan menyusuri Hannaford street menuju rumah kediaman kami di ujung jalan itu, di Suburb Page, Australian Capital Territory (ACT). Tak seberapa jauh dari situ ada Saint Matthew's Primary School, sebuah sekolah dasar swasta berbasis agama. Aku melihat seorang ibu berada diantara anak-anak yang pulang dari sekolah sibuk memunguti tissue dan beberapa sampah lainnya di tengah jalan. Aku tertegun, ibu itu tentu sedang menjemput anaknya dari sekolah tadi, melihat sampah entah dari anak-anak yang ada atau orang lain yang membuangnya di jalan itu. Ia tak berteriak pada anak-anak untuk memungutinya, tetapi justru mengambilnya, lalu membawanya dalam sebuah kantong dan tentu kelak akan dibuangnya ke tempat sampah.<br />
<br />
Si ibu tak berteriak mengajak anak-anak untuk memungut sampah. Ia melakukannya sendiri, disaksikan anaknya sendiri dan teman-temannya. Ia ingin menunjukkan bahwa setiap orang harus peduli pada lingkungan di sekitarnya. Dan itu adalah pelajaran nilai sosial bagi anak-anak yang menyaksikannya.<br />
<br />
Pada kesempatan lain aku menyaksikan anak-anakku di Macquarie Primary School sedang mengikuti sebuah kegiatan. Semua anak-anak berkumpul di halaman, di bawah pohon cemara yang teduh. Mereka sedang menunggu giliran untuk berlari mengelilingi sekolah yang mereka namakan Cross Country.<br />
<br />
Seorang anak membuang kulit pisang begitu saja di tanah. Aku mengenali perilaku anak ini yang memang agak berbeda diantara teman-temannya di kelas 6 (Year 6). Seorang ibu di dekatnya, yang aku yakini juga suka memperhatikan anak ini, mengambil kulit pisang tadi dan membuangnya ke tempat sampah. Kulit pisang itu, jika terinjak oleh anak-anak lain tentu akan membuat terpeleset, dan itu tentu membahayakan.<br />
<br />
Tak ada tindakan marah dari si ibu, apalagi sampai meneriakinya. Tapi tentu anak itu suatu saat akan sadar kalau ia telah membuat kesalahan dengan membuang sampah sembarangan. Ibu itu sedang memberitahunya dan juga anak-anak lainnya.<br />
<br />
Aku tak melihat para orang tua yang suka hadir di sekolah menunjukkan ekspresi marah pada anak-anak yang berbuat salah. Cukup menunjukkan kesalahan mereka dengan sedikit ucapan atau tindakan yang seharusnya dilakukan anak. Meski, kadang juga aku melihat ada beberapa guru agak meninggikan suaranya jika murid mereka tak mematuhi instruksi dari guru, atau melakukan satu kesalahan perilaku.<br />
<br />
Di saat yang lain, anakku bercerita kalau ada temannya yang muslimah (bekerudung) dibully oleh seorang temannya di sekolah. Anak itu berkata dengan kalimat lebih kurang, "Hey, you Muslim. You are terrorist!" Serentak teman-teman anakku mengutuk teman mereka tadi. "You are racist!"<br />
<br />
Anak-anak di sekolah itu semua sudah dikenalkan pada nilai-nilai sosial seperti menjauhi sikap, ucapan, dan tindakan rasis dalam kehidupan mereka. Dan itu tertanam dalam pikiran anak-anakku saat ini setelah kembali ke tanah air.<br />
<br />
Demikianlah, nilai-nilai sosial ditanamkan di lingkungan sekolah anak-anak kami di Canberra. Sekolah, komunitas sekitar, dan para orang tua diminta untuk saling mendukung terciptanya pendidikan yang baik pada anak-anak. Tidak dengan ekspresi marah secara berlebihan, tetapi dengan menunjukkan perbuatan yang seharusnya dilakukan. Pelan-pelan hal itu tertanam dengan sendirinya.<br />
<span id="fullpost">
</span>Hermanhttp://www.blogger.com/profile/02091094857362148389noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-6856384214384186342018-09-06T21:56:00.001+07:002018-09-06T21:56:36.550+07:00Uno sang pejuang <p dir="ltr">Kisah inspiratif :</p>
<p dir="ltr">“One Way Ticket”</p>
<p dir="ltr">Oleh: Sandiaga Salahuddin Uno</p>
<p dir="ltr">Perantauan telah menjadi jejak takdir yang saya terima. Jauh sebelum saya lahir, ayah saya Razif Halik Uno meninggalkan tanah kelahiran Gorontalo merantau di kota Bandung. Ibu saya, Mien Uno, setelah menikah dengan ayah ikut pula merantau meninggalkan kota Bandung menuju pedalaman Rumbai yang kaya minyak. Rumbai adalah tanah kelahiran bagi saya dan kakak, Indra Cahya Uno. Sebagaimana ayah dan ibu, tanah kelahiran tidak pernah menjadi tanah tinggal kami. Pada saat saya duduk di Sekolah Dasar, ayah pindahkerja ke Jakarta. Di ibukota, ayah membangun peruntungan dan pada saat itu saya berpikir petualangan kami telah mencapai kota impian. Saya pun mulai menggantungkan cita-cita di langit ibukota.</p>
<p dir="ltr">Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jakarta. Saya tidak kesulitan mendapatkan teman baru, karena rumah kami selalu menjadi tempat berkumpul teman-teman sekolah. Ini dikarenakan rumah kami selalu dekat dengan sekolah. Dalam hal memilih sekolah, ibu punya prinsip bahwa sekolah harus dekat dengan rumah. Dengan itu, beliau tetap bisa mengawasi kami. Selain itu, kegemaran saya akan olahraga bola basket juga membuka pintu pergaulan. Satu lemparan bola seolah mendatangkan sekeranjang teman untuk saya. Hingga jelang lulus dari bangku SMA, saya menikmati kenyamanan Jakarta dengan segala dinamika masa remaja. Saya pun mulai menapaki tangga meraih impian sederhana. Saya ingin kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian dengan titel sarjana bekerja di perusahaan bonafit dengan gaji cukup untuk hidup mapan.</p>
<p dir="ltr">Pada saat semua kenyamanan itu menggenggam hidup saya, ayah menyodorkan sebuah tawaran yang tidak mungkin bisa saya tolak. Tawaran itu berupa sebuah tiket untuk berangkat kuliah ke Amerika Serikat. One Way Ticket, tanpa ada tiket untuk kembali. Satu-satunya cara untuk kembali adalah dengan pergi kesana, menyelesaikan studi sebaik mungkin dan hanya peluang kerja lah yang bisa membawa saya balik ke Jakarta. Sulit untuk mendeskripsikan perasaan saya yang campur aduk pada saat itu. Tetapi yang jelas tidak ada lonjakan perasaan gembira. Saya menerima tawaran itu dan episode perantauan dimulai kembali.</p>
<p dir="ltr">Tanpa internet dan penerbangan murah, dunia pada dekade delapan puluhan tampak sangat luas. Amerika dalam bayangan saya adalah wonderland dengan semua keajaiban yang tampak dalam berita dan film. Ditambah lagi dengan cerita dari orang-orang yang pernah kesana tentang kemajuan yang masih menjadi impian di tanah air. Gedung-gedung pencakar langit, hiruk pikuk megapolitan hingga berjuta orang dari beragam ras dan latar belakang dengan kesibukan tiada henti adalah Amerika di layar kaca. Tetapi pada saat saya menginjakkan kaki di sebuah kota bernama Wichita, bayangan itu memudar menjadi sebuah keterasingan. Dulu pada dekade dua puluhan, Wichita dikenal sebagai “Air Capital of The World” karena di kota itu dibangun beberapa pabrik pesawat terbang, tetapi tetap saja jauh dari bayangan saya sebelumnya tentang Amerika. Tidak ada gedung pencakar langit, malam terasa lebih cepat sepi dibanding Jakarta dan tidak ada keramaian beragam ras, bisa dibilang Wichita hanya dihuni oleh orang-orang kulit putih. Tambahan lagi, saya tiba disana pada saat musim dingin baru saja mulai. Kombinasi yang sempurna untuk kenangan Jakarta yang terus menggelayuti pikiran.</p>
<p dir="ltr">Perlahan saya menyadari, rantau yang asing bagaikan kanvas putih yang luas untuk melukis hidup. Keterasingan menyediakan ruang bagi kita untuk memulai segala sesuatu dari nol sebab tempat yang baru tidak menyediakan masa lalu. Walaupun harus melupakan mimpi kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, saya tetap setia pada impian untuk menekuni bidang akuntansi di Wichita State University (WSU). WSU adalah kampus terbesar ketiga di negara bagian Kansas. Sebagian besar mahasiswanya berasal dari daerah sekitar, tidak banyak yang berasal dari negara bagian lain, apalagi luar negeri. Saya tidak bisa berharap banyak menemukan mahasiswa Indonesia lainnya disini.</p>
<p dir="ltr">Dalam keterasingan itu, insting saya untuk survive semakin terasah. Belajar di negeri orang ternyata bagi saya memberikan motivasi berlipat. Bukan untuk membuktikan diri pada siapapun tetapi lebih pada kebutuhan untuk bertahan hidup.Tidak ada pilihan lain tersedia selain menggondol ijazah tepat waktu dengan nilai yang harus memuaskan. Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan ritme kehidupan kampus WSU. Bergelut dengan angka, dari sebuah kewajiban berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Rutinitas lainnya adalah mendatangi kantor pos yang terdapat di dalam kampus, berkirim dan menunggu kedatangan surat dari tanah air. Berhubungan lewat telepon terasa sulit bagi mahasiswa dengan kantong pas-pasan seperti saya. Tetapi berkirim surat dengan orang tua dan juga dengan pacar yang kemudian jadi istri saya, Nur Asia Uno, membuat saya yang dulu asing dengan dunia tulis menulis menjadi lancar bercerita. Jarak perantauan kembali memberikan bonus untuk saya.</p>
<p dir="ltr">Rutinitas belajar yang benar-benar ditekuni membuat saya tidak punya banyak kesempatan untuk mengembangkan pergaulan lebih luas. Menurut saya, itu adalah pengorbanan yang wajar demi segenggam mimpi bekerja di perusahaan besar demi kehidupan yang mapan. Impian untuk menjadi pengusaha belum ada dalam pikiran saya pada saat itu. Padahal sebenarnya di kampus WSU lah pertama kali secara serius saya mengenal kata “enterpreneurship”. Pada tahun 1988, awal saya kuliah disana, diadakan peletakan batu pertama untuk pembangunan Devlin Hall. Pada tahun 1990, seiring berakhirnya masa studi saya di WSU, bangunan yang diperuntukkan untuk Center for Enterpreneurship itu selesai dibangun dan berdiri megah di tengah-tengah kampus. Devlin Hall adalah salah satu bangunan kampus pertama di dunia yang diperuntukkan bagi pengembangan wirausaha. Selain itu, di tengah kampus juga berdiri bangunan sederhana yang baru dipindahkan dari Bluff and Kellog Street pada tahun 1986, Pizza Hut Number One. Bangunan itu adalah toko Pizza Hut pertama yang didirikan oleh dua orang mahasiswa WSU pada tahun 1958 yang kemudian menjadi jejaring waralaba yang mendunia. Dan bahkan kelak saya berkesempatan punya kepemilikan dalam jejaring waralaba itu di Indonesia.</p>
<p dir="ltr">Dua tahun tidak terasa sejak ayah menyodorkan one way ticket. Syukur Alhamdulillah, saya tidak sekedar mendapatkan Degree dari W Frank Barton School of Business Wichita State University tetapi juga lengkap dengan predikat summa cum laude. Prestasi akademik di negeri orang itu membuat saya dipanggil pulang kembali ke tanah air, diajak bergabung menjadi Finance and Accounting Officer di Bank Summa. Bank yang dimiliki oleh Edward Soeryadjaya, pada waktu itu merupakan salah satu bank swasta yang tengah tumbuh dengan pesat. Perlahan, impian saya tentang dunia kerja mulai terwujud. Menjadi seorang junior di Bank Summa membuka kesempatan luas bagi saya untuk mengenal dunia perbankan dan keuangan. Saya mengikuti keseluruhan proses yang harus dialami oleh seorang pekerja baru, pelatihan, mendapatkan bimbingan dari senior-senior yang sudah punya nama di dunia perbankan hingga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tampak kecil dan remeh bagi banyak orang tetapi penting untuk pengembangan diri.</p>
<p dir="ltr">Di tengah gairah baru dunia kerja itu, Bank Summa memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan Master of Business Administration di George Washington University, (GWU) Washington DC. Rantau Amerika tidak lagi terasa asing bagi saya. Saya menikmati tugas belajar dari tempat kerja ini. Mimpi indah menyeruak di awang-awang, tentu setelah menyelesaikan pendidikan Master ini saya bisa meniti karier lebih tinggi di Bank Summa. Suasana DC dimana terdapat jauh lebih banyak pemukim Indonesia dibandingkan di Wichita juga membuat saya semakin nyaman. Satu tahun pertama pendidikan di GWU berjalan dengan lancar. Saya juga punya kesempatan untuk terlibat aktif dengan perkumpulan mahasiswa Indonesia di Amerika.</p>
<p dir="ltr">Akhir dari setiap mimpi, baik atau buruk, adalah terbangun dalam kesadaran. Mimpi indah saya pada tahun pertama kuliah di GWU tiba-tiba berhadapan dengan kenyataan yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Di tanah air, Bank Summa mengalami kesulitan likuiditas yang berujung pada kasus kredit macet. Om Williem, -William Soeryadjaya, turun tangan mengambil alih kepemilikan Bank Summa hingga kemudian menjaminkan kepemilikan sahamnya di aset paling berharga milik keluarga Soeryadjaya, Astra. Tetapi semua usaha yang dilakukan oleh Om Williem, -yang pada akhirnya kehilangan kepemilikan di Astra, tidak bisa menyelamatkan Bank Summa. Dampaknya bagi saya yang jauh berada di Amerika sungguh sangat terasa. Beasiswa saya terhenti justru di tengah gairah saya ingin segera menyelesaikan program Master ini. Bagi saya saat itu, sungguh tidak etis di tengah badai besar yang tengah dihadapi Bank Summa, untuk menanyakan kelanjutan beasiswa.</p>
<p dir="ltr">Di tahun 1992 itu, saya seolah kembali memegang selembar one way ticket. Mimpi-mimpi indah yang sempat terbang di langit cita-cita, satu per satu pecah bagai gelembung yang tidak berdaya. Perantauan kembali menguji insting saya untuk survive. Untuk menyelesaikan studi ditambah lagi dengan biaya hidup di Amerika, tabungan saya pada saat itu jauh dari cukup. Tidak banyak yang bisa saya simpan dari hasil bekerja selama satu setengah tahun di Bank Summa. Saya merasa pada saat itu, sudah tidak pantas lagi merepotkan orang tua dengan kesulitan yang saya hadapi. Masalah terhentinya beasiswa ini saya simpan rapat dari orang tua hingga saya berhasil menyelesaikan studi di GWU. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah mencari pekerjaan dan dengan uang dari hasil pekerjaan itu saya bisa terus melanjutkan kuliah.</p>
<p dir="ltr"> Pada saat kehidupan menantang saya untuk bertahan maka pada saat itu saya bersiap untuk melakoni pekerjaan apapun sepanjang halal dan cukup untuk menyelesaikan studi. Bahkan sempat terpikir untuk menjadi tukang cuci piring atau tukang bersih-bersih. Untunglah, dengan prestasi akademik di atas rata-rata pada saat itu, saya bisa melamar pekerjaan menjadi asisten lab di GWU. Pada saat itu saya mendapatkan bayaran US$ 3 perjam. Pekerjaan itu tidak lama saya tekuni, karena kemudian terbuka kesempatan untuk pekerjaan dengan gaji lebih tinggi menjadi Tutor dengan gaji US$ 6 perjam. Bekerja sambil kuliah di negeri orang benar-benar menjadi ujian disiplin hidup. Saya harus pintar-pintar membagi waktu, agar pekerjaan bisa mendukung kuliah yang tengah saya tempuh, bukan sebaliknya. Disini pula saya menyadari pentingnya menetapkan target dan prioritas. Target saya dalam bekerja adalah untuk mendapatkan uang demi menyelesaikan kuliah. Artinya kuliah menjadi prioritas utama yang harus didukung oleh kesungguhan saya dalam bekerja. Puji syukur ke hadirat Allah SWT, saya mampu melaluinya dengan baik. Saya tidak sekedar berhasil menyelesaikan studi di GWU, tetapi kembali lulus dengan predikat summa cum laude.</p>
<p dir="ltr">Usia saya dua puluh tiga tahun ketika menggondol gelar Master of Business Administration dari George Washington University. Dengan usia yang masih muda itu, ada godaan untuk menerima pekerjaan lain di tengah ketidakpastian yang menyelimuti Bank Summa. Mimpi untuk bekerja di perusahaan besar dan hidup mapan masih mungkin saya rangkai kembali. Tetapi sejak kecil saya terbiasa loyal dengan satu hal. Saya loyal dengan satu olahraga, bola basket. Saya loyal dengan satu wanita, dari pacaran hingga menjadi istri saya, Nur Asia Uno. Saya juga loyal dengan bidang finance yang saya tekuni. Dan menurut saya adalah penting untuk loyal pada bank yang telah memberikan saya kesempatan bekerja dan kemudian bahkan untuk melanjutkan studi Master di Amerika. Kalau pun karir saya harus berakhir, saya ingin keputusan itu datang dari orang yang mempekerjakan. Saya kembali ke Indonesia, tetap dengan status sebagai karyawan Bank Summa.</p>
<p dir="ltr"> Pada tanggal 14 Desember 1992, Bank Summa dilikuidasi oleh Bank Indonesia. Saya kehilangan pekerjaan. Loyalitas buta saya sepertinya kalah telak oleh kenyataan. Tampak di permukaan memang seperti itu. Tetapi sebenarnya yang terjadi, itulah masa-masa yang penting dan berharga dalam hidup saya. Saya punya kesempatan untuk melihat lebih dekat bagaimana Om Willem, mentor bisnis yang sangat saya kagumi, mengelola krisis. Dari Om Willem saya belajar, bahwa bisnis lebih dari sekedar masalah untung rugi tetapi tanggung jawab. Begitu banyak yang dikorbankan oleh Om Willem demi mengembalikan uang nasabah di Bank Summa, hingga akhirnya Astra yang dibangun dan dibesarkannya berpindah kepemilikan. Dalam jangka panjang, krisis yang dialami oleh tempat saya bekerja ini memberikan pelajaran yang jauh lebih besar pada saat nantinya saya menangani perusahaan-perusahaan termasuk perbankan yang tengah “sakit”. Seringkali saya berpikir, bila pada titik krisis di tahun 1992 itu saya memutuskan meninggalkan Bank Summa begitu saja, tentu saya tidak akan pernah bisa berjalan sejauh ini di dunia bisnis. Itulah pelajaran dari pohon loyalitas yang buahnya saya petik di masa depan.</p>
<p dir="ltr"> Kehidupan terus berjalan. Jarum jam tidak pernah menunggu kita untuk bergerak. Saya memutuskan untuk kembali mengadu peruntungan di perantauan. One Way Ticket membawa saya ke negara tetangga, Singapura. Setia dengan bidang yang saya tekuni, keuangan, saya bekerja sebagai finance and invesment analist di Seapower Asia Invesment Limited. Setahun kemudian, karirnya saya menanjak ketika bergabung dengan MP Holding Limited Group sebagai Investment Manager. Pada tahun 1995, ketika menginjak usia dua puluh enam tahun, saya bergabung dengan NTI Resources Ltd, Kanada sebagai Executive Vice President. Pekerjaan ini membawa saya kembali ke tanah Amerika Utara, tepatnya Calgary Canada. Di usia yang masih muda itu, saya sudah bisa menghasilkan pendapatan dollar “enam digit”. Apabila kesuksesan diukur dari kecepatan menghasilkan uang, maka pada usia dua puluh enam tahun saya telah mengukir kesuksesan. Tetapi masalahnya, roda kehidupan saya tidak pernah berhenti. Malah roda itu berputar lebih cepat dibandingkan dengan roda kehidupan banyak orang.</p>
<p dir="ltr"> Dengan semua capaian yang saya dapatkan, pada saat itu saya merasa sudah bisa untuk membeli “tiket kembali” dari one way ticket yang dulu diberikan oleh ayah. Mimpi-mimpi masa remaja tentang kehidupan yang mapan telah menjadi kenyataan. Realitas itu semakin lengkap ketika saya memutuskan untuk menikahi kekasih saya sejak masa remaja, Nur Asia Uno pada tahun 1996. Satu tahun kemudian lahirlah putri pertama kami Anneesha Atheera Uno. Tetapi justru di tengah kesempurnaan hidup ini, ujian hidup yang sangat besar menunggu saya. Pada awal tahun 1997, krisis ekonomi mulai merambat dan perlahan melilit beberapa negara Asia. Dimulai dari terpukulnya mata uang Baht Thailand akibat aksi spekulasi besar-besaran, krisis ini kemudian menjalar ke negara-negara Asia lainnya. Perusahaan tempat saya bekerja benar-benar mengalami pukulan hebat akibat krisis ini. Sejak pertengahan tahun 1997, bisa dikatakan saya tidak pernah lagi menerima gaji dari tempat saya bekerja walaupun masih menjalankan tanggung jawab sebagai salah satu eksekutif perusahaan. Tanpa gaji, mungkin saya masih bisa bernafas dengan mengandalkan tabungan yang ada. Sayangnya, mungkin karena kepercayaan diri yang terlalu tinggi karena berhasil mengelola dana investasi orang lain, saya menginvestasikan sebagian besar tabungan di pasar modal yang kemudian ambruk.</p>
<p dir="ltr"> Saya pulang ke Indonesia nyaris tanpa membawa apa-apa. Bahkan di Jakarta saya belum sempat menyiapkan sebuah rumah untuk keluarga sehingga harus menumpang di rumah orang tua. Sempat terlintas dalam pikiran saya, betapa kejamnya kehidupan ini, menerbangkan dan kemudian menghempaskan saya dalam tempo yang begitu cepat. Tetapi lambat laun saya mulai bisa menerima ujian hidup itu dengan keikhlasan. Hingga kemudian saya mengubah cara pandang terhadap ujian yang datang ini. Betapa murah hatinya kehidupan, memberikan pelajaran nyaris lengkap dalam tempo singkat kepada saya. Dalam tempo hampir sepuluh tahun sejak ayah memberikan one way ticket, saya telah melewati begitu banyak hal. Bertahan dalam keterasingan di Wichita, bergumul dengan mimpi yang nyaris sirna, menikmati impian masa remaja hingga sekarang saya seolah memulai segala sesuatunya kembali dari nol. Bila saya tidak pernah jatuh dengan keras maka saya tidak akan pernah belajar untuk bisa berdiri dengan kokoh.</p>
<p dir="ltr">Di tengah badai krisis ekonomi yang menerjang tanah air, mustahil bagi saya untuk menemukan peluang kerja baru. Sementara saya tidak lagi hidup sendiri. Ada istri dan anak yang masih bayi yang harus saya hidupi. Saya tidak mungkin menghabiskan waktu duduk menunggu badai krisis ini berlalu. Satu-satunya pilihan untuk bertahan pada waktu itu adalah dengan keluar dan berjuang di tengah-tengah badai. Pada saat semua pintu pekerjaan tertutup, saya harus menciptakan lapangan pekerjaan untuk diri saya sendiri. Menjadi pengusaha dengan cara berwirausaha tidak pernah terlintas di benak saya sebelumnya. Tetapi saya tidak punya pilihan lain untuk bertahan pada waktu itu. Berbeda dengan sebagian besar pengusaha muda lainnya, dalam darah saya tidak mengalir darah pengusaha. Ayah saya adalah seorang karyawan perusahaan minyak, sementara Ibu seorang pendidik. Dalam lingkaran keluarga dekat, juga tidak seorang pun yang menjalani kehidupan sebagai pengusaha. Dari seorang karyawan menjadi pengusaha seperti perantauan baru bagi saya. Dunia wirausaha menjadi kanvas putih yang akan saya lukis dalam rentang usia berikutnya.</p>
<p dir="ltr">Seringkali dalam berbagai kesempatan saya mengatakan, bahwa saya menjadi seorang pengusaha adalah karena kecelakaan. Bila saya boleh jujur, alasan yang lebih pantas sebenarnya, saya menjadi pengusaha demi bisa memenuhi kebutuhan susu anak saya. Pada saat memulai usaha bersama sahabat saya sejak SMA Rosan Perkasa Roslani, kami lebih mengandalkan insting untuk bertahan hidup ketimbang perencanaan bisnis yang komprehensif. Sesuai dengan bidang yang saya tekuni, perusahaan yang kami dirikan pada tahun 1997 itu, Recapital, awalnya bergerak dalam jasa penasihat keuangan. Kantor kami luasnya tidak lebih dari lima puluh meter persegi dengan karpet berwarna merah muda. Pernah suatu hari saya berniat meminjam uang kepada Rosan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari sebesar tiga juta rupiah, ternyata Rosan cuma punya lima puluh ribu rupiah. Untuk bertemu dan rapat dengan klien terpaksa kami menggunakan mobil Suzuki Katana pinjaman dari orang tua. Saya coba membuka kontak kembali dengan klien-klien dari luar negeri yang dulu saya dapatkan ketika bekerja di luar. Sementara di dalam negeri, pergaulan ibu saya yang luas, membuka banyak pintu bagi kami walaupun itu belum berarti kesepakatan bisnis. Semua perjuangan itu perlahan membuahkan hasil ketika kami mendapatkan klien-klien pertama kami, Ramako Group dan Jawa Pos Group.</p>
<p dir="ltr">Saya memantapkan diri untuk menjadi pengusaha. Bukan semata-mata karena Recapital mulai menunjukkan hasil tetapi karena saya mulai percaya bahwa saya pulang ke tanah air bukan sebagai orang yang gagal. Justru sebaliknya, saya pulang sebagai orang yang berhasil ditempa oleh waktu dan nasib. Pengalaman adalah modal penting dalam dunia usaha, tidak bisa didapatkan di bangku sekolah dan juga tidak bisa didapatkan dengan uang. Pengalaman berharga hanya bisa didapatkan sepanjang kita hidup dalam prinsip-prinsip yang secara utuh diterapkan dalam menghadapi berbagai keadaan. Prinsip hidup yang kuat tidak sekedar tumbuh dari sikap melainkan kebiasaan. Disiplin, loyalitas, target, prioritas serta keikhlasan, Alhamdulillah, sikap itu mengakar jadi kebiasaan hidup saya. Inilah nilai-nilai yang banyak membantu saya di masa-masa sulit. Tabungan dalam bentuk harta kekayaan suatu saat mungkin habis atau berkurang, tetapi tabungan pengalaman senantiasa akan bertambah sepanjang hayat dikandung badan.</p>
<p dir="ltr"> Recapital bukanlah akhir dari perantauan saya. Perjalanan hidup mengajarkan, dunia tidak pernah memberi ruang yang cukup bagi saya untuk berhenti dan sekedar menikmati kenyamanan. Dia selalu datang menggoda lewat tantangan dan ujian. Pada tahun 1998, ketika mengunjungi mentor saya Om Willem di kantornya jalan Teluk Betung, saya bertemu dengan salah satu putra Beliau Edwin Soeryadjaya melalui kolega lama dari NTI, Andreas Tjahjadi. Dari pertemuan tidak sengaja itu, Edwin mengajak saya untuk terlibat membantu sebuah transaksi bisnis yang tengah dilakukannya. Ternyata pekerjaan itu jauh lebih sulit dari yang saya pikirkan karena di tengah krisis kepercayaan dunia terhadap Indonesia kami harus meyakinkan investor asing untuk kembali menanamkan modalnya disini. Butuh waktu enam bulan untuk menyelesaikan transaksi ini. 2 Desember 1998 adalah tanggal yang tidak mungkin saya lupakan, karena bertepatan dengan kelahiran putri kedua saya Amyra Atheefa Uno di rumah sakit Medistra, kami berhasil melakukan transaksi. Itulah inisiasi awal untuk kemudian saya memutuskan secara penuh bergabung bersama Edwin di bawah bendera Saratoga.</p>
<p dir="ltr"> Dua orang putri saya ternyata membawa jejak peruntungan sendiri-sendiri. Recapital rejeki Atheera dan kemudian Saratoga rejeki Amyra. Alhamdulillah, sekarang kebagiaan keluarga kami bertambah lengkap dengan hadirnya Sulaiman Saladdin Uno, anak ketiga saya yang baru lahir. Saya tidak mau menduga-duga, jejak seperti apa yang akan dibawa oleh Sulaiman. Saya ingin hidup tetap menjadi kado penuh misteri yang indah pada waktunya nanti. Sekarang Recapital dan Saratoga telah menjelma menjadi salah satu kekuatan swasta nasional. Bukan licin jalan beraspal yang kami lalui untuk sampai seperti sekarang ini. Tetapi belukar penuh duri dimana kata penolakan akrab di telinga. Saya tidak pernah menghapus kata gagal dari kamus hidup saya. Sebab saya percaya bahwa kegagalan adalah komplemen serasi dari kesuksesan. Recapital di awal berdirinya, seringkali gagal mendapatkan pinjaman dari Bank. Bahkan di tengah kemajuannya, beberapa kali kami juga gagal dalam transaksi penting. Saratoga di awal tahun saya bergabung malah mendapatkan ujian yang menguras emosi kami. Betapa tidak, pada tahun 1999 kami memiliki kesempatan untuk mengelola kembali “the dream Company”, Astra Group , melalui pelelangan BPPN, tetapi kami gagal. Rendezvous Edwin dan saya yang memiliki keterikatan dengan Astra tidak pernah terjadi. Keberhasilan tidak lebih dari persekutuan positif kita dengan kegagalan.</p>
<p dir="ltr"> One Way Ticket. Saya percaya bahwa kehidupan hanya menyediakan satu tiket pergi tanpa kembali. Tidak ada tempat untuk kembali, yang bisa kita lakukan hanyalah membuka lembaran baru dengan belajar dari pengalaman di masa silam. Karena hanya ada satu tiket pada setiap kita, kenapa kita harus menumpang pada mimpi orang lain. Itulah yang mendasari gagasan saya tentang kewirausahaan. Dimana kita tidak hanya membuat diri sendiri berdaya tetapi juga saling memberdayakan sesama manusia. Kita merantau atau berdiaspora untuk sepetak tanah yang dijanjikan. Luasnya hanya kurang lebih dua meter persegi. Satu tiket yang kita miliki sekarang lah yang menentukan apakah di atas permukaan tanah itu akan tumbuh semak belukar atau sebuah nisan sederhana yang senantiasa mengundang mata. Ingatlah, bumi itu bulat, kita hanya butuh satu tiket untuk bisa mengelilinginya..</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-6088639531656210432018-09-02T13:05:00.007+07:002018-09-02T13:05:47.089+07:00Perhatikan pak ..bu..bro<p dir="ltr">Sayyidina Ali bin Abi Talib telah berkata:</p>
<p dir="ltr">Simpan rahasiamu berdua saja:</p>
<p dir="ltr">1. Dirimu<br>
2. Allah swt</p>
<p dir="ltr">Jagalah di dunia ini dua keredhaan:</p>
<p dir="ltr">1. Ibumu<br>
2. Bapamu</p>
<p dir="ltr">Mohonlah bantuan ketika susah dengan dua hal:</p>
<p dir="ltr">1. Sabar<br>
2. Solat</p>
<p dir="ltr">Jangan risau dua hal ini:</p>
<p dir="ltr">1. Rezeki<br>
2. Ajal</p>
<p dir="ltr">Kerana keduanya berada di bawah kekuasaan Allah swt.</p>
<p dir="ltr">Dua hal yg tak perlu diingat selamanya:</p>
<p dir="ltr">1. Kebaikanmu terhadap orang lain.<br>
2. Kesalahan orang lain terhadapmu.</p>
<p dir="ltr">Dua hal yang jangan dilupakan selamanya:</p>
<p dir="ltr">1. Allah swt<br>
2. Alam Akhirat</p>
<p dir="ltr">Selalu dekat dengan 4 orang ini:</p>
<p dir="ltr">1. Ibumu.<br>
2. Ayahmu.<br>
3. Saudara lelakimu.<br>
4. Saudara perempuanmu.</p>
<p dir="ltr">Empat orang ini janganlah kamu kasar kepada mereka:</p>
<p dir="ltr">1. Yatim<br>
2. Miskin<br>
3. Fakir<br>
4. Orang Sakit</p>
<p dir="ltr">Empat hal yang memperindah dirimu :</p>
<p dir="ltr">1. Sabar<br>
2. Tabah<br>
3. Tinggi ilmu<br>
4. Dermawan</p>
<p dir="ltr">Empat orang yang hendaknya kamu dekati:</p>
<p dir="ltr">1. Orang yg Ikhlas<br>
2. Orang yg setia<br>
3. Orang yg dermawan<br>
4. Orang yg jujur</p>
<p dir="ltr">Empat orang yg hendaknya jangan kamu jadikan teman: </p>
<p dir="ltr">1. Tukang bohong<br>
2. Tukang curi<br>
3. Tukang hasut<br>
4. Tukang adu domba</p>
<p dir="ltr">Empat orang ini jangan sampai kamu tahan kedermawananmu terhadap mereka: </p>
<p dir="ltr">1. Isterimu<br>
2. anak2 mu<br>
3. Keluargamu<br>
4. Sahabatmu</p>
<p dir="ltr">Empat hal yang hendaknya kamu kurangi:</p>
<p dir="ltr">1. Makan<br>
2. Tidur<br>
3. Malas<br>
4. Bicara berlebih2an/gosip</p>
<p dir="ltr">Empat hal yang jangan kamu putus :</p>
<p dir="ltr">1. Sholat.<br>
2. Qur'an.<br>
3. Zikir.<br>
4. Silaturrahmi.</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-51117584524998529562018-09-02T13:05:00.005+07:002018-09-02T13:05:36.377+07:00Catatan u ayah dan ibu<p dir="ltr">Bu, anaknya sudah 4 tahun kok belum sekolah?</p>
<p dir="ltr">- ini jawabannya-</p>
<p dir="ltr">🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼</p>
<p dir="ltr">Jika Anak Sekolah Terlalu Dini<br>
(Elly Risman, S. Psi)</p>
<p dir="ltr">1. Keyakinan umum...<br>
* Otak anak usia dini seperti spons, artinya ini masa yg tepat untuk ditanamkan ilmu, agar anak tumbuh cerdas<br>
* Semakin dini disekolahkan, otak anak semakin berkembang.</p>
<p dir="ltr">2. Sehingga...<br>
Ada ortu yg menyekolahkan sedini mungkin, bahkan ada yg masuk prasekolah diusia 1,5-2 tahun.</p>
<p dir="ltr">3. Mari kita bercermin...<br>
* Apakah kita begitu meyakini bahwa anak harus segera pintar agar siap menghadapi persaingan zaman?<br>
* Apakah kita disiapkan mjd orang tua?<br>
* Apakah memiliki bekal yang cukup dlm mengasuh?<br>
* Bagaimana innerchild diri kita?</p>
<p dir="ltr">4. Betapa kita disiapkan untuk menjadi ahli namun tdk disiapkan jadi orangtua, shg tidak punya kesabaran & endurance utk jadi ortu.</p>
<p dir="ltr">5. Ilmu yg kita miliki untuk mengasuh pun serba tanggung.<br>
Ilmu yg setengah-tengah, berujung pada false belief (keyakinan yg salah).<br>
Sayangnya false belief ini dpt berubah menjadi societal false belief (keyakinan yg salah pd sekelompok orang).<br>
Jika ortu tdk memiliki kemampuan berpikir (thinking skill) yg baik, false belief akibat ilmu yg serba tanggung itu jd pembenaran bersama atas keputusan kita yg keliru.</p>
<p dir="ltr">6. Pintar ada waktunya!<br>
Karena yg berkembang adalah pusat perasaan, anak usia dini hrs jadi anak yg bahagia, bukan jd anak yg pintar!</p>
<p dir="ltr">7. Kita berpikir...<br>
"Kan di sekolah belajarnya sambil bermain"<br>
"Kan anak perlu belajar sosialisasi"<br>
"Kan anak jd belajar berbagi & bermain bersama"<br>
Padahal...<br>
* Anak usia dini belum perlu belajar sosialisasi dg beragam orang<br>
* Saat anak diusia dini, otak anak yg paling pesat berkembang adl pusat perasaannya, bukan pusat berpikirnya.</p>
<p dir="ltr">8. Di sekolah, kegiatan anak hanya bermain kok!<br>
Taukah ayah bunda, permainan terbaik adalah tubuh ayah ibunya! Bermain dg ayah ibu jga menciptakan kelekatan. Misal: bermain peran, bermain pura-pura, muka jelek, petak umpet.</p>
<p dir="ltr">9. Di sekolah, mainan lebih lengkap.<br>
Permainan paling kreatif adalah bermain tanpa mainan. Jangan batasi kreatifitas anak dg permainan yg siap pakai.<br>
Contoh: karpet jadi mobil, panci jadi topi.</p>
<p dir="ltr">10. Di sekolah, anak belajar bersosialisasi & berbagi.<br>
Anak <5 th blm saatnya belajar sosialisasi. Ia blm bisa bermain bersama. Mereka baru bisa bermain bersama-sama.<br>
Bermain bersama-sama= bermain diwaktu & tempat yg sama namun tdk berbagi mainan yg sama (menggunakan mainan masing2)<br>
Bermain bersama= bermain permainan yg membutuhkan berbagi mainan yg sama.</p>
<p dir="ltr">11. Di sekolah, anak belajar patuh pada aturan & mengikuti instruksi.<br>
Aturan & instruksi perlu diterapkan setahap demi setahap. Jika di rumah ada aturan, di sekolah ada aturan, berapa banyak aturan yg harus anak ikuti? Apa yg dirasakan anak?<br>
Analogi: Seorang anak <5 thn yg sangat berbakat dlm memasak, dimasukkan ke sekolah memasak. Di sekolah itu, dia diajari berbagai aturan memasak yg banyak, dilatih oleh beberapa instruktur sekaligus. Yg dirasakan anak: pusing!</p>
<p dir="ltr">12. Memasukkan sekolah anak terlalu dini, sama seperti menyemai benih kanker.<br>
Kita tidak tahu kapan kanker akan muncul & dlm jenis apa.<br>
Otaknya belum siap. Kita tidak pernah tahu kapan ia kehilangan motivasi belajar.<br>
Semakin muda kita sekolahkan anak, semakin cepat pula ia mengalami BLAST (Bored Lonely Afraid-Angry Stress Tired).<br>
anak yg mengalami BLAST, lebih rentan mjd pelaku & korban bullying, pornografi & kejahatan seksual.</p>
<p dir="ltr">13. Jika si adik ingin ikut kakaknya sekolah...<br>
Sekolah itu bukan karena ikut-ikutan. Anak harus masuk masa teachable moment, krn memang ada anak yg mampu sekolah lebih cepat dr ketentuan umum yg berlaku. Ortu harus mampu mengendalikan keinginan anak. Kendali ada ditangan ortu, krn otak anak belum sempurna bersambungan.</p>
<p dir="ltr">14. Ciri anak memasuki masa teachable moment.<br>
* Menunjukkan minat utk sekolah<br>
* Minat tersebut bersifat menetap<br>
* Jika kita beri kesempatan untuk bersekolah, ia menunjukkan kemampuannya.</p>
<p dir="ltr">15. Kapan sebaiknya anak masuk sekolah?<br>
* TK A → usia 5 th<br>
* TK B → usia 6 th<br>
* SD → usia 7 th<br>
Dibawah usia 5 th, anak tdk perlu bersekolah.</p>
<p dir="ltr">Kebutuhan anak 0-8 tahun adalah bermain & terbentuknya kelekatan.</p>
<p dir="ltr">Jangan kau cabut anak2 dari dunianya terlalu cepat, krn kau akan mendapatkan orang dewasa yg kekanakan.<br>
-Prof. Neil Postman, The Disappearance Childhood-</p>
<p dir="ltr">Sumber: Yayasan Kita & Buah Hati</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-91677147650180372592018-09-02T13:05:00.003+07:002018-09-02T13:05:22.113+07:00Sehat dg positif thinking<p dir="ltr">_Sharing pengetahuan..._ https://youtu.be/b7k1dxdv10g</p>
<p dir="ltr">🔰 _*DAVID HAWKINS FORCE vs POWER*_</p>
<p dir="ltr">_Ilmuwan USA, *Professor David Hawkins,* merilis hasil risetnya yg paling mutakhir yg menggemparkan, tentang Manusia._</p>
<p dir="ltr">_Ternyata : *sel-sel kanker paling takut dgn rasa CINTA KASIH.* Penelitiannya juga temukan bahwa *banyak orang sakit karena kekurangan cinta kasih.*_ </p>
<p dir="ltr">_Professor David Hawkins adalah dokter terkenal, dia telah mengobati banyak orang sakit dari berbagai belahan dunia. Begitu memeriksa seorang pasien, *dia sudah tahu mengapa orang itu sakit.* Karena di dalam tubuhnya *TIDAK DITEMUKAN* sedikitpun *cinta kasih dalam dirinya,* yg ada hanya *penderitaan, keluhan & deraian air mata yg menyelimuti seluruh tubuhnya.*_</p>
<p dir="ltr">_Professor Hawkins mengatakan : *"Kebanyakan orang sakit* karena didalam dirinya *tidak ada hati yg penuh dgn CINTA KASIH YG TULUS & IKHLAS.* Yang ada hanya *kesedihan & deraian air mata.*_</p>
<p dir="ltr">_Getaran magnet kasih *di bawah 200 hertz* menyebabkan *seseorang mudah terserang penyakit."*_</p>
<p dir="ltr">_David Hawkins mendapati bahwa *kebanyakan orang sakit SELALU menggunakan pikiran negatif.* Jika frekuensi cinta kasih seseorang *di atas 200 hz maka dia tidak akan sakit.*_ </p>
<p dir="ltr">_*Pikiran atau emosi negatif mana yg ada dibawah getaran 200 hz?*_<br>
_Yaitu:_<br>
• _*suka mengeluh*_<br>
• _*suka menyalahkan orang lain*_<br>
• _*dendam pada orang*_<br>
_Jika pikiran itu yg menguasai pikiran seseorang berarti magnet cinta kasihnya hanya ada di *sekitar 30-40 hz saja.*_</p>
<p dir="ltr">_Proses tidak putus-putusnya menyalahkan orang lain telah menguras sebagian besar energi kehidupannya (Life force energy ), sehingga frekuensi cinta kasihnya berada *dibawah 200 hz.*_</p>
<p dir="ltr">_Orang seperti itu *SANGAT MUDAH mengidap berbagai jenis penyakit.* Frekuensi paling tinggi ada di *angka 1000* dan yg paling rendah berada di *angka 1.*_ </p>
<p dir="ltr">_Beliau mengatakan di dunia ini dia telah melihat orang yg punya *frekuensi positif diatas 700 hz* maka *kekebalan tubuh & vitalitasnya sangat tinggi.*_</p>
<p dir="ltr">_Jika orang seperti itu tampil di suatu tempat maka *ia bisa mempengaruhi frekuensi positif di daerah itu.*_</p>
<p dir="ltr">_Seorang yg *berkebajikan tinggi,* jika muncul di suatu tempat maka frekuensi di tempat itu pun menjadi *positif & sangat tinggi.*_</p>
<p dir="ltr">_Semua orang yg hadir di tempat tersebut akan merasakan *getaran cinta kasihnya yg sangat tinggi,* semua orang merasa *nyaman & sangat tergugah di dekatnya.*_ </p>
<p dir="ltr">_Pada saat orang yg memiliki *getaran aura positif* tampil di suatu tempat, maka dia akan menggerakkan semua orang, & seluruh makhluk hidup yg ada di tempat itu *menjadi tenteram, nyaman, & damai.*_</p>
<p dir="ltr">_Namun saat orang memiliki *pikiran negatif* muncul di suatu tempat, bukan saja akan mencelakai dirinya sendiri tetapi juga bisa menyebabkan *AURA POSITIF* ditempat tersebut *memburuk & berubah menjadi negatif pula.*_</p>
<p dir="ltr">_Professor Hawkins telah melakukan berpuluh kali riset kasus & penelitian pada orang yg berbeda namun jawabannya serupa, yaitu :_<br>
_Asal getaran frekuensinya berada *dibawah 200 hz* maka orang itu pasti *sakit.* Tapi jika berada *di atas 200 hz* maka orang itu *sehat.*_ </p>
<p dir="ltr">_Mereka yg di dalam dirinya dipenuhi dengan *hati yg welas asih, cinta kasih, suka beramal, gemar sedekah, mudah memaafkan, lemah lembut, santun,* terbukti frekuensi magnetiknya berada pada *kisaran 400-500 hz.!*_</p>
<p dir="ltr">_Sebaliknya, mereka yg suka membenci, emosional, menyalahkan orang lain, marah, dendam, iri hati, menuntut orang lain, egois dalam semua hal, hanya memikirkan kepentingan pribadi, tidak pernah memikirkan perasaan orang lain; orang seperti itu punya frekuensi magnetik yg paling rendah._</p>
<p dir="ltr">_Hal inilah yg jadi penyebab awal timbulnya penyakit kanker, sakit jantung & penyakit kronis lainnya._</p>
<p dir="ltr">_Professor Hawkins memberitahukan kepada kita dari sudut pandang medis bahwa *pikiran itu sangat luar biasa pengaruhnya terhadap kesehatan & penyakit seseorang.*_</p>
<p dir="ltr">_*Marilah kita perpikiran positif dan Jauhkan..... Sejauh jauhnya fikiran negatif*_</p>
<p dir="ltr">Sahabat creAtivE berfikir positif. Jum'at berkah. 24 agustus 2 ribu 8 belas</p>
<p dir="ltr">.</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-5287794110468553502018-09-02T13:05:00.001+07:002018-09-02T13:05:11.784+07:00Istrukuuuu...<p dir="ltr">Mewekkk 😭 tisu mn tisu </p>
<p dir="ltr">Rumah masih ramai setelah pulang dari pemakaman, kepalaku masih pusing karna tak bisa menahan tangis melihat jasad terakhir istriku dimasukkan ke liang lahat. Aku makin tak bisa menahan airmata saat melihat anak-anak menangis memandangi orang-orang yg menimbun tubuh ibu mereka. Lama aku diam di pemakaman, mengingat kembali saat istriku masih ada. Aku ingat semua dosaku, kesalahanku, mulut kasarku, ketidakpedulianku, bahkan yg paling aku ingat membiarkan dia berpikir sendiri tentang keuangan keluarga. </p>
<p dir="ltr">Aku pikir saat dipemakaman adalah momen tersedih yg aku alami sepanjang hidupku, ternyata itu belum apa-apa. Banyak kepiluan-kepiluan lain yg membuatku serasa hancur. Mulai saat malam setelah rumah ini kosong dari pelayat, anak-anak seperti tidak mau tidur tanpa ibunya. Mereka masih menangis sesengukan. Aku hanya bisa memeluk mereka tanpa bisa menyembunyikan kesedihan diwajahku.<br>
Putriku yg berusia 5 tahun beberapa kali berlari kekamar sambil memanggil ibunya. Sepertinya dia lupa bahwa ibunya telah tiada. Kemudian ia keluar lagi dg wajah kecewa. <br>
Malam berlalu tanpa aku bisa melelapkan mata sedetikpun. Aku memandangi anak-anak yg tidur dg gelisah. Sebentar-sebentar terbangun dan putra pertama kami yg berusia 9 tahun ternyata menangis sambil melekatkan wajahnya dibantal. Adiknya laki-laki berusia 7 tahun udah tertidur, namun sesekali ngigau memanggil ibunya. Sungguh aku tak tenang malam itu. Rasanya rumah ini hampa.<br>
Beberapa hari masih dengan suasana yg sama, masih ada kerabat yg membantu masak dan menyapu rumah hingga hari ketiga. Masih banyak tetangga yg memeluk dan menguatkan anak-anak. <br>
Hingga tibalah hari yg membuat aku amat sedih. Yaitu hari ketika mereka mulai masuk sekolah. Pagi itu mereka semua sudah bangun, aku kebingungan, anak-anakku juga seperti bingung mau berbuat apa. Biasanya pagi kami selalu dibangunkan, disuruh mandi dan sholat, disiapkan pakaian, dibuatkan sarapan dan kami berangkat dalam keadaan rapi dan perut yg sudah kenyang. Hari ini semua kami hanya diam. Aku menyuruh anak-anak melihat makanan dikulkas tapi yg ada hanya bahan mentah. Rumah yg biasanya rapi nampak berantakan. Aku pergi membeli sarapan untuk kami berempat. Saat membayar aku kaget uang 50rb tanpa kembalian. Padahal selama ini aku memberi uang 50rb kepada istriku cukup untuk makan kami sampai malam. Kadang-kadang aku marah-marah kalau dia minta tambahan. Aku bawa sarapan pulang dan anak-anak sudah menunggu dimeja makan. Sudah jam 7.30 biasanya mereka sudah diantar kesekolah semuanya diantar istriku berbarengan, sementara aku baru pulang beli sarapan. Dalam hati kalau terlambat semoga dimaklumi karna habis kemalangan. Saat mau makan aku tidak tau dimana piring dan sendok, mengambilkan air dan dimana letak gelas. Saking aku yg selalu dilayani semua oleh istri. Aku makin merasa kacau saat jam sudah menuju jam 8 dan anak2 belum terantar semua. Aku benar-benar kehilangan seorang dewa dalam rumah kami. Inikah yg selama ini dilakukan istriku? Mengapa aku selalu menganggap dia tak ada kerjaan. Selalu menganggap sepele pekerjaan seorang ibu. Aku masih linglung ditempat kerja. Masih banyak teman2 yg menghampiri mengucapkan belasungkawa. Hingga aku ditelpon oleh walikelas anak ku yg masih TK katanya anak2 udah pulang tapi belum ada yg jemput, aku minta ijin pergi menjemput anak dan jam 12 anakku yg no 2 juga menelpon minta dijemput karna udah pulang. Selama ini aku tak tau satupun jadwal mereka. Aku hanya bekerja dan tak peduli dengan itu semua. Anakku yg besar pulang jam 2 artinya aku tak bisa kembali ketempat kerja. Sampai disekolah anakku, aku masih melihat didepan sekolah masih ada bekas darah saat istriku kecelakaan 3 hari lalu, kecelakaan yg serta merta merenggut nyawanya saat menjemput anak sulungku. :'( </p>
<p dir="ltr">Sampai dirumah anak-anak nampak kelaparan, biasanya dibekali makan dan yg TK katanya biasanya dijemput dan lansung makan dirumah. Baru kembali jemput abangnya setelah makan. Ternyata aku tak tau manajemen waktu sehebat almarhumah istriku. Aku harus kewarung makan lagi untuk pergi membeli makan siang. Begitupun nantinya makan malam. Sehingga tidak kurang dari 200rb sampai malam. Aku berpikir ini baru 1 hari, bagaimana kalau 1 bulan. Gajiku tidak akan cukup untuk kami berempat. <br>
Malam ini anak-anak juga mengingatkanku tadi mereka tidak ada yg ngaji karna tidak ada yg mengantarkan ketempat ngaji mereka. :'( </p>
<p dir="ltr">Ya Allah <br>
Indah sekali caramu menegurku, <br>
Begitu kacaunya hidupku tanpa istriku, keuangan makin amburadul, anak-anak tak terurus, makanan favoritku tidak ada lagi. Rumah dan tanaman seperti hilang aura karna tak ada yg merawat dan membersihkan. Aku masih sempat merasa wanita diluaran lebih cantik dari istriku. Andai aku bisa menebus apapun yg telah aku lakukan kepada istriku selama ini aku ingin memperbaikinya. Aku ingin membantunya, menyayanginya sepenuh hati dan tak akan pernah berkata kasar kepadanya. Dia begitu lelah setiap hari, tapi sepulang kerja aku masih sering membentaknya. Saat dia minta tambahan belanja aku berkata kasar kepadanya. Dia saat aku jadikan istri rela berpisah dengan anggota keluarga besarnya, hidup susah payah dan sederhana denganku.<br>
Maafkan aku istriku, andai aku bisa menebus semua kesalahanku, satu hari saja tanpamu kami seperti anak ayam kehilangan induknya. Berserakan. <br>
Saat sholat aku kembali menangis sejadi-jadinya<br>
Andai bisa kutebus, aku ingin menebus meski dengan nyawaku. Aku mau dia yg hidup menjaga anak-anak dan biarlah aku yg menghadap-Mu. Ini sangat berat bagiku apalagi bagi anak-anakku. Demikian do'a tengah malamku.<br>
Aku tak tega melihat pakaian anak-anak yg kusut tak terurus, makan yg tak ada yg masak dan aku tak tega melihat mereka kekurangan kasih sayang.<br>
Jujur selama ini aku tak dekat dengan anak-anak. Mereka selalu sama ibunya. Aku hanyalah kerja, pulang, tidur dan kerja lagi. Aku tak tau apa-apa tentang urusan anak dan rumah. </p>
<p dir="ltr">Istriku, aku berdoa semoga lelah mu jadi ibadah, semoga semua yg kau lakukan untuk kami membawamu ke syurga, semoga engkau bahagia di alammu. Kali ini aku benar-benar menangis tersedu-sedu sambil membayangkan wajahmu. Kau tak pernah mengeluh dengan pekerjaanmu, kau tak pernah meminta sesuatu yg aku tak sanggup membelinya. Kau jalani semua dg sabar dan aku merasa belakangan jarang memperhatikanmu. Jarang bertanya bagaimana anak-anak kita, jarang bertanya bagaimana hari-harimu.<br>
Engkau ibu yg luar biasa bagi anak-anak kita. Semuanya terlihat saat engkau tlah tiada kemurungan selalu menyelimuti wajah mereka. Mereka sering menangis, mereka sering salah memanggilmu sepulang sekolah. Mereka sering berlari kekamar kita seolah-olah engkau masih ada.</p>
<p dir="ltr">Kekasih hatiku<br>
Mengapa aku jatuh cinta padamu justru setelah engkau tiada. Tidak akan ada yg menggantikan dirimu dihatiku. Mengapa rasa cinta ku padamu menggebu-gebu saat dirimu sudah berada dipusara. </p>
<p dir="ltr">Maafkan aku istriku.<br>
Aku terlambat jatuh cinta padamu</p>
<p dir="ltr">:'(</p>
<p dir="ltr">*Copas dr tmn..utk renungan..</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-34186744942359946512018-07-20T08:10:00.001+07:002018-07-20T08:10:32.079+07:00Catatan u ayah dan ibu<p dir="ltr">Bu, anaknya sudah 4 tahun kok belum sekolah?</p>
<p dir="ltr">- ini jawabannya-</p>
<p dir="ltr">🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼</p>
<p dir="ltr">Jika Anak Sekolah Terlalu Dini<br>
(Elly Risman, S. Psi)</p>
<p dir="ltr">1. Keyakinan umum...<br>
* Otak anak usia dini seperti spons, artinya ini masa yg tepat untuk ditanamkan ilmu, agar anak tumbuh cerdas<br>
* Semakin dini disekolahkan, otak anak semakin berkembang.</p>
<p dir="ltr">2. Sehingga...<br>
Ada ortu yg menyekolahkan sedini mungkin, bahkan ada yg masuk prasekolah diusia 1,5-2 tahun.</p>
<p dir="ltr">3. Mari kita bercermin...<br>
* Apakah kita begitu meyakini bahwa anak harus segera pintar agar siap menghadapi persaingan zaman?<br>
* Apakah kita disiapkan mjd orang tua?<br>
* Apakah memiliki bekal yang cukup dlm mengasuh?<br>
* Bagaimana innerchild diri kita?</p>
<p dir="ltr">4. Betapa kita disiapkan untuk menjadi ahli namun tdk disiapkan jadi orangtua, shg tidak punya kesabaran & endurance utk jadi ortu.</p>
<p dir="ltr">5. Ilmu yg kita miliki untuk mengasuh pun serba tanggung.<br>
Ilmu yg setengah-tengah, berujung pada false belief (keyakinan yg salah).<br>
Sayangnya false belief ini dpt berubah menjadi societal false belief (keyakinan yg salah pd sekelompok orang).<br>
Jika ortu tdk memiliki kemampuan berpikir (thinking skill) yg baik, false belief akibat ilmu yg serba tanggung itu jd pembenaran bersama atas keputusan kita yg keliru.</p>
<p dir="ltr">6. Pintar ada waktunya!<br>
Karena yg berkembang adalah pusat perasaan, anak usia dini hrs jadi anak yg bahagia, bukan jd anak yg pintar!</p>
<p dir="ltr">7. Kita berpikir...<br>
"Kan di sekolah belajarnya sambil bermain"<br>
"Kan anak perlu belajar sosialisasi"<br>
"Kan anak jd belajar berbagi & bermain bersama"<br>
Padahal...<br>
* Anak usia dini belum perlu belajar sosialisasi dg beragam orang<br>
* Saat anak diusia dini, otak anak yg paling pesat berkembang adl pusat perasaannya, bukan pusat berpikirnya.</p>
<p dir="ltr">8. Di sekolah, kegiatan anak hanya bermain kok!<br>
Taukah ayah bunda, permainan terbaik adalah tubuh ayah ibunya! Bermain dg ayah ibu jga menciptakan kelekatan. Misal: bermain peran, bermain pura-pura, muka jelek, petak umpet.</p>
<p dir="ltr">9. Di sekolah, mainan lebih lengkap.<br>
Permainan paling kreatif adalah bermain tanpa mainan. Jangan batasi kreatifitas anak dg permainan yg siap pakai.<br>
Contoh: karpet jadi mobil, panci jadi topi.</p>
<p dir="ltr">10. Di sekolah, anak belajar bersosialisasi & berbagi.<br>
Anak <5 th blm saatnya belajar sosialisasi. Ia blm bisa bermain bersama. Mereka baru bisa bermain bersama-sama.<br>
Bermain bersama-sama= bermain diwaktu & tempat yg sama namun tdk berbagi mainan yg sama (menggunakan mainan masing2)<br>
Bermain bersama= bermain permainan yg membutuhkan berbagi mainan yg sama.</p>
<p dir="ltr">11. Di sekolah, anak belajar patuh pada aturan & mengikuti instruksi.<br>
Aturan & instruksi perlu diterapkan setahap demi setahap. Jika di rumah ada aturan, di sekolah ada aturan, berapa banyak aturan yg harus anak ikuti? Apa yg dirasakan anak?<br>
Analogi: Seorang anak <5 thn yg sangat berbakat dlm memasak, dimasukkan ke sekolah memasak. Di sekolah itu, dia diajari berbagai aturan memasak yg banyak, dilatih oleh beberapa instruktur sekaligus. Yg dirasakan anak: pusing!</p>
<p dir="ltr">12. Memasukkan sekolah anak terlalu dini, sama seperti menyemai benih kanker.<br>
Kita tidak tahu kapan kanker akan muncul & dlm jenis apa.<br>
Otaknya belum siap. Kita tidak pernah tahu kapan ia kehilangan motivasi belajar.<br>
Semakin muda kita sekolahkan anak, semakin cepat pula ia mengalami BLAST (Bored Lonely Afraid-Angry Stress Tired).<br>
anak yg mengalami BLAST, lebih rentan mjd pelaku & korban bullying, pornografi & kejahatan seksual.</p>
<p dir="ltr">13. Jika si adik ingin ikut kakaknya sekolah...<br>
Sekolah itu bukan karena ikut-ikutan. Anak harus masuk masa teachable moment, krn memang ada anak yg mampu sekolah lebih cepat dr ketentuan umum yg berlaku. Ortu harus mampu mengendalikan keinginan anak. Kendali ada ditangan ortu, krn otak anak belum sempurna bersambungan.</p>
<p dir="ltr">14. Ciri anak memasuki masa teachable moment.<br>
* Menunjukkan minat utk sekolah<br>
* Minat tersebut bersifat menetap<br>
* Jika kita beri kesempatan untuk bersekolah, ia menunjukkan kemampuannya.</p>
<p dir="ltr">15. Kapan sebaiknya anak masuk sekolah?<br>
* TK A → usia 5 th<br>
* TK B → usia 6 th<br>
* SD → usia 7 th<br>
Dibawah usia 5 th, anak tdk perlu bersekolah.</p>
<p dir="ltr">Kebutuhan anak 0-8 tahun adalah bermain & terbentuknya kelekatan.</p>
<p dir="ltr">Jangan kau cabut anak2 dari dunianya terlalu cepat, krn kau akan mendapatkan orang dewasa yg kekanakan.<br>
-Prof. Neil Postman, The Disappearance Childhood-</p>
<p dir="ltr">Sumber: Yayasan Kita & Buah Hati</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-90455146274285406382018-07-18T15:40:00.001+07:002018-07-18T15:40:09.681+07:00Agar anak sesuai fitrahnya<p dir="ltr">🍃🌻 *Bagaimana agar anak anak kita terhindar dari sifat HOMO dan LESBI*<br>
. <br>
Didiklah anak sesuai fitrah seksualitas, artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya. <br>
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan.</p>
<p dir="ltr">Jika ia laki-laki maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki-laki. </p>
<p dir="ltr">Pertanyaan berikutnya yg muncul, bagaimana teknis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?<br>
Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya.</p>
<p dir="ltr">1. Usia 0 - 2 tahun</p>
<p dir="ltr">Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya. </p>
<p dir="ltr">Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun. <br>
Menyusui, bukan memberi asi. Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp. (hp adalah godaan terberat bagi umahat)<br>
Maka sambil murojaah hafalan.. Adalah cara yg baik dlm menyusui..</p>
<p dir="ltr">2. Usia 3 - 6 tahun</p>
<p dir="ltr">Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya. </p>
<p dir="ltr">Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya. Perbanyak aktivitas bersama. Ajari adab sopan santun dan contoh yg baik dlm tahap ini.<br>
Pakaikan baju sesuai gendernya.. Walaupun mereka belum paham tp tabiat ini akan mulai tertanam... Disini bila sudah masuk paud maupun TK harus dipahami oleh gurunya tentang urgennya adab bicara dan sopan santun serta pembiasaan baju dan mainan sesuai gendernya.</p>
<p dir="ltr">3. Usia 7 - 10 Tahun<br>
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya. Dengan memisah tempat tidur dg anak lawan jenis. Awasi Teman main agar sesuai gendernya dan tentu yg punya adab baik. Perhatikan Jenis permainannya yg sesui gendernya. Dan tentu pakain serta perlengkapannya agar tdk ada usur menyalahi fitrah yg bukan aslinya.</p>
<p dir="ltr">Anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya.<br>
Ajak anak beraktifitas yang menonjolkan sisi ke-maskulin-annya. Nyuci motor, akrab dg alat-alat pertukangan, dsb. </p>
<p dir="ltr">Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya. <br>
Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya. Stop katering dan banyak utak atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih-bersih rumah, menjahit dsb.</p>
<p dir="ltr">4. Usia 11 - 14 tahun<br>
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.<br>
Lintas gender. </p>
<p dir="ltr">Jika anak laki-laki maka dekatkan pada bundanya.<br>
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.</p>
<p dir="ltr">Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain. </p>
<p dir="ltr">Jika tdk dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.</p>
<p dir="ltr">Saat ada laki-laki yang memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau karena ada ayahnya yg lebih sering memujinya. <br>
Kalau ada laki-laki yang memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yg lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.</p>
<p dir="ltr">Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak laki-laki harus dekat dengan bundanya.</p>
<p dir="ltr">Efek yang sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.</p>
<p dir="ltr">Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?<br>
Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan. <br>
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yg bisa menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, atau paman. </p>
<p dir="ltr">Sama dengan Rasulullah. Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi Rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.</p>
<p dir="ltr">Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana?<br>
Sudah tuntas. Karena jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh. </p>
<p dir="ltr">Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi. <br>
Ia telah menjelma menjadi orang lain yg sepadan dengan kita. Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karna kita hanya punya waktu 14 tahun saja. </p>
<p dir="ltr">Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman-teman. <br>
Moga Allah mampukan dan bisa mempertanggung jawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan.</p>
<p dir="ltr">Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga. Apapun keadaannya, jangan lupa bersyukur kpd Allah ta'ala</p>
<p dir="ltr">📝 Jum'at, 13 Juli 2018 / 29 Syawwal 1439 </p>
<p dir="ltr">Dishare oleh : Ustadz Abu Riyadl _hafizhahullah_<br>
➖➖➖</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-77044171346461314842018-07-18T15:39:00.001+07:002018-07-18T15:39:59.895+07:00Tugas ibu saat anak di pesantren<p dir="ltr">" Apa tugas ibu di rumah ? ". <br>
Apa tugas ibu di rumah ? Setelah memasukkan anak anaknya ke pesantren ? Siang malam anak diurus orang lain , dikasih makan orang lain , di ajarin orang lain bahkan tidur pun sama orang lain .. </p>
<p dir="ltr">Ibu hanya ketemu sebulan sekali , bahkan kadang lebih , kayak saya gini yang anak saya ada di pesantren nun jauh di sana , ratusan kilometers jaraknya . Naik pesawatpun pinggang ngerentek saking jauhnya . </p>
<p dir="ltr">Tapi demi masa depan anak yang kita harapkan lebih baik , kita rela memisahkan rasa dengan realita . </p>
<p dir="ltr">Apa yang ibu harus lalukan ? Selama ini anak di depan mata . Dalam genggaman kita , tapi sekarang , untuk ngatur menu makanannya pun kita tak berdaya ... </p>
<p dir="ltr">Apalagi kayak saya yang punya sekolahan , kalau anak saya lagi sekolah di sekolahan saya ; saya bisa ngatur sampai sedalam dalamnya , bahkan ada orgtua yang rela jadi pengurus kelas untuk bantu ngatur anak anaknya walau tak begitu maksimal sebab segalanya sudah diatur sekolah , diambil alih sekolah . </p>
<p dir="ltr">Risau ? Tentu saja ada . Soal guru yang mungkin pilih kasih , soal teman yang mungkin pilih pilih , soal kakak kelas yang mungkin membully , soal makanan yang gak bisa milih milih , soal tempat tidur yang mungkin kurang bersih , soal pelajaran yang mungkin tak di mengerti . Juga adaptasi awalan yang terkadang mengalami disorientasi . </p>
<p dir="ltr"># apa tugas ibu ? Ketika anak anak diambil oleh sekolah ? <br>
1) Sholat n berdo'a di waktu malam .. <br>
~ Yaa Alloh , Yaa Rahmaan .. Engkaulah sebaik baik penjaga . Tolong jaga anak kami dalam pengawasan Mu yang tidak pernah alpha . Ingatkan dia bila dia salah , tegurlah dia dengan caraMu . <br>
2) Shaum ; agar hati menjadi bersih dan emosi lebih tertata sehingga siap mendengar berita apapun mengenai dia . <br>
3) Tilawah ; agar hati menjadi tenang ~ agar ada ikatan hati antara apa yang kita baca dengan yang di baca / di hafal anak anak sama .. <br>
4) Berinfaq ; Berwasilah dengannya agar -dimudahkan jalannya dalam mencari ilmu . Dipermudah urusannya ketika anak anak tidak bersama dengan kita .</p>
<p dir="ltr">Kita tidak tahu , dia sedang apa sa'at ini . Apa yang dirasa detik ini . Apa yang ada dalam pikirannya saat ini . Kita berdo'a agar ~ semua baik baik saja . Di tangan org baik , situasi yang baik dan lingkungan yang baik .. <br>
~ Hanya Allah tempat kita meminta .Khusus untuk dia . <br>
# Allah Maha Kuasa. <br>
# Allah Maha Pemberi Hidayah .<br>
~ Tugas ibu , ketika anak jauh dari pandangan ~ banyak munajat di atas sajadah panjang karena dengan mengingat Allah , hati menjadi tenang .. </p>
<p dir="rtl">{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}</p>
<p dir="ltr">“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).</p>
<p dir="ltr">By; Fifi . P Jubilea ( Jisc n Jibbs ' s Owner)</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-11285718274324013862018-07-12T11:50:00.001+07:002018-07-12T11:50:22.313+07:00Jadikan anak kita kader muslim..pembaharu<p dir="ltr">Dulu di mesir, ada satu perwira militer sholeh yang sangat disegani, namanya Kolonel Mistafa Hafidz.</p>
<p dir="ltr">Cerdas, tegas, kharisma nya sangat tinggi, sangat berwibawa.</p>
<p dir="ltr">Dia diprediksi menjadi Presiden mesir mendatang, karena kepribadiannya sangat menonjol.</p>
<p dir="ltr">Rezim mesir saat itu sangat ketakutan padanya, selain berwibawa dan berkharisma tinggi.</p>
<p dir="ltr">Musthafa Hafidz juga sangat dicintai pasukannya, kira kira hampir sama dengan Kharisma seorang Jenderal Erwin Rommel dalam tubuh Nazi Jerman.</p>
<p dir="ltr">Ketika namanya mulai membesar, rezim mesir gak tahan dalam paranoidnya, konsultasi dengan Mossad israel dilakukan, 3 tahun setelahnya Sang Kolonel sholeh tersebut dihabisi Oleh agen Mossad bekerjasama dengan militer mesir.</p>
<p dir="ltr">Sepucuk surat yang dikirimkan kepadanya meledak saat dia membacanya, surat bom itu adalah cara mossad menghabisinya.</p>
<p dir="ltr">Berselang 2 tahun kemudian, seorang ahli nuklir mesir Musthafa Musyarrafah juga dibunuh diluar negeri, pelakunya sama, Mossad.</p>
<p dir="ltr">Berselang 1 tahun kemudian, seorang muslimah ahli atom mesir juga dihabisi di inggris dengan cara ditabrak mobil, agar terlihat seolah olah murni kecelakaan, muslimah hebat itu bernama Samirah Mousa.</p>
<p dir="ltr">Kenapa mereka dihabisi? Karena seorang kader islam yang hebat, itu lebih menakutkan bagi yahudi dan kawan kawannya.</p>
<p dir="ltr">Karena seorang kader islam yang hebat, itu harganya lebih mahal daripada harga kantor pusat sebuah partai, atau dari harga semua aset properti sebuah organisasi dll.</p>
<p dir="ltr">Karena seorang kader hebat itu mencetaknya tidaklah mudah, seorang kader islam yang hebat, bisa jadi lebih mahal dari sebuah negara, uang bukan masalah bagi musuh islam, tapi kader islam yang hebat, benar benar masalah buat mereka.</p>
<p dir="ltr">Itulah mengapa Erdogan hari ini di turki mengkader anaknya sendiri Bilal Erdogan, seorang doktor ahli politik lulusan Harvard University.</p>
<p dir="ltr">Itulah mengapa, kemanapun Erdogan pergi, dia selalu ditemani oleh menantu nya sendiri Barak Al bayrak, bahkan saat malam kudeta yang hampir merenggut nyawa Erdogan, Menantunya adalah perisai bagi erdogan.</p>
<p dir="ltr">Erdogan ingin menantu nya langsung dapat ilmu lapangan yang mahal agar suatu saat bisa membangun turki, Erdogan tau, dia gak hidup selamanya, basis erdogan adalah sumber daya manusia.</p>
<p dir="ltr">Itulah mengapa, Erdogan saat ini terus mempersiapkan penggantinya, mulai dari Bekir Bozdag, Sulayman Soylu, sampai anak muda hebat Osman sang orator hebat pemuda AKP.</p>
<p dir="ltr">Itulah mengapa, Imam Syahid Hasan Al banna menyebut kader IM yang hebat sebagai Rasyidul Harokah, orang yang akan menjadi penerus yang meluruskan jalan kedepan.</p>
<p dir="ltr">Itulah mengapa, ulama Dunia Syeikh Yusuf al qardhawi juga mempersiapkan penerusnya, mulai dari ulama muda mesir, ulama ulama muda qatar sampai sekretatis pribadinya Syeikh Ishom Tholimah.</p>
<p dir="ltr">Harga kader islam itu gak bisa dikonversi kedalam rupiah maupun dolar, harga kader islam yang hebat itu sungguh sangat mahal, tidak menghargai kader kader islam sama dengan merobohkan kekuatan islam itu sendiri dalam jangka panjang.</p>
<p dir="ltr">Kader islam itu akan hidup lebih lama daripada masa dan usia para pimpinannya, dan yang jauh lebih awet adalah narasi narasi besar kader islam yang sangat dibutuhkan dunia untuk menuju kejayaan.</p>
<p dir="ltr">Mengkerdilkan kader islam sama dengan memotong urat nadi islam itu secara perlahan, sadar ataupun tidak, paham ataupun tidak, maka jagalah kader islam kita dari semua makar musuh, baik dari dalam islam itu sendiri terlebih dari luar para mafia intelijen dan para operator politik yang jahat.</p>
<p dir="ltr">Tengku Zulkifli Usman</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-66012891098542168412018-07-12T11:49:00.001+07:002018-07-12T11:49:59.355+07:00Anakku Nyantri #part 2<p dir="ltr">Bagus utk dibaca ..<br>
Utk para Orang tua yg putra & putrinya di Pondok Pesantren, dimanapun.</p>
<p dir="ltr">*Untuk para ustadz dan ustadzah, musyrif dan musyrifah.... <br>
::: Sekeping Catatan Hati..para wali santri*</p>
<p dir="ltr">Anak-anak kami,<br>
Adalah bagian dari jiwa kami..</p>
<p dir="ltr">Melepas mereka tak ubahnya seperti mencabut hati kami sendiri.</p>
<p dir="ltr">Andai bisa, tentu kami ingin mereka selalu dalam jangkauan mata.<br>
Namun kami sadari, tangan kami saja tak cukup kuat membimbing mereka..</p>
<p dir="ltr">Kami mencintai mereka,<br>
Tapi, cinta kami seringkali buta,<br>
Tak sanggup melihat aib dan kurang mereka..</p>
<p dir="ltr">Kami menyayangi mereka,<br>
Tapi kasih sayang kami terkadang tak cukup menyelamatkan mereka dari api Neraka..</p>
<p dir="ltr">Menyadari ketidakberdayaan kami,<br>
Dengan sepenuh kesadaran, kami lepaskan anak-anak kami jauh dari rumah, tempat mereka dibesarkan..</p>
<p dir="ltr">Ada sesak yang kami tahan di dada,<br>
Ada air mata yang diam-diam kami tumpahkan,<br>
(Ketika) melepas kepergian mereka..</p>
<p dir="ltr">Hanya harapan yang sanggup membuat kami berpura-pura tersenyum,<br>
Harapan kiranya perpisahan ini menjadi jalan yang akan mengantar mereka menuju ketakwaan..</p>
<p dir="ltr">Anak-anak kami,<br>
Datang ke #Pondok ini dengan segenap kekurangan mereka..</p>
<p dir="ltr">Maafkan, jika mereka kurang santun dlm berperilaku,<br>
Kurang sopan dlm bertutur kata,<br>
Kurang sungguh-sungguh dalam belajar,<br>
Kurang taat pada peraturan,<br>
Dan sederet kekurangan lainnya..</p>
<p dir="ltr">Anak-anak kami,<br>
Bukan sepotong kain yang kami kirim untuk dijahit menjadi baju dalam hitungan hari,<br>
Bukan adonan tepung yang hanya butuh beberapa jam untuk mengolahnya menjadi roti..</p>
<p dir="ltr">Tapi, jiwa-jiwa yang punya ego dan perasaan, <br>
Yang perlu proses panjang untuk membentuk akhlak dan kepribadian mereka..</p>
<p dir="ltr">Mungkin, sesekali mereka akan membangkang,<br>
Dan dengan keterbatasn ilmunya, justru menjerumuskan diri ke dalam dosa..</p>
<p dir="ltr">Saat itulah, kami harapkan teguran penuh kelembutan dari ustadz untuk anak-anak kami..</p>
<p dir="ltr">Atau, peringatan tegas, bahkan sedikit "kekerasan" dalam batas syariat sebagai pendidikan..</p>
<p dir="ltr">Betapapun kami menyayangi anak-anak kami,<br>
Betapapun kami ingin mereka hidup nyaman tanpa beban,<br>
Kami masih tega melihat mereka menanggung "kesusahan" hidup sebagai santri,<br>
Demi mendidik mereka menjadi pribadi bertakwa..</p>
<p dir="ltr">Kami rela mereka menanggung beban dunia,<br>
Tapi kami tak sanggup melihat anak-anak kami terjerumus dalam dosa dan tersiksa dalam panasnya Neraka..</p>
<p dir="ltr">Karenanya,<br>
Dengan segala kerendahan,<br>
Kami (meng-) harapkan bantuan ustadz dalam membimbing mereka..</p>
<p dir="ltr">Anak-anak kami,<br>
Pergi jauh meninggalkan orangtua dan sanak saudara,<br>
Kami harap di Pondok mereka menemukan gantinya..</p>
<p dir="ltr">Rengkuh mereka sebagai anak,<br>
Atau adik yang layak disayangi setulus hati..</p>
<p dir="ltr">Jangan pandang mereka dengan ketidaksempurnaan mereka saat ini,<br>
Tapi lihatlah mereka belasan atau puluhan tahun mendatang..</p>
<p dir="ltr">Anak-anak kami,<br>
Dengan segala kekurangannya adalah aset muslimin,<br>
Calon penerus perjuangan masa depan..</p>
<p dir="ltr">Kami tak mengharap kesempurnaan ustadz dalam memahami anak-anak kami,<br>
Sebab kami sendiri, yang mengenal mereka sejak masih dalam kandungan-pun, seringkali gagal mengenali karakter mereka..</p>
<p dir="ltr">Hanya kesabaran dan kesungguhan dalam usaha,<br>
Yang kami yakin tak semudah membalik telapak tangan..</p>
<p dir="ltr">Meski sebenarnya kami merasa malu,<br>
Sebab kami tak dapat menawarkan apapun sebagai imbalan..</p>
<p dir="ltr">Hanya secuil doa,<br>
Kiranya setiap tetes keringat akan meluruhkan dosa-dosa..</p>
<p dir="ltr">Kiranya setiap jengkal langkah dan jerih payah meninggikan derajat Antum di taman-taman Surga..</p>
<p dir="ltr">Dan kiranya setiap sesak yang menghimpit karena ulah anak-anak kami melapangkan jalan Antum menuju ridha-Nya..</p>
<p dir="ltr">Kami, dengan sepenuh usaha akan belajar ikhlas melepas anak-anak kami..<br>
Akan kami iringi kesabaran ustadz dengan ketabahan..<br>
Akan kami imbangi kegigihan Antum dengan doa dalam sujud-sujud panjang..<br>
Akan kami teladani keikhlasan dan kesungguhan Antum, sebab kami sadar, kami-lah yang pertama bertanggung jawab terhadap pendidikn anak-anak kami...</p>
<p dir="ltr">Bismillah, insya Allah..</p>
<p dir="ltr">Copas</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-67940267505909780222018-07-12T11:48:00.001+07:002018-07-12T11:48:45.626+07:00Anakku Nyantri #part 1<p dir="ltr">ALHAMDULILLAH NYANTRI..</p>
<p dir="ltr">alhamdulillah..anakku jadi santri..</p>
<p dir="ltr">ketika kita tidak bisa bangun malam..sekarang anakku sudah dibangunkan jam 3 dinihari..</p>
<p dir="ltr">ketika kita kadang tidak bisa mengajak dia ke masjid untuk subuhan...sekarang anakku sudah menunggu adzan subuh dimasjid lebih awal...</p>
<p dir="ltr">ketika kita sulit menyuruh dia untuk mandi pagi...sekarang anakku dengan cekatan ikut antri untuk mandi..</p>
<p dir="ltr">ketika kita harus ikut menyiapkan keperluan dia untuk pergi kesekolah..sekarang anakku bisa menyiapkannya sendiri..</p>
<p dir="ltr">ketika kita harus sedikit memaksa dia untuk sarapan..sekarang anakku dengan senang hati membawa piring untuk antri mengambil makannya..</p>
<p dir="ltr">ketika kita tergesa gesa mengantarkan dia kesekolah..sekarang anakku dengan riang melangkah kesekolah..</p>
<p dir="ltr">ketika kita khawatir pergaulan dia disekolah..sekarang anakku bergaul dengan teman teman yang baik..</p>
<p dir="ltr">ketika kita cemas tentang pendidikan agamanya..sekarang anakku belajar dengan tekun ilmu agama..</p>
<p dir="ltr">ketika kita tidak bisa memberi contoh untuk sholat ke masjid...sekarang anakku berjamaah dimasjid setiap waktu sholat tiba..</p>
<p dir="ltr">ketika kita tidak sempat menyimak bacaan ngajinya...sekarang anakku dengan senang hati mengaji setiap saat setiap waktu..</p>
<p dir="ltr">ketika kita bersedih berpisah dengan dia..sekarang anakku gembira bersama teman teman barunya..</p>
<p dir="ltr">ketika kita tidak pernah mengajarkan dia mencuci baju..sekarang anakku bisa mencuci bajunya sendiri..</p>
<p dir="ltr">ketika kita sulit menyuruhnya tidur malam..sekarang anakku tidur dengan lelap sesuai jadwalnya..</p>
<p dir="ltr">ketika kita gemas dengan barang dia yang rusak atau hilang...sekarang anakku mulai belajar <br>
tanggung jawab menjaga barangnya sendiri..</p>
<p dir="ltr">ketika kita merasa banyak kekurangan dipondok dia...sekarang anakku sedang didik oleh guru guru yang penuh keikhlasan..</p>
<p dir="ltr">ketika kita sering protes sana sini dengan kondisi pondok dia..sekarang anakku sedang diberikan kasih sayang 24 jam non stop..</p>
<p dir="ltr">ketika kita sempat bingung memilih sekolah terbaik...sekarang anakku tersenyum bangga belajar dipondok..</p>
<p dir="ltr">ketika kita berfikir ingin memindahnya ke sekolah lain...sekarang anakku sudah kerasan dengan pondok tercintanya..</p>
<p dir="ltr">#anaskamaludin</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-84859754492042480322018-06-19T12:57:00.001+07:002018-06-19T12:57:41.373+07:00Felix dan papi<p dir="ltr">Amal Yang Tertukar</p>
<p dir="ltr">Ini orang yang dulu pernah saya benci, tak terhitung berapa kali amarahnya mendarat di badan saya, membekas di hati saya. Waktu-waktu bersamanya adalah siksaan, dia ayah saya</p>
<p dir="ltr">Tapi itu dulu, setelah saya dewasa dia banyak berubah, dan setelah saya masuk Islam, saya diajari cinta, termasuk pada orangtua, maka saya mencintainya sepenuh hati</p>
<p dir="ltr">Bahkan darinya saya belajar banyak berfikir kritis, yang jadi jembatan bagi saya mengenal Islam, beroleh hidayah. Maka sekarang saya terus mendoakannya juga beroleh hidayah</p>
<p dir="ltr">Bagaimana tidak, kediaman dan kendaraan saya diberi olehnya dan umrah saya dan istri kali pertama ditanggungnya, tak terhitung support Papi dalam dakwah saya</p>
<p dir="ltr">Pernah dia bilang, "Lix, bensin biar Papi yang tanggung, jangan pernah minta uang sama orang dari dakwahmu". Ratusan juta uangnya untuk @ummualila bangun @hijabalila </p>
<p dir="ltr">Papi belum Muslim, tapi keberpihakannya pada Islam sudah ada, Papi simpatik pada mereka yang taat. Kemarin saja baru fasilitasi 50 orang lebih Umrah plus Istanbul bareng saya</p>
<p dir="ltr">Sebagai direktur di perusahaan pestisida, Papi aktif sediakan panggung untuk kajian, minta saya yang memberi kajian pada para petani, sampai ke pelosok desa</p>
<p dir="ltr">Papi juga selalu update dengan dakwah saya, kemungkinan besar tulisan ini juga dia baca. Tiap saya ke Jatim atau Jateng, selalu ditanya "Lix, ada persekusi lagi nggak?", begitu</p>
<p dir="ltr">Dia banyak makan asam garam hidup. Saya sebenarnya malu menceritakan siapa yang suka bubarkan kajian saya dan apa sebabnya, tapi dia tidak perlu, dia sudah tahu</p>
<p dir="ltr">Papi sudah tahu anaknya sangat ingin syariat Islam tegak, dan dia tak ada masalah. Suatu kesempatan, malah dia kepergok sedang jelaskan koleganya tentang Khilafah</p>
<p dir="ltr">Katanya, "Jadi Khilafah itu kayak kita orang Kristen, kesatuan spiritual, tapi Khilafah ini juga kesatuan politik, ummat Islam kan satu", saya juga heran, yang Muslim saja mungkin tak paham</p>
<p dir="ltr">Satu saat, saat sedang belanja bersama, Mami saya protes, "Lix, udahlah, jangan terlalu ekstrim, Mami sudah tua, nanti kalau kamu ketangkep polisi gimana?", katanya</p>
<p dir="ltr">Saya jawab, "Polisi baik-baik orangnya mi, kecuali beberapa aja yang sering muncul hehehe.. Felix nggak salah apa-apa, kenapa ditangkep?" Saya balas dengan elegan</p>
<p dir="ltr">Selepas itu saya dan Mami berdebat, Papi menengahi. "Lix, Papi sudah belajar ikhlas kalau harus kehilangan kamu, kamu mungkin benar tapi jalanmu bahaya", tegasnya</p>
<p dir="ltr">Papi lanjut, "Abdul Somad kalau ada apa-apa, orang Melayu maju, Habib punya FPI, kamu kalau ada apa-apa, siapa yang bela, orang kita lari duluan". Saya tertawa, benar juga</p>
<p dir="ltr">Afterall, saya hanya ingin beritahu. Ada yang belum Muslim seperti Papi, tapi fasilitasi dakwah, senang melihat orang taat, bangga punya anak yang berdakwah</p>
<p dir="ltr">Dia pernah punya pandangan negatif tentang dakwah, tapi dia mau tanya, dia mau diskusi, toleransi sama pandangan yang tidak sesuai dengan dia, kasih sayang meski beda agama</p>
<p dir="ltr">Tapi</p>
<p dir="ltr">Ada yang Muslim, kerjanya membubarkan kajian, tebar fitnah sana dan sini akan dakwah, tak suka menerap syariat, tak suka Al-Qur'an ketika jadi pedoman, model begini banyak</p>
<p dir="ltr">Teriak toleransi pada yang kafir, intoleran pada sesama Muslim, merasa Islamnya paling hebat sedunia, paling asli, lebih hebat dari Islam Arab yang katanya penjajah</p>
<p dir="ltr">Sementara mereka bersalam mesra, riang gembira bersama Israel, penjajah paling biadab di muka bumi, mempermalukan diri dan negeri, katanya ini rahma dan damai</p>
<p dir="ltr">Papi tak perlu dalil "Musa menemui Fir'aun" untuk tahu Israel itu biadab. Papi tak perlu merasa paling NKRI dan Pancasila untuk adakan kajian bukan membubarkannya</p>
<p dir="ltr">Bukankah ini amal yang tertukar?</p>
<p dir="ltr">Sengaja saya upload fotonya Papi, saya mohon keikhlasan doa teman-teman sekalian, agar Papi dibukakan jalan hidayah. Saya yakin teman-teman sekalian doanya diterima Allah</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-87994250997841262692018-06-06T11:47:00.001+07:002018-06-06T11:47:36.845+07:00Lukmanul Hakim best parents<p dir="ltr">[06/06, 11:45] Naning Zuliarti: / Lima Nasihat Penting Lukman Hakim Dalam Mendidik Anak /</p>
<p dir="ltr">Oleh: Deasy Rosnawaty (Muslimah Cinta Islam Lampung)</p>
<p dir="ltr">Lukmanul hakim adalah Lukman ibnu ‘Anqa’ ibnu Sadun. Beliau adalah seorang budak, penggembala kambing, berperawakan kurus, berkulit hitam, berhidung pesek dan berkaki kecil. Akan tetapi orang-orang senang bercakap-cakap dengan beliau, karena kalimat-kalimat yang beliau ucapkan senantiasa bermakna, penuh hikmah.</p>
<p dir="ltr">Itulah kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada Lukman. Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 12 “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." </p>
<p dir="ltr">Anugerah hikmah yang dimiliki Lukman inilah, yang membuatnya digelari al-Hakim. Hingga ia dikenal dengan sebutan Lukmanul hakim.</p>
<p dir="ltr">Suatu ketika ada yang bertanya tentang apa yang membuatnya memiliki hikmah. Maka Lukman pun menyebutkan hal-hal yang ia lakukan. Ia menahan pandangan, ia menjaga lisan, ia memperhatikan makanan yang ia makan, ia pelihara kemaluannya, berkata jujur, menunaikan janji, menghormati tamu, memenuhi tetangga dan meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat. Inilah sosok Lukmanul Hakim yang patut kita contoh.</p>
<p dir="ltr">Adapun bagaimana Lukman mendidik anaknya? Surat Lukman (31) ayat 13-19 menggambarkan potretnya. Menggambarkan apa saja yang diajarkan Lukman dan bagaimana cara Lukman mengajarkannya.</p>
<p dir="ltr">Ada lima hal yang diajarkan Lukman pada anaknya. Pertama, Lukman mengajarkan pemurnian aqidah. "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." T.Q.S Lukman (31) ayat 13.<br>
Kedua, Lukman menyampaikan wasiat Allah agar manusia berbuat baik (memperlakukan dengan baik) kedua ibu bapaknya. Terutama ibunya yang telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapih selama dua tahun.</p>
<p dir="ltr">Meski demikian, seandainya kedua ibu bapak tersebut memaksa untuk berlaku syirik, dengan tegas Lukman berkata “Falaa tuti’huma” jangan ikuti keduanya. Namun “Shohib huma” bersahabatlah dengan keduanya di dunia ini dengan cara yang ma’ruf. Artinya, boleh melawan kehendak kedua orang tua dalam perkara syirik, namun wajib atas kita tetap mempergauli keduanya dengan baik. Tetap berkata baik, bersikap baik, melayani mereka dengan baik, dst.</p>
<p dir="ltr">Ketiga, Lukman mengajarkan kepada anaknya bagaimana konsep amal seorang muslim. Bahwa seorang muslim harus senantiasa melakukan kebaikan. Sebab kebaikan sekecil apa pun, sekalipun tersembunyi di dalam batu, tersimpan di langit dan terpendam di dalam bumi; Allah akan membalasnya. Karena Allah sangat detail dalam mengetahui segala sesuatu.</p>
<p dir="ltr">Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 16, “(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”</p>
<p dir="ltr">Tak perlu khawatir, meski kebaikan kita tak tampak di mata manusia dan tak terdengar oleh telinga makhluk-Nya. Karena Allah pasti membalasnya. Begitu luar biasa totalitas amal yang diajarkan Lukman pada anaknya.</p>
<p dir="ltr">Keempat, Lukman memerintahkan anaknya menegakkan sholat, beramar ma’ruf nahi munkar dan bersabar atas apa yang menimpa. Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 17, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang besar dan berat (Azmil umur).”</p>
<p dir="ltr">Ada keterkaitan apa dalam tiga perintah ini; mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi munkar dan bersabar, hingga Lukman menghimpunnya dalam satu poin nasehat? Surat al-Baqarah (2) ayat 45 menjawabnya. “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu…” Maksudnya jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong wahai orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar. </p>
<p dir="ltr">Sungguh luar biasa Lukman, ia mengajari anaknya untuk memikul tanggung jawab beramar ma’ruf nahi munkar. Memikul perkara besar dan berat (‘azmil umur). Perkara yang beresiko. Perkara yang memerlukan tekad, ketegaran dan ketetapan hati untuk melakukannya. Perkara yang tidak akan sanggup dipikul kecuali oleh orang-orang yang sabar dan orang-orang yang memiliki kedekatan kepada Allah, memiliki ruhiyah yang tinggi dengan memperbanyak menegakkan shalat.</p>
<p dir="ltr">Kelima, Lukman mengajarkan anaknya berakhlak yang baik. Tidak berlaku sombong, tidak berjalan dengan angkuh dan tidak berbicara dengan keras.</p>
<p dir="ltr">Inilah lima poin penting nasehat Lukman untuk anaknya. Dengan lima poin inilah, karakter seorang muslim dibentuk. Yautu ia hanya menjadikan Allah satu-satunya tujuan, tidak ada serikat. Ia berlaku baik pada kedua orang tua. Ia selalu beramal kebaikan dimanapun kapanpun. Ia kokoh bagai karang dalam menyampaikan kebenaran namun santun dalam sikap keseharian.</p>
<p dir="ltr">Semoga kita mampu seperti Lukman. Semoga anak-anak kita mampu kita bentuk dengan karakter hebat sebagaimana Lukman mementuk karakter anaknya.</p>
<p dir="ltr">Wallahu a’lam.</p>
<p dir="ltr">Diubah seperlunya dari : @MuslimahCintaIslam</p>
<p dir="ltr">——————————<br>
/ Silakan share dengan mencantumkan sumber Muslimah News ID - Berkarya untuk Umat /<br>
——————————<br>
Follow kami di<br>
Facebook: fb.com/MuslimahNewsID<br>
Twitter: twitter.com/muslimahnewsid<br>
Telegram: t.me/MuslimahNewsID<br>
IG: instagram.com/MuslimahNewsID.<br>
——————————<br>
Grup WhatsApp: bit.ly/JoinWAMuslimahNewsID<br>
——————————<br>
[06/06, 11:45] Naning Zuliarti: LELAH</p>
<p dir="ltr">Ada 8 kelelahan yang disukai Allah SWT dan RasulNya :</p>
<p dir="ltr">1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya<br>
(QS. 9:111)</p>
<p dir="ltr">2. Lelah dalam berda'wah/mengajak kepada kebaikan (QS.41:33)</p>
<p dir="ltr">3. Lelah dalam beribadah dan beramal sholeh (QS.29:69)</p>
<p dir="ltr">4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. merawat dan mendidik putra/putri amanah Illahi (QS. 31:14)</p>
<p dir="ltr">5. Lelah dalam mencari nafkah halal<br>
(QS. 62:10)</p>
<p dir="ltr">6. Lelah mengurus keluarga<br>
(QS. 66:6)</p>
<p dir="ltr">7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu<br>
(QS. 3:79)</p>
<p dir="ltr">8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit<br>
(QS.2:155)</p>
<p dir="ltr">Semoga kelelahan dan kepayahan yang kita rasakan menjadi bagian yang disukai Allah dan RasulNya. Aamiin yaa Rabbal-'aalamiin</p>
<p dir="ltr">Lelah itu nikmat. Bagaimana mungkin? Logikanya bagaimana? Jika anda seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah dalam kelelahan yang sangat. Itu adalah nikmat Allah swt yang luar biasa, karena banyak orang yang saat ini menganggur dan bingung mencari kerja.</p>
<p dir="ltr">Jika anda seorang istri yang selalu kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, karena betapa banyak wanita sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, namun jodoh tak kunjung hadir.</p>
<p dir="ltr">Jika kita orang tua yang sangat lelah tiap hari, karena merawat dan mendidik anak-anak, sungguh itu nikmat yang luar biasa. Karena betapa banyak pasangan yang sedang menanti hadirnya buah hati, sementara Allah swt belum berkenan memberi amanah.</p>
<p dir="ltr">Lelah dalam Mencari Nafkah</p>
<p dir="ltr">Suatu ketika Nabi saw dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.”</p>
<p dir="ltr">Rasulullah saw menjawab: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.”<br>
(Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb).</p>
<p dir="ltr">Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapa pun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan hidup di dunia juga memiliki dimensi akhirat.</p>
<p dir="ltr">Bahkan secara khusus Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang kelelahan dalam mencari rejeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.”</p>
<p dir="ltr">Subhanallah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya selalu ada keutamaan.</p>
<p dir="ltr">Kelelahan dalam bekerja bisa mengantarkan meraih kebahagiaan dunia berupa harta, di sisi lain dia mendapatkan keutamaan akhirat dengan terhapusnya dosa-dosa. Syaratnya bekerja dan lelah. Bukankah ini bukti tak terbantahkan, bahwa kelelahan ternyata nikmat yang luar biasa?</p>
<p dir="ltr">Kelelahan Mendidik Anak</p>
<p dir="ltr">Di hari kiamat kelak, ada sepasang orangtua yang diberi dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi.</p>
<p dir="ltr">Keduanya bingung dan bertanya: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan kepada mereka: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu.”</p>
<p dir="ltr">Merawat dan mendidik anak untuk menjadi generasi shaleh/shalehah bukan urusan yang mudah. Betapa berat dan sangat melelahkan. Harta saja tidak cukup.</p>
<p dir="ltr">Betapa banyak orang-orang kaya yang anaknya “gagal” karena mereka sibuk mencari harta, namun abai terhadap pendidikan anak. Mereka mengira dengan uang segalanya bisa diwujudkan. Namun, uang dibuat tidak berdaya saat anak-anak telah menjadi pendurhaka.</p>
<p dir="ltr">Berbahagialah manusia yang selama ini merasakan kelelahan dan berhati-hatilah yang tidak mau berlelah-lelah. Segala sesuatu ada hitungannya di sisi Allah swt. Kebaikan yang besar mendapat keutamaan, kebaikan kecil tidak akan pernah terlupakan.</p>
<p dir="ltr">Rasulullah saw bersabda:</p>
<p dir="ltr">“Pahalamu sesuai dengan kadar lelahmu.”</p>
<p dir="ltr">Allah swt akan selalu menilai dan menghitung dengan teliti dan tepat atas semua prestasi hidup kita, sebagaimana firman-Nya:</p>
<p dir="ltr">“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”.<br>
(QS. An-Najm: 39-41).</p>
<p dir="ltr">Mari kita mencari kelelahan yang diridhoi Allah.</p>
<p dir="ltr">*copas*</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-34869644598076031202018-05-21T17:36:00.001+07:002018-05-21T17:37:37.951+07:00Daurah quran dg syaikh dr Palestina https://youtu.be/hpnkebAu6VY<p dir="ltr">Di Menit ke...eh kok menit. Di .... 3.00.50<br>
Ada yg nanya sesuatu yg sudah ia fahami sebenarnya. Krn sudah ia praktekkan berkali2 di pesantrennya dulu selama 6 tahun.. </p>
<p dir="ltr">Dilahat ya zafaaaa...<br>
Itu emaknya nanya ...gayanya lucu bin ajaib gitu...#tepok jidat</p>
<p dir="ltr">https://youtu.be/hpnkebAu6VY</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-40059658218070444612018-05-21T09:45:00.001+07:002018-05-21T09:45:31.222+07:00Salim Afillah <p dir="ltr">YES, RADIKAL<br>
@salimafillah</p>
<p dir="ltr">Masyaallah, rupanya banyak sekali Shalih(in+at) yang sampai menghubungi secara pribadi untuk menyampaikan sedih dan geramnya karena nama saya masuk sebuah daftar yang juga menyertakan guru kita Habib Rizieq, @ustadzabdulsomad, dan @ustadzadihidayat. Waduh, saya yang hanya remah rengginang apek di kaleng Khong Guan berkarat ini merasa sangat tersanjung. Uniknya, di dalam daftar itu ada juga nama para Gurunda yang kiranya akan menyebut kami-kami sebagai 'Persatuan Kebun Binatang', atau malah 'Tumpahkan Saja Darahnya'. Semoga Allah ampuni dan sayangi semua.</p>
<p dir="ltr">Awalnya, saya menyangka akan biasa saja ketika nama saya ada di urut ke-19 senarai bertajuk, '20 Nama Penebar Ajaran Islam Radikal/Wahhabisme' itu. Sebab sudah sejak lama pula nama 'Salim A. Fillah' oleh sebagian yang berbangga dengan kewahhabian dimasukkan daftar 'Ahli Bid'ah', 'Da'i Manhaj Gado-gado', 'Da'i Hizbiyyun Harakiyyun', 'Gembong Ikhwani', atau julukan lainnya.</p>
<p dir="ltr">Memang uniknya, yang sekarang membuat daftar mengatasnamakan 'Generasi muda NU', yang saya merasa menjadi bagian darinya. Saya santri, dididik di Pondok Pesantren Salafiyah, dalam makna asrama pendidikan yang tak memiliki lembaga resmi berjenjang-jenjang, yang alumninya takkan mendapat ijazah atau lembar kertas apapun yang menunjukkan dia pernah belajar apa, kapan, dan di mana. Saya mengaji sorogan dan bandungan, dari Safinatunnajah ke Sullamut Taufiq ke Fathul Qarib hingga Bidayah dan Tuhfah, menazhamkan Hidayatush Shibyan, 'Imrithy, sampai Alfiyah, bermadrasah dan berkhithabah, membaca Maulidusy Syarifil Anam serta mengamalkan Ta'limul Muta'allim; semua mengalir sebagaimana kami memasak dan makan, lalu tidur di lantai berbantal persediaan beras yang membuat tak nyenyak ketika menipis di akhir bulan.</p>
<p dir="ltr">Wahabi? Mungkin maksudnya ndherek Allahuyarham Kyai Abdul Wahab Chasbullah, salah satu dari 3 pendiri NU.</p>
<p dir="ltr">Radikal? Mungkin maksudnya seperti makna asalnya; mengakar. Lha iman kan memang harus seperti pohon yang baik, 'akarnya teguh menghunjam, batangnya bercabang menggapai langit, memberi buah setiap musim dengan izin Rabbnya.' Yang tidak boleh itu ekstrim; ghuluw, ifrath-tafrith, tanaththu'.</p>
<p dir="ltr">Rupanya berada di tengah itu memang sering berarti dikanankan oleh yang kiri dan dikirikan oleh yang kanan.</p>
<p dir="ltr">Alhamdulillah, semua itu tidak ada apa-apanya dengan tuduhan yang menimpa Kangjeng Nabi; gila, penyihir, dukun, tukang syair. Maka selow sahaja njih kita. Katakan saja pada yang buat daftar, "Ih kamyu! Sa ae!"</p>
<p dir="ltr">Jazaakumullaahu khayran pada Shalih(in+at) yang sampai demikian bersimpati menjapri. Mari terus berdakwah, semoga Allah limpahkan berkah. Saya juga akan terus mengurai makna batik dan dhapur serta pamor keris. Lha kan tidak nyambung? Radikalis wahhabis kok suka keris? 😂</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-32281774143120793192018-05-18T09:55:00.001+07:002018-05-18T10:25:49.819+07:00Lovely Leader<p dir="ltr">Lovely Leader Ever</p>
<p dir="ltr">Jumat, 2 Ramadhan 1439 H/ 18 Mei 2018</p>
<p dir="ltr">Bersyukur padaMu ya Rabb atas segala karuniaMu. Kau pertemukan dan dekatkan aku dengan orang2 shalih, dan kau berikan pada hamba pekerjaan dan lingkungan yang sangat nyaman... Engkau maha baik ya Allah ya Rahman yaa Rahiim...</p>
<p dir="ltr">Cerita 1<br>
Alhamdulillah, di usia hamba yang tidak lagi muda, engkau karuniakan hamba pekerjaan yang sesuai dengan minat bakat dan keilmuan hamba, dengan waktu yg sangat bersahabat ( berangkat setelah mengantar buah hati sekolah, dan pulang 3 jam sebelum kepulangannya dr sekolah), sekaligus jabatan yang biasanya dikejar orang lain dan biasanya saya tolak seperti pengalaman hamba 2007 lalu. Sekarang tidak bisa menolak lagi karena pemberi amanah menyampaikan alasannya yg cukup masuk akal, daaan mulailah di penghujung Februari persis di ulang tahun saya yg ke 39 (meski nggak pernah dirayakan) , saya menempati kantor yg sangat nyaman.. baik lahir maupun batinnya.</p>
<p dir="ltr">Cerita 2<br>
Dua pekan setelah bergabung, kami punya event besar yaitu visitasi dari Depag semacam akreditasi untuk campus lah. Acara yang di hadiri oleh orang2 penting dari Dinas pusat, plus seluruh orang penting di lembaga kami ini berlangsung seharian, hingga jelang malam. Ketika azan maghrib berkumandang, syaikhuna al Mukarrom memanggil saya, yaaa ummu Zahid, yakfiiki. Irjii'y... faham maksudnya kan??? My leader said pulanglah, ada hal anak dan suamimu di rumah, tak perlu kau ikut rapat ini hingga selesai... Allahu akbar. Betapa indahnya bila leader kita muslim yg sangat faham aturan agamanya..👍</p>
<p dir="ltr">Cerita 3<br>
Ramadhan ini jam kerja kami berubah. 09.00- 15.00. Sangat longgar menurut kami. Alhamdulillah kami semua smanah dengan waktu yg sudah di sepakati. Daaan.. ketika kmarin rapat, hingga azan asar berkunandang padahal rapat belum selesai, Syaikh memanggil saya lagi... mengatakan hal yg sama.. tafadhaliii ummu zahid...<br>
Intinya..pulanglah, kau butuh masak dan mrnyiapkan ifthar untuk keluargamu... masyaAllah</p>
<p dir="ltr">Cerita 4<br>
Ada beberapa student aceh yg karena tiket mahal, mereka tdk bisa pulang ke kampung halaman saat liburan hampir dua bulan ini. Dan ...beberapa student td di tanya oleh syaikh.. bener tdk mau pulang? Kemudian ditanya alasan2nya..<br>
Setelah mahasiswi iti pergi, syaikh bicara... klo mau pulang akan di bayari, tapi <br>
Tapi intimys tdk ada paksaan apa...</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-rmh9b7DqWmc/Wv5Atlrvz5I/AAAAAAAAWCM/3CtbeOr7ezcUy6iRp4u_VShVmRUDffaQwCHMYCw/s1600/20180507_074043.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-rmh9b7DqWmc/Wv5Atlrvz5I/AAAAAAAAWCM/3CtbeOr7ezcUy6iRp4u_VShVmRUDffaQwCHMYCw/s640/20180507_074043.jpg"> </a> </div>Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-85492333293269538112018-05-12T11:35:00.001+07:002018-05-12T11:35:20.835+07:00Munasharah Palestina<p dir="ltr">Jumat 11052018</p>
<p dir="ltr">07.00 Darussalam kota wisata</p>
<p dir="ltr">Pagi ini, tepat pukul 07.00, 3 bus paskhal ( Pasukan Khalid bin Walid) beranjak menuju Monas untuk berpartisipasi atas pembebasan al Quds, Al Aqsa Palestina. 2 bus diisi oleh ikhwan, dan 1 bus diisi oleh kami para akhwat. Rombongan kawan2 kami dari organisasi telah berangkat pukul 02.00 dini hari tadi karena meniatkan qiyamullail dan sholat subuh di masjid Istiqlal. Sebenarnya saya ingin ikut rombongsn dini hari, tapi karena Fatih, putra kedua saya sedang ulangan harian bahasa arab, mau tidak mau harus menemaninya belajar ulang selepas shalat subuh. Jadilah saya memutuskan ikut rombongan pukul 07.00 ini, yang sudah pasti konsekuensinya adalah dapat tempst jauh dari panggung karena terlalu siang sampai lokasi. Tapi..alhamdulillah ala kulli hal.</p>
<p dir="ltr">Perjalanan sebenarnya cukup menyenangkan, meski sedikit macet tapi tetap bergerak. Jadi pukul 09.30 tepat kami sudah sampai lokasi acara yg sudah fipenuhi oleh massa yg sangat cinta Palestina</p>
<p dir="ltr">*tulisan lengkap menyusul...</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Xn1IKBDjQGQ/WvZu_-lBjzI/AAAAAAAAWBQ/GE0cesYN5DIcnbOlSunKP4MirxCej4WDACHMYCw/s1600/IMG-20180511-WA0004.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Xn1IKBDjQGQ/WvZu_-lBjzI/AAAAAAAAWBQ/GE0cesYN5DIcnbOlSunKP4MirxCej4WDACHMYCw/s640/IMG-20180511-WA0004.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-p1J8oBMI-z0/WvZvAWLRr5I/AAAAAAAAWBU/vuzpm3lfbY4b6BqY1vdDrv2jaI7dMxcpwCHMYCw/s1600/IMG-20180511-WA0005.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-p1J8oBMI-z0/WvZvAWLRr5I/AAAAAAAAWBU/vuzpm3lfbY4b6BqY1vdDrv2jaI7dMxcpwCHMYCw/s640/IMG-20180511-WA0005.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-YnFQpWLqS-U/WvZvAhYwZAI/AAAAAAAAWBY/cBdKKFZ3VoIPFPlUtr5cQUJp8OUNyTjKQCHMYCw/s1600/IMG-20180511-WA0008.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-YnFQpWLqS-U/WvZvAhYwZAI/AAAAAAAAWBY/cBdKKFZ3VoIPFPlUtr5cQUJp8OUNyTjKQCHMYCw/s640/IMG-20180511-WA0008.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-Q9Zg76n7JcM/WvZvBSi0ZdI/AAAAAAAAWBc/Cf5mcSAwPhg9PfEaWrZs1YJreRE3tnv2QCHMYCw/s1600/IMG-20180511-WA0013.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-Q9Zg76n7JcM/WvZvBSi0ZdI/AAAAAAAAWBc/Cf5mcSAwPhg9PfEaWrZs1YJreRE3tnv2QCHMYCw/s640/IMG-20180511-WA0013.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-q7E1py7kYzg/WvZvBqIhpLI/AAAAAAAAWBg/9T7M4UJBUy4d9NWYpf9-48VrnpfE7Hy7ACHMYCw/s1600/IMG-20180511-WA0012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-q7E1py7kYzg/WvZvBqIhpLI/AAAAAAAAWBg/9T7M4UJBUy4d9NWYpf9-48VrnpfE7Hy7ACHMYCw/s640/IMG-20180511-WA0012.jpg"> </a> </div>Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-55561986331737988272018-05-09T02:24:00.001+07:002018-05-09T02:24:50.730+07:00Macam2 Surga<p dir="ltr">INILAH MACAM-MACAM SURGA:</p>
<p dir="ltr">1. SURGA FIRDAUS,<br>
2. SURGA ’ADN,<br>
3. SURGA NAIM,<br>
4. SURGA MA’WA,<br>
5. SURGA DARUSSALAM,<br>
6. SURGA DARUL MUQAMAH,<br>
7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN,<br>
8. SURGA KHULDI.</p>
<p dir="ltr">Keterangan:<br>
1). SURGA FIRDAUS:<br>
Surga yang diciptakan dari emas yang merah dan di peruntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya,menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia,aktif menunaikan zakat,menjaga kemaluaannya,memelihara amanah,menepatijanji dan memelihara sholatnya.<br>
.<br>
2). SURGA ‘ADN:<br>
Surga yang di ciptakan dari intan putih dan di peruntukkan bagi orang yang bertakwa kepada ALLAH (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar,menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23).<br>
.<br>
3). SURGA NAIM:<br>
Surga yang diciptakan dari perak putih dan di peruntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada ALLAH dan beramal shaleh. Al Qalam: 34<br>
.<br>
4). SURGA MA’WA:<br>
Surga yang diciptakan dari jamrud hijau dan di peruntukan bagi orang- orang yang bertakwa kepada ALLAH (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut kepada kebesaran ALLAH dan menahan hawa nafsu (An Naziat : 40-41)<br>
.<br>
5). SURGA DARUSSALAM:<br>
Surga yang di ciptakan dari yakut merah dan di peruntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya,memperhatikan ayat-ayat ALLAH serta beramal shaleh.<br>
.<br>
6). SURGA DARUL MUQAMAH:<br>
Surga yang di ciptakan dari permataa putih dan di peruntukkan bagi orang yang bersyukur kepada ALLAH. Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal di mana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg di sebutkan di dalam surat Faathir ayat 35. Sedangkan surga Darul Muaqaamah ini terbuat dari permata putih.<br>
.<br>
7).SURGA AL-MAQAMUL AMIN:<br>
Surga yang di ciptakan dari permata putih.<br>
Kata Al-Maqamul Amin menurut Dr M Taquid-Din dan Dr M Khan berarti tempat yang dan di peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa sedangkan surga Al-MaqamulAmin ini terbuat dari permata putih.<br>
.<br>
8). SURGA KHULDI:<br>
Surga yang diciptakan dari marjan merah dan kuning diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah ALLAH dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa).<br>
.<br>
MASYA'ALLAH…<br>
Semoga Kita semua termasuk ke dalam salah satu dari 8 macam surga di atas.<br>
.<br>
Aamiin Ya Robbal'alamin..</p>
<p dir="ltr">SYARAT Pemesanan:<br>
👉 Taubat & Kembali kpd Jalan-Nya.<br>
👉 Berpegang Teguh Agama-Nya.<br>
👉 Melaksanakan Syari'at-Nya.<br>
👉 Rejeki yang Halal & Thoyib<br>
👉 Menjauhi yang dilarangNya.</p>
<p dir="ltr">DP:<br>
👉100% Sholat Fardhu & Sunah<br>
👉2,5% Sisihkan harta utk Zakat<br>
👉100% Rajin bershodaqoh & Infaq<br>
👉100% Sempatkan waktu utk membaca Al-Quran, Mengejar Ilmu, Beramal sholeh, Silaturahim, Mendoakan ke-2 Ortu, Berdakwah</p>
<p dir="ltr">Waktu sangat terbatas !<br>
(karena dibatasi oleh KEMATIAN)</p>
<p dir="ltr">Stock Hunian Tak Terbatas !<br>
Di jamin Bebas Roaming !</p>
<p dir="ltr">Inilah sebaik-baik tempat tinggal.</p>
<p dir="ltr">Ayo segera DP skrg juga, tidak perlu menunggu tua atau kaya raya. . :)</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-17579209905528998202018-05-08T05:16:00.001+07:002018-05-08T05:16:34.159+07:00Musabaqh Hifdzul Quran<p dir="ltr">Darul Wafa<br>
7-8 Mei 2018</p>
<p dir="ltr">🌺Musabaqah Hifdzul Quran🌺</p>
<p dir="ltr">D'Zafa..<br>
Senin Selasa ini adalah event spesial 6 bulanan yang rutin diadakan Darul Wafa, yaitu MHQ yang diikuti oleh Al Fityan cabang Aceh, Medan, Pontianak dengan beberapa kategori, yaitu 5 juz, 10 juz , 15 juz, 20 dan 30 Juz. Mas dan adek faham bagaimana sibuknya kami sebagai panitia? Tak tergambarkan memang. </p>
<p dir="ltr">Meski ini axara rutin, tapi momentnya memang selalu terbilang kurang pas. Karena hal ini bersamaan dengan ujian akhir kls I'dad yg baru selesai kamis, tes akhir untuk teman2 kelas tahfidz yg berlangsung selama hampir 1 bulan, tes pmb yg sedang berlangsung di pekan yg sama (3-10 Mei 2018) secara otomatis kesibukan memang bertumpuk2. Dekorasi ruangan secara otomatis kami serahkan kepada teman2 I'dad, yg memiliki waktu hanya sabtu dan ahad krn jumat masih harus beberes ruangan dan kamar untuk penyambutan tamu dari berbagai daerah. Yah..zafa harus tahu, kakak2 i'dad mulai jumat malam sudah begadang hingga jelang subuh pukul 3 dini hari untuk persiapan dekorasi ini. Luar biasa..👍</p>
<p dir="ltr">Alhamdulillah senin pagi pukul 07.30..setibanya ibu di kantor, ibu langsung cek tempat acara. Luar biasa hebat ibu rasa kreasi mahasiswi ibu kls i'dad yang didukung sepenuhnya oleh teman2 tahfudz yg luar biasa kerja sama dan saling bahu membahunya. Ruangan jadi sangat cantik, dan elegant. Alhamdulillah ala kulli hal..</p>
<p dir="ltr">Ibu berterima kasih sekali kepada mahasiswi2 ibu.. dan memohon maaf sabtu ahad tdk bisa full mendampingi mereka karena ada training 2 tft di darussalam, arisan RT pagi dan sore dan milad PKS yg ke 20 yg sudah teragendakan jauh jauh hari. Alhamdulillah mereka faham kesibukan ibu...dengan tersenyum mereka bilang ke ibu " tidak apa2 zah..ustadzah ada berada dengan kami saja sudah alhamdulillah" waooow.. betul2 anak2 manis mereka itu.😘</p>
<p dir="ltr">Alhamdulillah acara berjalsn sangat lancar, meski terbilang sedikit aneh untuk orang indonesia. Maklum, ketua acaranya syaikh Abdurrahman memang orang Mesir. Musabaqah yg kata para tamu kurang passss.. krn yg perempuan tdk boleh pakai mic sedangkan yg laki2 diperbolehkan. Jadi pendengar yg ada di Aula di buat ngantuk karena sunyinya ruangan saat peserta akhwat maju. Yaaah.. begitulah zafa, kadang kita memang harus belajar mrmahami prinsip orang lain. Dengan sedikit berharap mereka mau menghargai kita juga.. klo kita merasa sedikit dongkol, mencoba selalu berhusnudhon adalah solusi alternatif😘👍</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-tkTRNiZ1NNk/WvDQMT-50hI/AAAAAAAAV6Q/b7nSwonPCScUo7ZZ2bKffdeI2lMPQtZYgCHMYCw/s1600/20180507_082921.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-tkTRNiZ1NNk/WvDQMT-50hI/AAAAAAAAV6Q/b7nSwonPCScUo7ZZ2bKffdeI2lMPQtZYgCHMYCw/s640/20180507_082921.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-1NkbtcIK2Yc/WvDQN6fUtgI/AAAAAAAAV6U/jiVYfMDmJFILi3wSo-55fgUykcVxYd3QACHMYCw/s1600/20180507_074054.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-1NkbtcIK2Yc/WvDQN6fUtgI/AAAAAAAAV6U/jiVYfMDmJFILi3wSo-55fgUykcVxYd3QACHMYCw/s640/20180507_074054.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-RwPoB41P7SE/WvDQOpgh1KI/AAAAAAAAV6Y/96xJS132g_sc5tjTdwzb0Uv5Jc4wgzkrgCHMYCw/s1600/20180507_073922.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-RwPoB41P7SE/WvDQOpgh1KI/AAAAAAAAV6Y/96xJS132g_sc5tjTdwzb0Uv5Jc4wgzkrgCHMYCw/s640/20180507_073922.jpg"> </a> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh3.googleusercontent.com/-20AQR3E0VjY/WvDQP1R9lmI/AAAAAAAAV6c/s1600/20180507_074048.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-20AQR3E0VjY/WvDQP1R9lmI/AAAAAAAAV6c/s640/20180507_074048.jpg"> </a> </div>Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-28043103212053427692018-02-24T05:36:00.001+07:002018-02-24T05:36:59.409+07:00Istri pembelajar<p dir="ltr">_KISAH WALI ALLAH & ISTRI TERCINTA_</p>
<p dir="ltr">*❣B A R O K A H❣*</p>
<p dir="ltr">Al Kisah.., <br>
pada suatu hari Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi membeli buah semangka untuk istrinya. Saat disantapnya *ternyata buah semangka tersebut terasa HAMBAR.*</p>
<p dir="ltr">Dan sang isteri pun *MARAH*</p>
<p dir="ltr">Syeikh al-Imam Syaqiq menanggapi dengan tenang amarah istrinya itu, setelah selesai di dengarkan amarahnya, beliau bertanya dengan halus: </p>
<p dir="ltr">_"Kepada siapakah kau marah wahai istriku?_<br>
_Kepada pedagang buahnya kah? atau kepada pembelinya? atau kepada petani yang menanamnya?_<br>
_ataukah kepada yang Menciptakan Buah Semangka itu?"_<br>
Tanya Syeikh al-Imam Syaqiq</p>
<p dir="ltr">Istri beliau terdiam.</p>
<p dir="ltr">Sembari tersenyum., Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:</p>
<p dir="ltr">_"Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik..._<br>
_Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula..!_<br>
_Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik..!_<br>
*_Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang MENCIPTAKAN Semangka itu..!"_*</p>
<p dir="ltr">Pertanyaan Syeikh al-Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata menetes perlahan di kedua pelupuk matanya...</p>
<p dir="ltr">Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi pun melanjutkan ucapannya :</p>
<p dir="ltr">_"Bertaqwalah wahai istriku...Terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya. Agar Allah SWT memberikan keberkahan pada kita.”_</p>
<p dir="ltr">Mendengar nasehat suaminya itu... Sang istri pun sadar, menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridho dengan apa yang telah Allah Subhanallohu Wa Ta'ala tetapkan."</p>
<p dir="ltr">Pelajaran terpenting buat kita adalah bahwa :</p>
<p dir="ltr">_*Setiap KELUHAN yang terucap sama saja kita TIDAK RIDHO dengan ketetapan Allah SWT, sehingga barokah Allah JAUH dari kita.*_</p>
<p dir="ltr">Karena Barokah bukanlah serba cukup dan mencukupi saja, akan tetapi... </p>
<p dir="ltr">_*Barokah ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah SWT dengan segala keadaan yang ada, baik yang kita sukai atau sebaliknya.*_</p>
<p dir="ltr">Barokah itu: </p>
<p dir="ltr">*"... BERTAMBAHNYA KETAATAN kita kepada ALLAH SWT.*</p>
<p dir="ltr">*🍵 MAKANAN barokah* _itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan yang mampu membuat yang memakannya menjadi lebih taat setelah memakannya._</p>
<p dir="ltr">*👳 HIDUP yang barokah* _bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub, sakitnya menjadikannya bertambah taat kepada Allah SWT._</p>
<p dir="ltr">*👤Barokah itu tak selalu panjang UMUR,* _ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab bin Umair._</p>
<p dir="ltr">*🏝TANAH yang barokah* _itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Allah...tiada banding....tiada tara._</p>
<p dir="ltr">*📚 ILMU yang barokah* _itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, akan tetapi yang barokah ialah ilmu yang mampu menjadikan seorang meneteskan keringat dan darahnya dalam beramal & berjuang untuk agama Alloh._</p>
<p dir="ltr">*💰PENGHASILAN barokah* _juga bukan gaji yg besar dan berlimpah, tetapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rejeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut._</p>
<p dir="ltr">*👫 ANAK² yang barokah* _bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar & mempunyai pekerjaan & jabatan yang hebat, tetapi anak yang barokah ialah yang senantiasa taat kepada Robb-Nya dan kelak mereka menjadi lebih shalih dari kita & tak henti²nya mendo'akan kedua Orangtuanya._</p>
<p dir="ltr">🙏 Semoga kita semua selalu dianugrahi kekuatan untuk senantiasa bersyukur padaNYA, agar kita mendapatkan kebarokahan... <br>
Aamiin..</p>
<p dir="ltr"> 💝✍_______📚_______✍💝</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-43431581243867515192018-02-23T23:40:00.001+07:002018-02-23T23:40:53.897+07:00Suami hebat<p dir="ltr">*SUAMI YANG MENCIUM BAU SURGA*</p>
<p dir="ltr">Saya terima nikahnya.... binti.... dengan mas kawin......di bayar tunai....”.<br>
Singkat, padat ringkas dan jelas.</p>
<p dir="ltr">Tapi tahukan makna *_“perjanjian atau ikrar”_* tersebut?<br>
Itu tersurat. Tetapi apa pula yang tersirat?</p>
<p dir="ltr">Yang tersirat ialah : Artinya: *”Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia (perempuan yang ia jadikan istri) dari ayah dan ibunya."*</p>
<p dir="ltr">Dosa apa saja yang telah dia lakukan. Dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. </p>
<p dir="ltr">Semua yang berhubungan dgn si dia (perempuan yang ia jadikan istri), aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung.</p>
<p dir="ltr">Serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku” juga sadar, sekiranya aku gagal dan aku lepas tangan dalam menunaikan tanggung jawab, maka aku fasik, dan aku tahu bahwa nerakalah tempatku kerana akhirnya isteri dan anak-anakku yg akan menarik aku masuk kedalam Neraka Jahanam dan Malaikat Malik akan melibas aku hingga pecah hancur badanku.</p>
<p dir="ltr">Akad nikah ini bukan saja perjanjian aku dengan si istri dan si ibu bapa istri, tetapi ini adalah perjanjian terus kepada ALLAAH Subhanahu Wa Ta'ala ".</p>
<p dir="ltr">Jika aku *GAGAL* (si Suami) ?”Maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka. Aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku”.<br>
*(HR. Muslim)*</p>
<p dir="ltr">_Duhai para istri..._<br>
*_Begitu beratnya pengorbanan suamimu terhadapmu._*</p>
<p dir="ltr">Karena saat Ijab terucap, Arsy Allaah SWT berguncang karena beratnya perjanjian yang dibuat olehnya di depan Allaahu Ta'ala dengan disaksikan para malaikat dan manusia.</p>
<p dir="ltr">Maka andai saja kau menghisap darah dan nanah dari hidung suamimu, maka itupun belum cukup untuk menebus semua pengorbanan suami terhadapmu.</p>
<p dir="ltr">*Semoga... ini menjadi perenungan untuk sudah nikah maupun yg belum menikah.*</p>
<p dir="ltr">Subhaanallaah..<br>
beratnya beban yang di tanggung suami. Bukankah untuk meringankan tanggung jawabnya itu berarti seorang istri harus patuh kepada suami, menjalankan perintah Allaah SWT dan menjauhi larangan-Nya? </p>
<p dir="ltr">Juga mendidik putra-putri kita nanti agar mengerti tentang agama dan tanggung jawab.</p>
<p dir="ltr">Semoga kita semua menjadi orang tua yang dapat memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita kelak dengan agama dan cinta kasih sehingga tercipta keluarga kecil yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.</p>
<p dir="ltr">Saudara dan sahabatku ......<br>
Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya yang dilimpahkan kesehatan, kebahagiaan, keselamatan dan kemudahan untuk selalu beribadah kepada-Nya.</p>
<p dir="ltr">"Ya Allaah, muliakanlah sdr dan sahabat-sahabat Kami, Berikanlah Kami pasangan yang setia, mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Kelak masukkanlah Kami disurga yang terindah.</p>
<p dir="ltr">Rasulullaah SAW bersabda : *_"Barang siapa yang menyampaikan 1(satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala."_* <br>
(HR. Al-Bukhari)</p>
<p dir="ltr">Subhaanallaah.....<br>
*_Semoga kita menjadi lebih baik dan bermanfaat._*</p>
<p dir="ltr">*Robbana Taqobbal Minna*<br>
_Yaa Allaah terimalah dari kami (amalan kami). Aamiin..._</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-4365332277248405882018-02-21T14:59:00.001+07:002018-02-21T14:59:40.726+07:00Anak di Pesantren<p dir="ltr">Mendung aku baca ini</p>
<p dir="ltr">BEBAN PSIKOLOGIS ANAK MONDOK USIA DINI</p>
<p dir="ltr">Cerita dari salah satu ustadz di pesantren di Al Irsyad Salatiga.</p>
<p dir="ltr">***</p>
<p dir="ltr">Dia berdiam seorang diri menatap gelapnya malam diluar bangunan asrama tepatnya di selasar menuju masjid sambil termenung. Sementara santri santri lainnya asyik bercengkrama di kamar asrama dan sebagian bersiap siap untuk tidur, karena waktu sudah menunjukkan pukul 21.45 WIB.</p>
<p dir="ltr">Aku lihat dia melihat ku keliling di depan 2 asrama besar, karena kebetulan malam itu aku punya kesempatan untuk nengok keadaan santri di malam hari. Kemudian aku hampiri santri tersebut.<br>
"Assalamualaikum kaifa hal Hanif ?" Tanyaku. "Bekher ustadz", jawab santri tersebut sambil malas menanggapi sapaanku, kemudiaan aku lanjutkan, berbincang dengannya, " Eich udah kabir (besar) kok nangis ?", tanyaku lagi, "Iya ustadz kemaren katanya mama, mau kesini jenguk aku, tapi g jadi jadi. Padahal janjinya hari ini ke sini," katanya dengan wajah murung.</p>
<p dir="ltr">Oh... mau telepon mama nanya jam berapa berangkat ke sininya ?" Tanyaku...</p>
<p dir="ltr">Ia mengangguk dan wajahnya jadi sumringah.</p>
<p dir="ltr">Kupinjamkan HP, dan dia bercakap di depanku...</p>
<p dir="ltr">Mama jadi kesini jam berapa? Tanyanya....</p>
<p dir="ltr">Wajahnya tiba-tiba berubah, matanya berkaca-kaca.</p>
<p dir="ltr">Oh .... iya.... iya udah gak apa-apa... tapi nanti mama jenguk aku yaa?? Kapan ma??</p>
<p dir="ltr">Wajahnya terlihat semakin kecewa dan air matanya mulai jatuh, di serahkan hp yang masih tersambung.</p>
<p dir="ltr">Halo.. assalamualaikum... afwan um, gimana? Tanyaku...</p>
<p dir="ltr">Iya ustadz.. tolong kasih pengertian anak saya yaa... saya gak bisa jenguk. Sebenernya sih kita emang gak mau sering jenguk, karena kita gak mau dia terlalu manja. Dia bulak-balik minta ijin pulang, cuma takutnya kalau dibawa pulang dia gak mau balik lagi ke pondok. Biarin aja lah mau nangis terus sekarang ini, ana insya Allah percaya sama pondok, nanti juga lama-lama biasa, kata sang bunda di ujung telepon sana.</p>
<p dir="ltr">Keningku mengernyit mendengar ucapan sang bunda, gak dijengukin aja um, barang sesekali, soalnya tidak hanya sekali ini saya dapatin putranya nangis terus, mohon kasih pengertian putranya? Kasihan um putranya sedih. Ku coba melobby hatinya...</p>
<p dir="ltr">Enggak lah ustadz, biarin aja. Nanti juga lama-lama biasa, suaranya terdengar yakin diujung telepon...</p>
<p dir="ltr">Baiklah... bukankah setiap orang tua memiliki hak memilih cara mendidik anak-anaknya.</p>
<p dir="ltr">Ku tutup telepon, ku tarik nafas panjang dan menghembuskanya pelan-pelan. Kutatap mata berurai air mata tanpa isak, hanya ditemani tatapan kosong entah memandang apa.</p>
<p dir="ltr">Mama belum bisa kesini Nif... nanti kalau mama gak repot mama mu nanti ke sini. Sementara ini biarkan ustadz yang jadi orang tua buat mu yaa... boleh? Tanyaku...</p>
<p dir="ltr">Dia mengangguk lemah, air matanya semakin banjir, kali ini pundaknya hingga terguncang-guncang menahan isak. Sesak rasanya dada ini melihatnya, tapi kucoba untuk berusaha menenangkannya.</p>
<p dir="ltr">Yaa sudah... keluarin aja sedihnya sampai puas.. boleh kok nangis..boleh kataku...kubiarkan dia menangis.</p>
<p dir="ltr">Aku kayak dibuang ustadz, santri lain di telepon, ditengok, diajak jalan ke Salatiga, Solo, Yogya, sedangkan aku enggak. Ana sedih tadz, gak ada tempat ngadu, gak ada tempat cerita, ana sendirian ucapnya ditengah isak.</p>
<p dir="ltr">Iyaa... sekarang kan yang nengok ustadz, kamu kan g sendirian, ada musyrif ada wali kelas. ada teman teman kamu yang juga dari jauh mondok disini.., sudahlah nanti kamu boleh cerita ke ustadz, boleh ngadu, "g usah takut dibilang "lemes" (*_sering ngadu*_) "istilah santri di pondok". Sembari menenangkan.</p>
<p dir="ltr">Dia menganggukk.. perlahan tangis dan isaknya mereda.<br>
Dia bercerita bagaimana dia merasa tertekan atas sikap teman-teman sekelasnya, merasa terintimidasi dengan sikap teman sekamarnya. Ia sedang merasa sedih karena merasa diperlakukan tidak adil. Aku hanya mendengarkan hingga ia selesai bercerita lalu memberi sedikit nasehat. Ia semakin terlihat tenang.</p>
<p dir="ltr">Makanan kesenanganmu apa? Tanyaku</p>
<p dir="ltr">Sop Iga.. jawabnya..</p>
<p dir="ltr">Ya udah nanti minggu depan In sya Allah kita jalan ke Salatiga, tahu Joglo Bu Rini kan... disana sop iganya enak lho... </p>
<p dir="ltr">Beneran ustadz soalnya ana sering denger santri lain klo diajak makan sama ortunya kesitu, katanya "Ajib stadz" tpi ana g tahu tempatnya ? Tanyanya...</p>
<p dir="ltr">Insya Allah nanti ustadz ajak kamu. cuma enak apa enggaknya enggak tau, kan ustadz g tahu kayak apa seleramu, yang penting nanti kita jalan....kataku</p>
<p dir="ltr">Dia tersenyum....</p>
<p dir="ltr">Ustadz g pulang... ini sudah malam ?</p>
<p dir="ltr">Iya bentar lagi ? Tapi kamu jangan nangis lagi yaaa...<br>
ustadz sdh biasa kok sampai malam kayak gini, kan g sering sering.</p>
<p dir="ltr">Wajahnya jadi sumringah....</p>
<p dir="ltr">Udah sana segera tidur sudah hampir jam 23.00, jangan lupa lapor musyrif nanti dighoib lho.. semangat yaa nak...</p>
<p dir="ltr">Dia tersenyum dan kembali bersemangat.</p>
<p dir="ltr">Melihatnya berlari-lari kecil membuatku terharu...sesederhana itu saja sebenarnya menyenangkan hatimu...</p>
<p dir="ltr">Bagiku intensitas kita berkomunikasi dan menjenguk anak-anak bukan soal percaya tidak percaya pada pihak pondok. Tapi soal kewajiban orang tua memenuhi hak psikologis anak yang masih jadi kewajiban orang tua.</p>
<p dir="ltr">Anak laki-laki usia 12-13 tahun belum usia baligh dimana dalam islam dianjurkan untuk dekat dengan orang tuanya.</p>
<p dir="ltr">Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang memisahkan antara ibu dan anaknya. Ada yang bertanya pada beliau, “Wahai Rasulullah, sampai kapan?” “Sampai mencapai baligh bila laki-laki dan haidh bila perempuan,” jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Al Hakim dalam Mustadroknya. Al Hakim berkata bahwa hadits tersebut sanadnya shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari-Muslim).</p>
<p dir="ltr">Hadits tersebut sebenarnya membicarakan tentang pengasuhan anak ketika terjadi suami-istri bercerai, siapakah yang berhak mengasuh anak tersebut.</p>
<p dir="ltr">Namun hadits itu juga mengandung faedah lainnya. Hadits tersebut berisi penjelasan bahwa sebaiknya anak tidak jauh dari ibu atau orang tuanya ketika usia dini. Karena usia tersebut, anak masih butuh kasih sayang orang tua, terutama ibunya.</p>
<p dir="ltr">Namun dikarenakan kondisi lingkungan dan berbagai media yang mengancam aqidah dan akhlak, maka kebanyakan orang tua yang sadar akan dampak negatif tersebut, banyak memilih memasukkan anaknya kedalam pesantren agar tertanam erat aqidah dan akhlaknya, tapi bukan berarti boleh melepaskan begitu saja hak anaknya untuk dekat dengan orang tua.</p>
<p dir="ltr">Dari Abu ‘Abdirrahman Al Hubuliy, dari Abu Ayyub, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam berkata, “Barangsiapa memisahkan antara ibu dan anaknya, maka Allah akan memisahkan dia dan orang yang dicintainya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi no. 1283. Abu Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan).</p>
<p dir="ltr">Maka untuk mengakomodir kewajiban orang tua menanamkan aqidah dan akhlak mulia anak dan melindungi dari lingkungan yang berpotensi merusak akhlak, sebelum usianya baligh beberapa orang tua yang memiliki dasar pemahaman sesuai hadits ini akan menjaga kualitas komunikasi dan kedekatan dengan anak.</p>
<p dir="ltr">Banyak orang tua berpikir..aah lama-lama juga terbiasa...lama-lama juga betah tanpa mempertimbangkan hak psikologis dan batin anak. Menjadi betah di pondok karena sekedar terbiasa akan berbeda hasilnya dengan menjadi betah karena merasa pondok tak ubahnya rumah yang tetap terisi aroma kasih sayang orang tua karena proses adaptasi bertahap dengan pendampingan orang tua.</p>
<p dir="ltr">Pondok yang paling cocok dengan anak-anak diusia dini bukanlah pondok yang walaupun jauh dengan memiliki asatidzah yang hebat dan fasilitas yang mantap, tapi pondok yang dekat dan tidak menjauhkan anak anak baik dari segi jarak maupun mental, agar chemistry kedekatan anak dan orang tua tetap terjaga. Dan ingatt usia 12-14 tahun adalah masa pubertas anak yang sarat dengan gejolak jiwa yang perlu kedekatan komunikasi. </p>
<p dir="ltr">Berapa banyak anak yang lulus pondok kualitas akhlak dan aqidahnya lebih buruk daripada yang tidak mondok?</p>
<p dir="ltr">Berapa banyak orang yang hafidz Alquran namun gagal mengimplementasikan makna alquran sesungguhnya.</p>
<p dir="ltr">Berapa banyak anak yang lulus dari pondok kehilangan kelembutan cinta karena merasa kurang dicintai.</p>
<p dir="ltr">Berapa banyak anak yang justru hambar hubungannya dengan orang tua dan menjalankan kewajibannya pada orang tua hanya sekedar kewajiban tanpa cinta.</p>
<p dir="ltr">Walau bagaimanapun semua tergantung anaknya dan orang tuanya. Karena ustadz / ustadzah hanyalah fasilitator dan fasilitas hanyalah pendukung. Sedang dasar akhlak dan aqidah anak anak tetaplah kewajiban kita sebagai orang tua karena kita yang akan dihisab soal itu, bukan ustad/ustadzahnya.</p>
<p dir="ltr">Banyak orang tua mampu menjadikan anak-anak yang shalih, tapi tidak semua anak shalih ingat untuk selalu ingat mendoakan orang tuanya saat ada, apalagi setelah tiada. Karena antara ada dan tiada orang tua, mereka biasa merasa orang tuanya tidak ada di masa-masa ia membutuhkannya.</p>
<p dir="ltr">Semoga kita bisa jadi orang tua yang dirindukan surga karena doa anak-anak shalih kita. In syaa Allah.</p>
<p dir="ltr">Barokallahu fiikum,<br>
Renungan untuk kita semua yang anaknya di pondok....</p>
<p dir="ltr">Sumber : Grup wali santri MTW 7C Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran 2 Majalengka</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3298142413846255112.post-74958544866769332882018-02-13T12:14:00.001+07:002018-02-13T12:14:06.003+07:00Wasiat u Diri<p dir="ltr">18 KATA KATA BIJAK USTADZ ABDUL SOMAD</p>
<p dir="ltr">1. Syukurilah semua yang diberikan Alllah SWT. Jika kau masih hidup bersyukurlah masih melakukan amal saleh. Jika kau mati tetap bersyukurlah, setidaknya dosamu tidak semakin bertambah.</p>
<p dir="ltr">2. Ketika engkau susah di dunia ini. Sabarlah, karena ia hanya sementara. Ketika engkau diberi kesenangan di dunia ini jangan bangga dan sombong karena ia juga hanya sementara.</p>
<p dir="ltr">3. Kita tidak perlu satu organisasi, satu sekolah ataupun satu guru, kita beteman di satu titik, Mukhlisina Lahuddiin. Mudah-mudahan titik itulah yang mempertemukan kita</p>
<p dir="ltr">4. Jika mencari kawan tak bercacat, selamanya kita takkan berkawan. Jika mencari pasangan yang sempurna, selamanya kita takkan berpasangan.</p>
<p dir="ltr">5. Hari ini kita boleh kalah dalam segala hal, tapi tanamkan pada anak anak kita bahwa 10 atau 20 tahun lagi mereka akan memimpin negeri ini dengan cara yang Allah ridhai.</p>
<p dir="ltr">6. Kalau dengan memiliki motor dan mobil bertambah ketaatan kita kepada Allah, maka itu adalah rezeki. Tapi kalau dengan kendaraan itu menjauhkan diri dari Allah, dipakai untuk pergi ke tempat maksiat, maka itu adalah laknat dan azab. Hati hati.</p>
<p dir="ltr">7. Kebahagiaan seorang guru ialah ketika melihat muridnya sukses dunia dan akhirat.</p>
<p dir="ltr">8. Bahagia itu terletak pada syukur. Siapa yang bersyukur kepada Allah, maka dialah orang yang paling bahagia.</p>
<p dir="ltr">9. Apapun yang terjadi, Islam akan tetap ditolong Allah. Yang menjadi masalah adalah, apa yang telah dan akan kita lakukan untuk Islam, demi untuk menolong diri kita di dunia dan akhirat nanti? Jangan jawab dengan lidah, karena lidah terlalu mudah untuk berkata-kata. Tapi, jawablah dengan perbuatan.</p>
<p dir="ltr">10. Hidup ini seperti Bahtera di lautan. Di atas ada ombak kencang yang akan menghadang. Dari bawah ada batu karang yang besar. Tak ada yang bisa menguatkan hidup ini, kecuali Allah Ta'ala.</p>
<p dir="ltr">11. Jangan batasi ibadah hanya ketika di Masjid. Ada yang menganggap beramal itu hanya ketika duduk di Masjid, shalat, zikir dan membaca Al-Quran. Jangan lupa, bekerja dari jam 8 pagi sampai 4 sore, ditambah lagi apabila lembur itu juga adalah amal. Karena, bekerja mencari nafkah yang halal untuk keluarga di rumah adalah ibadah, bernilai pahala di hadapan Allah Ta'ala. Maka, kalau dipahami bahwa bekerja adalah amal ibadah, tidak akan ada pegawai yang main "game online" saat jam kantor, tidak akan ada pedagang yang memainkan timbangan, tidak akan ada karyawan yang curang dalam laporan tugasnya.</p>
<p dir="ltr">12. Kalau engkau sudah menikah maka pandanglah saudaramu yang belum menikah, maka akan timbul rasa syukur.</p>
<p dir="ltr">13. Wujud syukur yang sederhana ialah mengucap Syukur "Alhamdulillahirobbil 'alamin. Segala Puji hanya bagi Allah" . Namun sesungguhnya Hakikat dari Rasa Syukur itu adalah memastikan setiap tarikkan nafas kita senantiasa dalam "ketaatan" kepada Allah Ta'ala.</p>
<p dir="ltr">14. Berkawan karena harta, harta akan binasa. Berkawan karna kuasa, kuasa tak akan lama, paling 5 tahun kalau tak di tangkap KPK. Tapi, kalau berkawan karena Allah maka akan kekal abadi.</p>
<p dir="ltr">15. Dunia ini hanya setetes air. Kalau kau tak dapat jangan sedih, karena yang kau tak dapat hanya setetes. Dan kalau kau dapat, jangan bangga, karena yang kau dapat hanya setetes.</p>
<p dir="ltr">16. Ketika terasa diri ini hampa, tak ada apa-apa, bagai butiran debu di tengah samudera keagungan Allah. Saat itulah rahmat Allah turun meyentuh rasa yang dapat diwakili kata.</p>
<p dir="ltr">17. Air selalu mengalir, dia tidak bisa ditahan. Ketika dia ditahan, maka dia akan menjadi sebuah perlawanan yang besar. Air nampak lemah, ketika dia sedikit. tapi, ketika dia sudah berkumpul maka menjadi besar, dia menjadi kekuatan yang luar biasa. Belajarlah dari air.</p>
<p dir="ltr">18. Keberanian tidak mempercepat kematian, dan ketakutan tak dapat mengelakkan dari kematian. Kita pasti mati, tapi mati dalam keadaan apa? Pilihan ada di tangan kita.</p>
<p dir="ltr">@Ust Abdul Somad عبد الصمد</p>
Naninghttp://www.blogger.com/profile/10467411097930143080noreply@blogger.com0