Hening

Tidak jadi pulang kampung

"Ayah, kenapa Zahid ga jadi pulang kampung....?"
"Zahid jadi sedih, Zahid kan sudah siap pulang kampung."

Miris juga melihat raut sedih anak kami yang merasa kecewa tidak jadi mudik ke ke rumah mbahnya. Sedari siang ia tidur pulas, kata ibunya. Ibunya juga kecewa karena harus menjelaskan ke anak kami bahwa kereta semuanya penuh terisi. Tidak ada kursi tersisa.

Saya sudah minta izin keluar dari kantor pukul 15.00 kemarin. Tujuannya untuk membeli tiket di stasiun Jatinegara. Setelah tiba di stasiun, saya perhatikan loket khusus penjualan di hari keberangkatan untuk kelas bisnis dan eksekutif masih tertutup. Seorang ibu yang berdiri di depannya mengatakan kalau loket akan di buka pada pukul 17.00. Ia pun sedang menunggu loket itu terbuka, ia akan berangkat ke tujuan yang sama, Stasiun Balapan Solo.

Libur sekolah selama 2 pekan menjadi begitu pendek untuk Ibunya Zahid. Sebagai seorang guru, ia hanya mendapat jatah libur selama sepekan. Agenda libura kali ini antara lain, bersilaturahhim dengan keluarga, reuni akbar alumni pesantren tempat dulu ia menimba ilmu yang akan berlansung pada 4 Juli nanti, serta menghadiri acara pernikahan teman di Tempel-Sleman-Yogyakarta.

Semula, rencana keberangkatan pada hari Ahad, 29 Juni. Namun saya teringat cerita teman di kantor kalau tiket kereta ke arah timur pulau Jawa untuk semua kelas telah tak bersisa. Saya pikir, kalau membeli tiket hari Senin tentunya masih ada. Mungkin hari Ahad adalah puncak keberangkatan mereka yang berlibur. Di tengah antrian menunggu loket dibuka, saya bercerita pada salah seorang pengantri di belakang saya, "di Yogya, ada beberapa layar monitor yang menampakkan jumlah kursi pada setiap gerbong yang masih tersedia atau tidak untuk penumpang". Orang itu mengatakan, "ada kok mas, di sebelah sana." Saya menuju pojok stasiun yang ia tunjukkan. Benar saja, hingga tanggal 5 Juli semua bangku telah terisi. Kebiasaan petugas stasiun terus menjual tiket meski bangku telah penuh sudah berlangsung sejak saya belum menginjakkan kaki di kendaraan penumpang massal ini.

Apa boleh buat, saya hubungi istri untuk mempertimbangkan lagi rencana mudik kali ini. Nyatanya istri pun memutuskan tidak jadi berangkat, meski dengan hati berat. Kalau pun berangkat pada tanggal 6 Juli, jelas tidak mungkin, sebab tanggal 7 Juli sudah harus masuk sekolah lagi. Guru-guru sekolah di tempatnya bekerja sudah memulai aktivitas berupa Rapat Kerja. Semuanya, tidak boleh tidak, harus hadir.

Lebaran yang tidak seberapa lama lagi benar-benar harus disiasati. Pesanlah tiket jauh-jauh hari kalau ingin mudik kembali.

0 komentar:

Post a Comment

Blogger Templates by Blog Forum