Herman

Resolusi 2010

Terus terang, selama 3 tahun belajar menjadi seorang blogger, belum pernah sekalipun aku menuliskan Resolusi untuk menyambut tahun baru. Agenda, harapan, ataupun impian banyak muncul di blog teman-teman lain. Sungguh sesutu yang menurutku sangat luar biasa. Kenapa? Karena menuliskan resolusi berarti membulatkan tekad dan mengupayakan dengan gigih harapan dan impian di masa yang akan datang.

Sekarang saatnya bagiku mengikrarkan resolusi pada tahun 2010:

1. Melanjutkan studi.

Terus terang, telah 7 tahun menyelesaikan sekolah di tingkat sarjana dan setelahnya bekerja, aku merasakan perbedaan yang luar biasa. Jika di bangku kuliah ada banyak konsep yang kudapatkan untuk memahami realitas, maka di dunia nyata aku menghadapi realitas yang sudah banyak berbeda dengan konsep. Antara keduaya, ada dialektika yang harus dipahami, ada kompromi yang harus dijalani, dan banyak lagi hal yang menggambarkan betapa kehidupan dijalani dengan pertarungan-pertarungan.

Melanjutkan studi menjadi agendaku pada 2010. Saat ini aku sedang menjalani proses seleksi beasiswa dengan harapan dapat sekolah lagi di Eropa. Seperti terkena sindrom Laskar Pelangi si Andrea Hirata. Selain itu, jika tak lulus, ada beberapa beasiswa yang sedang aku "incar", antara lain kembali ke Kampus Biru dengan program internasional yang memiliki keragaman latar belakang mahasiswa yang tak hanya dari Indonesia. Di kampusku dulu itu ada 2 beasiswa yang menjadi targetku. Satunya hanya belajar di Yogyakarta serta satu lagi separoh belajar di luar negeri selama setahun serta setahunnya menyelesaikan tesis di tanah air. Semua ilmu yang akan kupelajari masih terkait erat dengan bidang pekerjaan yang kutekuni saat ini: Hak Asasi Manusia.

Tak sedikit orang yang apatis pada pendidikan karena tak banyak membuat perbaikan pada kondisi bangsa Indonesia. Namun ada banyak pula orang gila sekolah tinggi-tinggi hanya untuk mendapatkan gaji setinggi-tingginya sehingga bisa kaya untuk diri dan keluarganya. Aku, bersekolah mengkompromikan keduanya. Aku butuh uang lebih banyak karena kebutuhan pokok hidup di Jabodetabek, terus terang, tidak lagi dapat terpenuhi dengan baik oleh instansi tempatku bekerja. Juga, ilmu pengetahuan perlu terus diasah dan ditambah supaya peranku sebagai bagian dari gerakan perubahan bisa jadi lebih bermanfaat.

Selain itu, kondisi Jakarta baik secara sosial maupun fisik jelas telah membuat daya tahan tubuhku sering melemah. Kata dokter, polusi dan stress menjadi penyebabnya. Olahraga lari pagi sekitar 2 - 3 kali sepekan lumayan membantu. Namun sebenarnya aku sendiri ingin beristirahat sekitar 2 tahun, mengungsikan diri dari keramaian Jakarta. Terbukti, awal bulan lalu, aku kembali ke Yogya beberapa hari, badan terasa ringan. Yang pasti, karena udara di sana lebih bersih dari pada di sini.

Itulah beberapa alasanku ingin melanjutkan sekolah.


2. Mendapatkan pekerjaan baru.

Terus terang, sulit sekali bagiku saat ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga jika tetap bertahan dengan pekerjaan yang sekarang kujalani. Gaji yang kuterima sudah tidak cukup lagi.

Berjuang untuk kemanusiaan merupakan hal yang menantang bagiku, baik segi keilmuan maupun segi tanggung jawab moral bagi orang yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di negeri ini. Semua orang seharusnya memiliki peran dalam perjuangan ini. Sekecil apa pun, tetaplah peran itu merupakan bagian dari sebuah kesatuan gerak untuk perubahan. Aku teringat cerita seorang teman yang mengikuti satu pertemuan aktivis gerakan perempuan di Jakarta. Di sana, panitia menghadirkan sebuah komunitas perempuan pecinta Open Source. Pada sesi dialog terbuka bagi semua yang hadir, ternyata komunitas ini tak menyadari apa yang mereka lakukan dapat menjadi satu gerakan yang bersinergi
dengan--bahkan menjadi bagian--gerakan perempuan yang memperjuangkan kesetaraan gender serta pemenuhan hak asasi perempuan. Inilah persoalan sesungguhnya: kesadaran masyarakat masih harus terus dibangkitkan.

Sulitnya kondisiku bekerja di instansiku sekarang, antara lain karena aku terikat jam kerja dari pukul 09.00 - 17.00 wib. Belum lagi waktu tempuh dari rumah tinggal di Kab. Bogor sana yang karena kemacetan semakin parah memakan tak kurang dari 4 jam pulang dan pergi. Itu pun kalau dalam kondisi normal. Dalam kondisi di luar normal bisa memakan waktu lebih dari 5 jam. Kalau sudah begitu, dengan load pekerjaan yang cukup banyak, jelas tak mungkin bagiku mencari penghasilan tambahan. Kecuali kalau mau korupsi waktu, mengerjakan pekerjaan di luar kepentingan lembaga. Jalas, hampir tidak mungkin itu aku lakukan.

Pekerjaan dengan penghasilan lebih baik dari sekarang dengan tetap berperan dalam sosial kemasyarakatan adalah resolusiku tahun 2010 ini. Tentunya selain melanjutkan sekolah.

Aku berharap, resolusi ini akan terwujud. Amin.

Baca selengkapnya....
Herman

Ragam Pitulasan

Ada banyak cara untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia setiap tahunnya. Mulai dari melakukan kontemplasi dan diskusi tentang perkembangan bangsa dan negara ini sejak 17 Agustus 1945 hingga sekarang, menyelenggarakan berbagai pertandingan dan perlombaan untuk bersuka ria sebagai bangsa yang telah "merdeka", bahkan ada yang menganggapnya biasa-biasa saja.

Di lingkungan tempat tinggal saya, desa Ciangsana, Gunung Puteri, Kabupatern Bogor, seperti biasanya ada perayaan dengan pertandingan dan perlombaan, serta panggung hiburan kesenian. Di RW 02 tempat kami tinggal, puncak acara peringatan hari kemerdekaan ini berlangsung pada 16 Agustus lalu, yang kebetulan bertepatan dengan hari Minggu. Pada sore hari dengan matahari yang masih terik, masyarakat dari RT 01 hingga RT 11 menyertai anak-anak yang berlomba pawai mengelilingi separoh komplek perumahan yang menjadi wilayah RW 02.

Pawai dilakukan dengan rombongan dari masing-masing RT berbaris menurut urut RT di jalan utama sebelah selatan yang terletak di wilayah RT 11. Pawai ini sesungguhnya diikuti anak-anak dari usia sekitar 3 tahun hingga usia SMA. Mereka berbaris dengan atribut pakaian yang beraneka macam, dari pakaian adat maupun seragam putih-putih, dari yang membawa cangkul a la seorang petani dengan kumis palsu menghiasi, kebaya, bahkan dengan sepeda hias dan seragam tentara seperti anak saya dan beberapa temannya sebagaimana permintaan panitia di RT. Orang tua hanya mengiringi barisan, terutama untuk mengawasi anak-anaknya yang masih kecil yang kemungkinan sulit untuk diarahkan dan tentunya akan membuat kacau barisan. Acara ini menjadi kesempatan saling menyapa antartetangga bahkan sesama orang tua yang berlainan RT. Satu bentuk suka cita karena ada kemeriahan di komplek perumahan. Entah mengapa, keramaian sejak dulu selalu merupakan satu hal yang teramat disukai. Seperti suasana keheningan desa yang ditinggalkan para pemudanya karena lebih memilih keramaian di kota-kota.

Di saat semua peserta pawai dari masing-masing RT merapihkan barisannya, satu kelompok kesenian Reog memainkan atraksi tari-tariannya. Kebanyak penghuni kawasan kami berasal dari Jawa termasuk Jawa Timur. Pertunjukan Reog menjadi hiburan menarik buat semua yang hadir. Kabar beberapa waktu lalu yang menyebutkan kalau Reog diakui oleh pemerintah Malaysia sebagai kesenian asli dari mereka telah membuat berang warga Ponorogo yang merupakan asal kesenian ini. Masyarakat Indonesia pun merasa tersentil rasa kepemilikan kesenian yang memang belakangan kurang mendapat perhatian. Reog mendapat sambutan hangat pada perayaan kemerdekaan tahun ini di tempat tinggal kami.

Setelah melewati jalan-jalan pinggiran hingga ke tengah perumahan, acara pawai diakhiri di dekat gerbang masuk komplek kami. Di sana, bersebelahan dengan pos satpam, terdapat lapangan bola volly. Pertunjukkan reog diteruskan untuk menghibur semua penonton yang mengelilingi lapangan. cukup ramai. Bahkan di salah satu sisi lapangan adalah tebing yang berbatasan dengan pemukiman penduduk desa sebelah perumahan dipenuhi oleh mereka yang menonton dengan leluasa ke seluruh lapangan. Di sela-sela pertunjukan reog itu pula diumumkan para pemenang berbagai macam lomba dan pertandingan di tingkat RW, mulai dari pertandingan bulu tangkis, bola volly, catur, futsal, lomba mewarnai untuk anak-anak, dan bentuk kompetisi lainnya, yang sudah terselenggara sejak awal Juli lalu. Perlombaan pawai menjadi penutup acara sesorean itu. Setelah semua hadiah di selesai dibagikan, para pemain reog mulai mengusung semua peralatan kembali ke rumah. Semua peserta pawai, anak dan orang tua juga mulai bergerak pulang. Anak-anak senang, meski tak menang ada hadiah makanan dan minumana ringan disediakan oleh panitia penyelenggara di tingkat RT.

Pada sore hari esoknya, 17 Agustus, ada perlombaan di tingkat RT 08 tempat kami tinggal. Semua anak-anak dikumpulkan untuk berbagai macam perlombaan: membawa kelereng dalam sendok, makan pilus dalam sebuah piring, mengambil uang logam yang menempel pada buah semangka, memecah balon yang berisi air dengan menggunakan jarum, memasukkan pensil ke dalam botol dan beberapa permainan lainnya.

Acara perayaan kemerdekaan ini melahirkan berbagai hiburan tahunan dalam masyarakat. Berbagai macam perlombaan dan pertandingan menjadi tontonan menarik, juga menjadi ajang menunjukkan kemampuan pengusaan permainan tertentu. Tapi, ada yang luput kami tonton kali ini, yakni perlombaan panjat pinang. Perlombaan ini hampir selalu ada di setiap daerah. Semakin tahun terlihat semakin menarik saja hadiahnya. Sayang, karena harus mencari semangka kesukaan anak kami, hiburan satu ini jadi terlewati.

Baca selengkapnya....
Herman

Wakil Rakyat

Memiliki anak yang sedang lucu-lucunya memang satu hal yang membahagiakan. Saya mengalaminya. Kelucuan dalam dialog-dialog saya dengan Zahid maupun Zahid dan ibunya seringkali terjadi. Pertanyaan-pertanyaan yang lahir dari rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu memang harus dijawab dengan hati-hati, seperti kebanyakan pakar parenting selalu katakan. Masa 5 tahun pertama usia yang katanya adalah golden age, memang betul-betul menunjukkan kepada kami sebagai orang tua bahwa anak mampu menyerap apapun yang ia ketahui dari luar dirinya.

Tiga hari lalu Zahid menyanyikan salah satu lagu Iwan Fals: Wakil Rakyat. Entah dari mana ia mendengarkan lagu ini, karena seingat saya sekitar dua hingga tiga tahun terakhir saya nyaris tak pernah memutar lagu-lagu penyanyi idola saya itu di rumah. Hari itu Zahid menyanyi:

Wakil Rakyat seharusnya merakyat
jangan tidur waktu sholat...


Saya tertegun dan tertawa sendiri. Lirik pertama itu disuarakan persis sama seperti Iwan Fals menyanyikan. Tetapi lirik "jangan tidur waktu shalat" adalah sesuatu yang baru pertama kali saya dengar.

Minggu pertama hingga ketiga Maret lalu, karena tak ada pengasuh di rumah, Zahid pulang ke desa mbahnya di Boyolali. Saya memperkirakan, kemungkinan ia mendengarkan lagu Iwan Fals yang di putar oleh Pakliknya di sana. Dan belakangan ini di saat menjelang pemilu, radio di rumaha kami--maaf, kami tak memiliki TV--memang sering menyiarkan perkembangan calon wakil rakyat yang sedang berkompetisi. Dari sanalah kemungkinan besar lagu Wakil Rakyat itu dirubah sendiri oleh anak kami.

Semoga wakil rakyat yang terpilih saat pemilu esok pagi betul-betul mewujudkan wakil rakyat tak hanya yang tidak tidur waktu sidang, namun juga tidak tidur waktu shalat. Amin.

Keterangan: foto gedung DPR/MPR bersumber dari sini.

Baca selengkapnya....
Naning

Bertemu Abang dan Ngah



Zahid bersama ayah dan ibu sedang berlibur di Bogor. Berangkat dari rumah di Ciangsana kemarin Maghrib. Di Bogor mengunjungi abang Fadlan dan Ngah Farhan yang datang dari Bengkulu. Bogor adalah rumah kakek-nenek dari Abang dan Ngah. Makdang--ibunya--asli Bogor. Ayahnya asli Bengkulu, kakak dari Ayah Zahid.

Pagi ini sudah lari-lari sama Abang dang Ngah di depan rumah. Senang rasanya. Insya Allah siang nanti akan jalan-jalan ke taman Angsa.


Ngah Farhan, Abang Fadlan, Abang Abi, dan Zahid (di belakang)



Zahid sedang main sama Ngah Farhan


Baca selengkapnya....

Blogger Templates by Blog Forum