Herman

Menanamkan Perilaku Baik pada Anak

Saat itu sudah pukul tiga sore. Aku berjalan menyusuri Hannaford street menuju rumah kediaman kami di ujung jalan itu, di Suburb Page, Australian Capital Territory (ACT). Tak seberapa jauh dari situ ada Saint Matthew's Primary School, sebuah sekolah dasar swasta berbasis agama. Aku melihat seorang ibu berada diantara anak-anak yang pulang dari sekolah sibuk memunguti tissue dan beberapa sampah lainnya di tengah jalan. Aku tertegun, ibu itu tentu sedang menjemput anaknya dari sekolah tadi, melihat sampah entah dari anak-anak yang ada atau orang lain yang membuangnya di jalan itu. Ia tak berteriak pada anak-anak untuk memungutinya, tetapi justru mengambilnya, lalu membawanya dalam sebuah kantong dan tentu kelak akan dibuangnya ke tempat sampah.

Si ibu tak berteriak mengajak anak-anak untuk memungut sampah. Ia melakukannya sendiri, disaksikan anaknya sendiri dan teman-temannya. Ia ingin menunjukkan bahwa setiap orang harus peduli pada lingkungan di sekitarnya. Dan itu adalah pelajaran nilai sosial bagi anak-anak yang menyaksikannya.

Pada kesempatan lain aku menyaksikan anak-anakku di Macquarie Primary School sedang mengikuti sebuah kegiatan. Semua anak-anak berkumpul di halaman, di bawah pohon cemara yang teduh. Mereka sedang menunggu giliran untuk berlari mengelilingi sekolah yang mereka namakan Cross Country.

Seorang anak membuang kulit pisang begitu saja di tanah. Aku mengenali perilaku anak ini yang memang agak berbeda diantara teman-temannya di kelas 6 (Year 6). Seorang ibu di dekatnya, yang aku yakini juga suka memperhatikan anak ini, mengambil kulit pisang tadi dan membuangnya ke tempat sampah. Kulit pisang itu, jika terinjak oleh anak-anak lain tentu akan membuat terpeleset, dan itu tentu membahayakan.

Tak ada tindakan marah dari si ibu, apalagi sampai meneriakinya. Tapi tentu anak itu suatu saat akan sadar kalau ia telah membuat kesalahan dengan membuang sampah sembarangan. Ibu itu sedang memberitahunya dan juga anak-anak lainnya.

Aku tak melihat para orang tua yang suka hadir di sekolah menunjukkan ekspresi marah pada anak-anak yang berbuat salah. Cukup menunjukkan kesalahan mereka dengan sedikit ucapan atau tindakan yang seharusnya dilakukan anak. Meski, kadang juga aku melihat ada beberapa guru agak meninggikan suaranya jika murid mereka tak mematuhi instruksi dari guru, atau melakukan  satu kesalahan perilaku.

Di saat yang lain, anakku bercerita kalau ada temannya yang muslimah (bekerudung) dibully oleh seorang temannya di sekolah. Anak itu berkata dengan kalimat lebih kurang, "Hey, you Muslim. You are terrorist!" Serentak teman-teman anakku mengutuk teman mereka tadi. "You are racist!"

Anak-anak di sekolah itu semua sudah dikenalkan pada nilai-nilai sosial seperti menjauhi sikap, ucapan, dan tindakan rasis dalam kehidupan mereka. Dan itu tertanam dalam pikiran anak-anakku saat ini setelah kembali ke tanah air.

Demikianlah, nilai-nilai sosial ditanamkan di lingkungan sekolah anak-anak kami di Canberra. Sekolah, komunitas sekitar, dan para orang tua diminta untuk saling mendukung terciptanya pendidikan yang baik pada anak-anak. Tidak dengan ekspresi marah secara berlebihan, tetapi dengan menunjukkan perbuatan yang seharusnya dilakukan. Pelan-pelan hal itu tertanam dengan sendirinya.

0 komentar:

Post a Comment

Blogger Templates by Blog Forum