Selasa lalu saya mengikuti sebuah workshop. Kegiatannya sendiri berlangsung pada Senin dan Selasa. Di hari kedua ini, saya sedikit menderita karena tidak memakai kacamata. Sementara panduan penggunaan program komputer untuk pengelolaan data kasus ada di layar proyektor. Laptop di meja hanya menampilkan program yang masih sama-sama kami ujicoba penggunaannya. Tentu saja mata silindris saya tidak bisa melihat dengan jelas ke arah proyektor. Beginilah kekurangannya kalau sudah memiliki "cacat" dalam penglihatan, sementara kacamata sebagai alat bantunya tertinggal di rumah.
Ceritanya, pagi hari sebelum berangkat ke kantor selasa itu, Zahid mengajak saya untuk nonton Ping-Ping dan Tupi di komputer. Kedua tokoh binatang ini merupakan tokoh film kartun untuk anak, yang isinya juga menceritakan dunia binatang. Ping-Ping sendiri adalah tokoh yang merepresentasikan Pinguin, hewan dari Kutub Selatan. Tupi, sudah bisa ditebak dari namanya, adalah seekor Tupai. Film ini sangat menarik sekaligus mendidik, memberikan pengetahuan mengenai dunia binatang--jenis, Perilaku, habitat, serta banyak hal dengan keberagamannya. Zahid suka sekali menonton film ini. Kami hanya memiliki dua CD Pertualangan Ping-Ping dan Tupi. Keduanya kami putar berulang-ulang sesuai dengan permintaan Zahid atau sekedar mengalihkan perhatiannya ketika tantrum sedang melanda.
Dengan alasan yang cukup prinsipil, kami tidak memiliki televisi di rumah. Perangkat untuk menonton berbagai cakram film adalah CDRom komputer. Sedang asyik menonton, saya lengah. Saat saya sedang memperhatikan film di layar, Zahid telah memasukkan kacamata yang masih di dalam wadahnya ke dalam segelas teh yang ada di meja. Saya kaget. Langsung saya mengeluarkan kacamata yang sudah berendam di dalam teh.
Saya bersihkan kacamata dan meletakkannya di rak buku. Setelah selesai menonton, mematikan komputer, berganti pakaian, lalu saya bersiap untuk berangkat kerja. Zahid dengan tenang melepas keberangkatan saya seperti biasa, bersalaman, mengucap salam padanya dan dijawab "Alaikum salam" dengan suara khas seorang anak 2 tahun yang sangat membahagiakan saya sebagai ayahnya.
Zahid senang sekali melakukan apa saja untuk mengetahui apa dampaknya. Untuk beberapa hal yang berkaitan langsung dengan saya atau ibunya, ia akan mengetahui apa saja reaksi kami kalau ia melakukan ini itu, dan menjadi bahagia kalau reaksi itu bisa ia dapatkan secara berulang-ulang. Seperti yang saya baca di dalam beberapa buku parenting, sampai dengan usia 5 tahun, anak-anak cepat sekali menyerap banyak pengetahuan sekelilingnya. Keisengan Zahid bisa macam-macam, mulai dari menumpahkan air minum atau makanan secara tiba-tiba ke lantai tanpa sebab yang kami ketahui secara pasti sampai memasukkan kacamata ke dalam gelas berisi teh hangat. Barangkali ekspresi kekagetan pada wajah orang tuanya menjadi sensasi yang menyenangkan.
Keisengan anak adalah sebuah proses ingin tahu. Kami selalu berusaha untuk tidak marah pada anak kami. Sebagai orang tua, kami memang harus terus berusaha memahami prilaku anak. Beberapa buku kami baca. Istri saya adalah seorang guru dan berpengalaman di beberapa sekolah Islam terpadu dengan konsep pendidikan yang sudah maju. Pengalaman dalam mendidik anak-anak menjadikannya begitu pandai dan sabar dalam membimbing anak kami Zahid. Dalam hal ini, saya memang harus banyak belajar pada istri.
Tiba di kantor, saya baru menyadari kalau kacamata saya tidak ada. Tertinggal di rak buku. Saya tidak menyalahkan Zahid. Saya senang, sebab saya masih memiliki kesempatan untuk bermain bersama anak kami di pagi hari. Saya yakin, kesempatan semacam ini memiliki peran penting untuk tumbuh kembang anak kami.
update 22 April 2008:
Saat ini Zahid telah memiliki satu paket CD Pingping dan Tupi (isi 10 keping). Belinya saat Islamic Book Fair 2008 beberapa waktu lalu. Anda bisa membelinya saat pameran buku, lebih murah kok.
Baca selengkapnya....
Label:
Dunia anak,
Keluarga