Naning

Felix dan papi

Amal Yang Tertukar

Ini orang yang dulu pernah saya benci, tak terhitung berapa kali amarahnya mendarat di badan saya, membekas di hati saya. Waktu-waktu bersamanya adalah siksaan, dia ayah saya

Tapi itu dulu, setelah saya dewasa dia banyak berubah, dan setelah saya masuk Islam, saya diajari cinta, termasuk pada orangtua, maka saya mencintainya sepenuh hati

Bahkan darinya saya belajar banyak berfikir kritis, yang jadi jembatan bagi saya mengenal Islam, beroleh hidayah. Maka sekarang saya terus mendoakannya juga beroleh hidayah

Bagaimana tidak, kediaman dan kendaraan saya diberi olehnya dan umrah saya dan istri kali pertama ditanggungnya, tak terhitung support Papi dalam dakwah saya

Pernah dia bilang, "Lix, bensin biar Papi yang tanggung, jangan pernah minta uang sama orang dari dakwahmu". Ratusan juta uangnya untuk @ummualila bangun @hijabalila 

Papi belum Muslim, tapi keberpihakannya pada Islam sudah ada, Papi simpatik pada mereka yang taat. Kemarin saja baru fasilitasi 50 orang lebih Umrah plus Istanbul bareng saya

Sebagai direktur di perusahaan pestisida, Papi aktif sediakan panggung untuk kajian, minta saya yang memberi kajian pada para petani, sampai ke pelosok desa

Papi juga selalu update dengan dakwah saya, kemungkinan besar tulisan ini juga dia baca. Tiap saya ke Jatim atau Jateng, selalu ditanya "Lix, ada persekusi lagi nggak?", begitu

Dia banyak makan asam garam hidup. Saya sebenarnya malu menceritakan siapa yang suka bubarkan kajian saya dan apa sebabnya, tapi dia tidak perlu, dia sudah tahu

Papi sudah tahu anaknya sangat ingin syariat Islam tegak, dan dia tak ada masalah. Suatu kesempatan, malah dia kepergok sedang jelaskan koleganya tentang Khilafah

Katanya, "Jadi Khilafah itu kayak kita orang Kristen, kesatuan spiritual, tapi Khilafah ini juga kesatuan politik, ummat Islam kan satu", saya juga heran, yang Muslim saja mungkin tak paham

Satu saat, saat sedang belanja bersama, Mami saya protes, "Lix, udahlah, jangan terlalu ekstrim, Mami sudah tua, nanti kalau kamu ketangkep polisi gimana?", katanya

Saya jawab, "Polisi baik-baik orangnya mi, kecuali beberapa aja yang sering muncul hehehe.. Felix nggak salah apa-apa, kenapa ditangkep?" Saya balas dengan elegan

Selepas itu saya dan Mami berdebat, Papi menengahi. "Lix, Papi sudah belajar ikhlas kalau harus kehilangan kamu, kamu mungkin benar tapi jalanmu bahaya", tegasnya

Papi lanjut, "Abdul Somad kalau ada apa-apa, orang Melayu maju, Habib punya FPI, kamu kalau ada apa-apa, siapa yang bela, orang kita lari duluan". Saya tertawa, benar juga

Afterall, saya hanya ingin beritahu. Ada yang belum Muslim seperti Papi, tapi fasilitasi dakwah, senang melihat orang taat, bangga punya anak yang berdakwah

Dia pernah punya pandangan negatif tentang dakwah, tapi dia mau tanya, dia mau diskusi, toleransi sama pandangan yang tidak sesuai dengan dia, kasih sayang meski beda agama

Tapi

Ada yang Muslim, kerjanya membubarkan kajian, tebar fitnah sana dan sini akan dakwah, tak suka menerap syariat, tak suka Al-Qur'an ketika jadi pedoman, model begini banyak

Teriak toleransi pada yang kafir, intoleran pada sesama Muslim, merasa Islamnya paling hebat sedunia, paling asli, lebih hebat dari Islam Arab yang katanya penjajah

Sementara mereka bersalam mesra, riang gembira bersama Israel, penjajah paling biadab di muka bumi, mempermalukan diri dan negeri, katanya ini rahma dan damai

Papi tak perlu dalil "Musa menemui Fir'aun" untuk tahu Israel itu biadab. Papi tak perlu merasa paling NKRI dan Pancasila untuk adakan kajian bukan membubarkannya

Bukankah ini amal yang tertukar?

Sengaja saya upload fotonya Papi, saya mohon keikhlasan doa teman-teman sekalian, agar Papi dibukakan jalan hidayah. Saya yakin teman-teman sekalian doanya diterima Allah

Baca selengkapnya....
Naning

Lukmanul Hakim best parents

[06/06, 11:45] Naning Zuliarti: / Lima Nasihat Penting Lukman Hakim Dalam Mendidik Anak /

Oleh: Deasy Rosnawaty (Muslimah Cinta Islam Lampung)

Lukmanul hakim adalah Lukman ibnu ‘Anqa’ ibnu Sadun. Beliau adalah seorang budak, penggembala kambing, berperawakan kurus, berkulit hitam, berhidung pesek dan berkaki kecil. Akan tetapi orang-orang senang bercakap-cakap dengan beliau, karena kalimat-kalimat yang beliau ucapkan senantiasa bermakna, penuh hikmah.

Itulah kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada Lukman. Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 12 “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." 

Anugerah hikmah yang dimiliki Lukman inilah, yang membuatnya digelari al-Hakim. Hingga ia dikenal dengan sebutan Lukmanul hakim.

Suatu ketika ada yang bertanya tentang apa yang membuatnya memiliki hikmah. Maka Lukman pun menyebutkan hal-hal yang ia lakukan. Ia menahan pandangan, ia menjaga lisan, ia memperhatikan makanan yang ia makan, ia pelihara kemaluannya, berkata jujur, menunaikan janji, menghormati tamu, memenuhi tetangga dan meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat. Inilah sosok Lukmanul Hakim yang patut kita contoh.

Adapun bagaimana Lukman mendidik anaknya? Surat Lukman (31) ayat 13-19 menggambarkan potretnya. Menggambarkan apa saja yang diajarkan Lukman dan bagaimana cara Lukman mengajarkannya.

Ada lima hal yang diajarkan Lukman pada anaknya. Pertama, Lukman mengajarkan pemurnian aqidah. "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." T.Q.S Lukman (31) ayat 13.
Kedua, Lukman menyampaikan wasiat Allah agar manusia berbuat baik (memperlakukan dengan baik) kedua ibu bapaknya. Terutama ibunya yang telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapih selama dua tahun.

Meski demikian, seandainya kedua ibu bapak tersebut memaksa untuk berlaku syirik, dengan tegas Lukman berkata “Falaa tuti’huma” jangan ikuti keduanya. Namun “Shohib huma” bersahabatlah dengan keduanya di dunia ini dengan cara yang ma’ruf. Artinya, boleh melawan kehendak kedua orang tua dalam perkara syirik, namun wajib atas kita tetap mempergauli keduanya dengan baik. Tetap berkata baik, bersikap baik, melayani mereka dengan baik, dst.

Ketiga, Lukman mengajarkan kepada anaknya bagaimana konsep amal seorang muslim. Bahwa seorang muslim harus senantiasa melakukan kebaikan. Sebab kebaikan sekecil apa pun, sekalipun tersembunyi di dalam batu, tersimpan di langit dan terpendam di dalam bumi; Allah akan membalasnya. Karena Allah sangat detail dalam mengetahui segala sesuatu.

Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 16, “(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

Tak perlu khawatir, meski kebaikan kita tak tampak di mata manusia dan tak terdengar oleh telinga makhluk-Nya. Karena Allah pasti membalasnya. Begitu luar biasa totalitas amal yang diajarkan Lukman pada anaknya.

Keempat, Lukman memerintahkan anaknya menegakkan sholat, beramar ma’ruf nahi munkar dan bersabar atas apa yang menimpa. Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 17, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang besar dan berat (Azmil umur).”

Ada keterkaitan apa dalam tiga perintah ini; mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi munkar dan bersabar, hingga Lukman menghimpunnya dalam satu poin nasehat? Surat al-Baqarah (2) ayat 45 menjawabnya. “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu…” Maksudnya jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong wahai orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar.

Sungguh luar biasa Lukman, ia mengajari anaknya untuk memikul tanggung jawab beramar ma’ruf nahi munkar. Memikul perkara besar dan berat (‘azmil umur). Perkara yang beresiko. Perkara yang memerlukan tekad, ketegaran dan ketetapan hati untuk melakukannya. Perkara yang tidak akan sanggup dipikul kecuali oleh orang-orang yang sabar dan orang-orang yang memiliki kedekatan kepada Allah, memiliki ruhiyah yang tinggi dengan memperbanyak menegakkan shalat.

Kelima, Lukman mengajarkan anaknya berakhlak yang baik. Tidak berlaku sombong, tidak berjalan dengan angkuh dan tidak berbicara dengan keras.

Inilah lima poin penting nasehat Lukman untuk anaknya. Dengan lima poin inilah, karakter seorang muslim dibentuk. Yautu ia hanya menjadikan Allah satu-satunya tujuan, tidak ada serikat. Ia berlaku baik pada kedua orang tua. Ia selalu beramal kebaikan dimanapun kapanpun. Ia kokoh bagai karang dalam menyampaikan kebenaran namun santun dalam sikap keseharian.

Semoga kita mampu seperti Lukman. Semoga anak-anak kita mampu kita bentuk dengan karakter hebat sebagaimana Lukman mementuk karakter anaknya.

Wallahu a’lam.

Diubah seperlunya dari : @MuslimahCintaIslam

——————————
/ Silakan share dengan mencantumkan sumber Muslimah News ID - Berkarya untuk Umat /
——————————
Follow kami di
Facebook: fb.com/MuslimahNewsID
Twitter: twitter.com/muslimahnewsid
Telegram: t.me/MuslimahNewsID
IG: instagram.com/MuslimahNewsID.
——————————
Grup WhatsApp: bit.ly/JoinWAMuslimahNewsID
——————————
[06/06, 11:45] Naning Zuliarti: LELAH

Ada 8 kelelahan yang disukai Allah SWT dan RasulNya :

1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya
(QS. 9:111)

2. Lelah dalam berda'wah/mengajak kepada kebaikan (QS.41:33)

3. Lelah dalam beribadah dan beramal sholeh (QS.29:69)

4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. merawat dan mendidik putra/putri amanah Illahi (QS. 31:14)

5. Lelah dalam mencari nafkah halal
(QS. 62:10)

6. Lelah mengurus keluarga
(QS. 66:6)

7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu
(QS. 3:79)

8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit
(QS.2:155)

Semoga kelelahan dan kepayahan yang kita rasakan menjadi bagian yang disukai Allah dan RasulNya. Aamiin yaa Rabbal-'aalamiin

Lelah itu nikmat. Bagaimana mungkin? Logikanya bagaimana? Jika anda seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah dalam kelelahan yang sangat. Itu adalah nikmat Allah swt yang luar biasa, karena banyak orang yang saat ini menganggur dan bingung mencari kerja.

Jika anda seorang istri yang selalu kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, karena betapa banyak wanita sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, namun jodoh tak kunjung hadir.

Jika kita orang tua yang sangat lelah tiap hari, karena merawat dan mendidik anak-anak, sungguh itu nikmat yang luar biasa. Karena betapa banyak pasangan yang sedang menanti hadirnya buah hati, sementara Allah swt belum berkenan memberi amanah.

Lelah dalam Mencari Nafkah

Suatu ketika Nabi saw dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.”

Rasulullah saw menjawab: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.”
(Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb).

Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapa pun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan hidup di dunia juga memiliki dimensi akhirat.

Bahkan secara khusus Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang kelelahan dalam mencari rejeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.”

Subhanallah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya selalu ada keutamaan.

Kelelahan dalam bekerja bisa mengantarkan meraih kebahagiaan dunia berupa harta, di sisi lain dia mendapatkan keutamaan akhirat dengan terhapusnya dosa-dosa. Syaratnya bekerja dan lelah. Bukankah ini bukti tak terbantahkan, bahwa kelelahan ternyata nikmat yang luar biasa?

Kelelahan Mendidik Anak

Di hari kiamat kelak, ada sepasang orangtua yang diberi dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi.

Keduanya bingung dan bertanya: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan kepada mereka: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu.”

Merawat dan mendidik anak untuk menjadi generasi shaleh/shalehah bukan urusan yang mudah. Betapa berat dan sangat melelahkan. Harta saja tidak cukup.

Betapa banyak orang-orang kaya yang anaknya “gagal” karena mereka sibuk mencari harta, namun abai terhadap pendidikan anak. Mereka mengira dengan uang segalanya bisa diwujudkan. Namun, uang dibuat tidak berdaya saat anak-anak telah menjadi pendurhaka.

Berbahagialah manusia yang selama ini merasakan kelelahan dan berhati-hatilah yang tidak mau berlelah-lelah. Segala sesuatu ada hitungannya di sisi Allah swt. Kebaikan yang besar mendapat keutamaan, kebaikan kecil tidak akan pernah terlupakan.

Rasulullah saw bersabda:

“Pahalamu sesuai dengan kadar lelahmu.”

Allah swt akan selalu menilai dan menghitung dengan teliti dan tepat atas semua prestasi hidup kita, sebagaimana firman-Nya:

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”.
(QS. An-Najm: 39-41).

Mari kita mencari kelelahan yang diridhoi Allah.

*copas*

Baca selengkapnya....

Blogger Templates by Blog Forum