Herman

Menanamkan Perilaku Baik pada Anak

Saat itu sudah pukul tiga sore. Aku berjalan menyusuri Hannaford street menuju rumah kediaman kami di ujung jalan itu, di Suburb Page, Australian Capital Territory (ACT). Tak seberapa jauh dari situ ada Saint Matthew's Primary School, sebuah sekolah dasar swasta berbasis agama. Aku melihat seorang ibu berada diantara anak-anak yang pulang dari sekolah sibuk memunguti tissue dan beberapa sampah lainnya di tengah jalan. Aku tertegun, ibu itu tentu sedang menjemput anaknya dari sekolah tadi, melihat sampah entah dari anak-anak yang ada atau orang lain yang membuangnya di jalan itu. Ia tak berteriak pada anak-anak untuk memungutinya, tetapi justru mengambilnya, lalu membawanya dalam sebuah kantong dan tentu kelak akan dibuangnya ke tempat sampah.

Si ibu tak berteriak mengajak anak-anak untuk memungut sampah. Ia melakukannya sendiri, disaksikan anaknya sendiri dan teman-temannya. Ia ingin menunjukkan bahwa setiap orang harus peduli pada lingkungan di sekitarnya. Dan itu adalah pelajaran nilai sosial bagi anak-anak yang menyaksikannya.

Pada kesempatan lain aku menyaksikan anak-anakku di Macquarie Primary School sedang mengikuti sebuah kegiatan. Semua anak-anak berkumpul di halaman, di bawah pohon cemara yang teduh. Mereka sedang menunggu giliran untuk berlari mengelilingi sekolah yang mereka namakan Cross Country.

Seorang anak membuang kulit pisang begitu saja di tanah. Aku mengenali perilaku anak ini yang memang agak berbeda diantara teman-temannya di kelas 6 (Year 6). Seorang ibu di dekatnya, yang aku yakini juga suka memperhatikan anak ini, mengambil kulit pisang tadi dan membuangnya ke tempat sampah. Kulit pisang itu, jika terinjak oleh anak-anak lain tentu akan membuat terpeleset, dan itu tentu membahayakan.

Tak ada tindakan marah dari si ibu, apalagi sampai meneriakinya. Tapi tentu anak itu suatu saat akan sadar kalau ia telah membuat kesalahan dengan membuang sampah sembarangan. Ibu itu sedang memberitahunya dan juga anak-anak lainnya.

Aku tak melihat para orang tua yang suka hadir di sekolah menunjukkan ekspresi marah pada anak-anak yang berbuat salah. Cukup menunjukkan kesalahan mereka dengan sedikit ucapan atau tindakan yang seharusnya dilakukan anak. Meski, kadang juga aku melihat ada beberapa guru agak meninggikan suaranya jika murid mereka tak mematuhi instruksi dari guru, atau melakukan  satu kesalahan perilaku.

Di saat yang lain, anakku bercerita kalau ada temannya yang muslimah (bekerudung) dibully oleh seorang temannya di sekolah. Anak itu berkata dengan kalimat lebih kurang, "Hey, you Muslim. You are terrorist!" Serentak teman-teman anakku mengutuk teman mereka tadi. "You are racist!"

Anak-anak di sekolah itu semua sudah dikenalkan pada nilai-nilai sosial seperti menjauhi sikap, ucapan, dan tindakan rasis dalam kehidupan mereka. Dan itu tertanam dalam pikiran anak-anakku saat ini setelah kembali ke tanah air.

Demikianlah, nilai-nilai sosial ditanamkan di lingkungan sekolah anak-anak kami di Canberra. Sekolah, komunitas sekitar, dan para orang tua diminta untuk saling mendukung terciptanya pendidikan yang baik pada anak-anak. Tidak dengan ekspresi marah secara berlebihan, tetapi dengan menunjukkan perbuatan yang seharusnya dilakukan. Pelan-pelan hal itu tertanam dengan sendirinya.

Baca selengkapnya....
Naning

Uno sang pejuang

Kisah inspiratif :

“One Way Ticket”

Oleh: Sandiaga Salahuddin Uno

Perantauan telah menjadi jejak takdir yang saya terima. Jauh sebelum saya lahir, ayah saya Razif Halik Uno meninggalkan tanah kelahiran Gorontalo merantau di kota Bandung. Ibu saya, Mien Uno, setelah menikah dengan ayah ikut pula merantau meninggalkan kota Bandung menuju pedalaman Rumbai yang kaya minyak. Rumbai adalah tanah kelahiran bagi saya dan kakak, Indra Cahya Uno. Sebagaimana ayah dan ibu, tanah kelahiran tidak pernah menjadi tanah tinggal kami. Pada saat saya duduk di Sekolah Dasar, ayah pindahkerja ke Jakarta. Di ibukota, ayah membangun peruntungan  dan pada saat itu saya berpikir petualangan kami telah mencapai kota impian. Saya pun mulai menggantungkan cita-cita di langit ibukota.

Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jakarta. Saya tidak kesulitan mendapatkan teman baru, karena rumah kami selalu menjadi tempat berkumpul teman-teman sekolah. Ini dikarenakan rumah kami selalu dekat dengan sekolah. Dalam hal memilih sekolah, ibu punya prinsip bahwa sekolah harus dekat dengan rumah. Dengan itu, beliau tetap bisa mengawasi kami. Selain itu, kegemaran saya akan olahraga bola basket juga membuka pintu pergaulan. Satu lemparan bola seolah mendatangkan sekeranjang teman untuk saya. Hingga jelang lulus dari bangku SMA, saya menikmati kenyamanan  Jakarta dengan segala dinamika masa remaja. Saya pun mulai menapaki tangga meraih impian sederhana. Saya ingin kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian dengan titel sarjana bekerja di perusahaan bonafit dengan gaji cukup untuk hidup mapan.

Pada saat semua kenyamanan itu menggenggam hidup saya, ayah menyodorkan sebuah tawaran yang tidak mungkin bisa saya tolak. Tawaran itu berupa sebuah tiket untuk berangkat kuliah ke Amerika Serikat. One Way Ticket, tanpa ada tiket untuk kembali. Satu-satunya cara untuk kembali adalah dengan pergi kesana, menyelesaikan studi sebaik mungkin dan hanya peluang kerja lah yang bisa membawa saya balik ke Jakarta. Sulit untuk mendeskripsikan perasaan saya yang campur aduk pada saat itu. Tetapi yang jelas tidak ada lonjakan perasaan gembira. Saya menerima tawaran itu dan episode perantauan dimulai kembali.

Tanpa internet dan penerbangan murah, dunia pada dekade delapan puluhan tampak sangat luas. Amerika dalam bayangan saya adalah wonderland dengan semua keajaiban yang tampak dalam berita dan film. Ditambah lagi dengan cerita dari orang-orang yang pernah kesana tentang kemajuan yang masih menjadi impian di tanah air. Gedung-gedung pencakar langit, hiruk pikuk megapolitan hingga berjuta orang dari beragam ras dan latar belakang dengan kesibukan tiada henti adalah Amerika di layar kaca. Tetapi pada saat saya menginjakkan kaki di sebuah kota bernama Wichita, bayangan itu memudar menjadi sebuah keterasingan. Dulu pada dekade dua puluhan, Wichita dikenal sebagai “Air Capital of The World” karena di kota itu dibangun beberapa pabrik pesawat terbang, tetapi tetap saja jauh dari bayangan saya sebelumnya tentang Amerika. Tidak ada gedung pencakar langit, malam terasa lebih cepat sepi dibanding Jakarta dan tidak ada keramaian beragam ras, bisa dibilang Wichita hanya dihuni oleh orang-orang kulit putih. Tambahan lagi, saya tiba disana pada saat musim dingin baru saja mulai. Kombinasi yang sempurna untuk kenangan Jakarta yang terus menggelayuti pikiran.

Perlahan saya menyadari, rantau yang asing bagaikan kanvas putih yang luas untuk melukis hidup. Keterasingan menyediakan ruang bagi kita untuk memulai segala sesuatu dari nol sebab tempat yang baru tidak menyediakan masa lalu. Walaupun harus melupakan mimpi kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, saya tetap setia pada impian untuk menekuni bidang akuntansi di Wichita State University (WSU). WSU adalah kampus terbesar ketiga di negara bagian Kansas. Sebagian besar mahasiswanya berasal dari daerah sekitar, tidak banyak yang berasal dari negara bagian lain, apalagi luar negeri. Saya tidak bisa berharap banyak menemukan mahasiswa Indonesia lainnya disini.

Dalam keterasingan itu, insting saya untuk survive semakin terasah. Belajar di negeri orang ternyata bagi saya memberikan motivasi berlipat. Bukan untuk membuktikan diri pada siapapun tetapi lebih pada kebutuhan untuk bertahan hidup.Tidak ada pilihan lain tersedia selain menggondol ijazah tepat waktu dengan nilai yang harus memuaskan. Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menyesuaikan diri dengan ritme kehidupan kampus WSU. Bergelut dengan angka, dari sebuah kewajiban berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Rutinitas lainnya adalah mendatangi kantor pos yang terdapat di dalam kampus, berkirim dan menunggu kedatangan surat dari tanah air. Berhubungan lewat telepon terasa sulit bagi mahasiswa dengan kantong pas-pasan seperti saya. Tetapi berkirim surat dengan orang tua dan juga dengan pacar yang kemudian jadi istri saya, Nur Asia Uno, membuat saya yang dulu asing dengan dunia tulis menulis menjadi lancar bercerita. Jarak perantauan kembali memberikan bonus untuk saya.

Rutinitas belajar yang benar-benar ditekuni membuat saya tidak punya banyak kesempatan untuk mengembangkan pergaulan lebih luas. Menurut saya, itu adalah pengorbanan yang wajar demi segenggam mimpi bekerja di perusahaan besar demi kehidupan yang mapan. Impian untuk menjadi pengusaha belum ada dalam pikiran saya pada saat itu. Padahal sebenarnya di kampus WSU lah pertama kali secara serius saya mengenal kata “enterpreneurship”. Pada tahun 1988, awal saya kuliah disana, diadakan peletakan batu pertama untuk pembangunan Devlin Hall. Pada tahun 1990, seiring berakhirnya masa studi saya di WSU, bangunan  yang diperuntukkan untuk Center for Enterpreneurship itu selesai dibangun dan berdiri megah di tengah-tengah kampus. Devlin Hall adalah salah satu bangunan kampus pertama di dunia yang diperuntukkan bagi pengembangan wirausaha. Selain itu, di tengah kampus juga berdiri bangunan sederhana yang baru dipindahkan dari Bluff and Kellog Street pada tahun 1986, Pizza Hut Number One. Bangunan itu adalah toko Pizza Hut pertama yang didirikan oleh dua orang mahasiswa WSU pada tahun 1958 yang kemudian menjadi jejaring waralaba yang mendunia. Dan bahkan kelak saya berkesempatan punya kepemilikan dalam jejaring waralaba itu di Indonesia.

Dua tahun tidak terasa sejak ayah menyodorkan one way ticket. Syukur Alhamdulillah, saya tidak sekedar mendapatkan Degree dari W Frank Barton School of Business Wichita State University tetapi juga lengkap dengan predikat summa cum laude. Prestasi akademik di negeri orang itu membuat saya dipanggil pulang kembali ke tanah air, diajak bergabung menjadi Finance and Accounting Officer di Bank Summa. Bank yang dimiliki oleh Edward Soeryadjaya, pada waktu itu merupakan salah satu bank swasta yang tengah tumbuh dengan pesat. Perlahan, impian saya tentang dunia kerja mulai terwujud. Menjadi seorang junior di Bank Summa membuka kesempatan luas bagi saya untuk mengenal dunia perbankan dan keuangan. Saya mengikuti keseluruhan proses yang harus dialami oleh seorang pekerja baru, pelatihan, mendapatkan bimbingan dari senior-senior yang sudah punya nama di dunia perbankan hingga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tampak kecil dan remeh bagi banyak orang tetapi penting untuk pengembangan diri.

Di tengah gairah baru dunia kerja itu, Bank Summa memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan Master of Business Administration di George Washington University, (GWU) Washington DC.  Rantau Amerika tidak lagi terasa asing bagi saya. Saya menikmati tugas belajar dari tempat kerja ini. Mimpi indah menyeruak di awang-awang, tentu setelah menyelesaikan pendidikan Master ini saya bisa meniti karier lebih tinggi di Bank Summa. Suasana DC dimana terdapat jauh lebih banyak pemukim Indonesia dibandingkan di Wichita juga membuat saya semakin nyaman. Satu tahun pertama pendidikan di GWU berjalan dengan lancar. Saya juga punya kesempatan untuk terlibat aktif dengan perkumpulan mahasiswa Indonesia di Amerika.

Akhir dari setiap mimpi, baik atau buruk, adalah terbangun dalam kesadaran. Mimpi indah saya pada tahun pertama kuliah di GWU tiba-tiba berhadapan dengan kenyataan yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Di tanah air, Bank Summa mengalami kesulitan likuiditas yang berujung pada kasus kredit macet. Om Williem, -William Soeryadjaya, turun tangan mengambil alih kepemilikan Bank Summa hingga kemudian menjaminkan kepemilikan sahamnya di aset paling berharga milik keluarga Soeryadjaya, Astra. Tetapi semua usaha yang dilakukan oleh Om Williem, -yang pada akhirnya kehilangan kepemilikan di Astra, tidak bisa menyelamatkan Bank Summa. Dampaknya bagi saya yang jauh berada di Amerika sungguh sangat terasa. Beasiswa saya terhenti justru di tengah gairah saya ingin segera menyelesaikan program Master ini. Bagi saya saat itu, sungguh tidak etis di tengah badai besar yang tengah dihadapi Bank Summa, untuk menanyakan kelanjutan beasiswa.

Di tahun 1992 itu, saya seolah kembali memegang selembar one way ticket. Mimpi-mimpi indah yang sempat terbang di langit cita-cita, satu per satu pecah bagai gelembung yang tidak berdaya. Perantauan kembali menguji insting saya untuk survive. Untuk menyelesaikan studi ditambah lagi dengan biaya hidup di Amerika, tabungan saya pada saat itu jauh dari cukup. Tidak banyak yang bisa saya simpan dari hasil bekerja selama satu setengah tahun di Bank Summa. Saya merasa pada saat itu, sudah tidak pantas lagi merepotkan orang tua dengan  kesulitan yang saya hadapi. Masalah terhentinya beasiswa ini saya simpan rapat dari orang tua hingga saya berhasil menyelesaikan studi di GWU. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah mencari pekerjaan dan dengan uang dari hasil pekerjaan itu saya bisa terus melanjutkan kuliah.

Pada saat kehidupan menantang saya untuk bertahan maka pada saat itu saya bersiap untuk melakoni pekerjaan apapun sepanjang halal dan cukup untuk menyelesaikan studi. Bahkan sempat terpikir untuk menjadi tukang cuci piring atau tukang bersih-bersih. Untunglah, dengan prestasi akademik di atas rata-rata pada saat itu, saya bisa melamar pekerjaan menjadi asisten lab di GWU. Pada saat itu saya mendapatkan bayaran US$ 3 perjam. Pekerjaan itu tidak lama saya tekuni, karena kemudian terbuka kesempatan untuk pekerjaan dengan gaji lebih tinggi menjadi Tutor dengan gaji US$ 6 perjam. Bekerja sambil kuliah di negeri orang benar-benar menjadi ujian disiplin hidup. Saya harus pintar-pintar membagi waktu, agar pekerjaan bisa mendukung kuliah yang tengah saya tempuh, bukan sebaliknya. Disini pula saya menyadari pentingnya menetapkan target dan prioritas. Target saya dalam bekerja adalah untuk mendapatkan uang demi menyelesaikan kuliah. Artinya kuliah menjadi prioritas utama yang harus didukung oleh kesungguhan saya dalam bekerja. Puji syukur ke hadirat Allah SWT, saya mampu melaluinya dengan baik. Saya tidak sekedar berhasil menyelesaikan studi di GWU, tetapi kembali lulus dengan predikat summa cum laude.

Usia saya dua puluh tiga tahun ketika menggondol gelar Master of Business Administration dari George Washington University. Dengan usia yang masih muda itu, ada godaan untuk menerima pekerjaan lain di tengah ketidakpastian yang menyelimuti Bank Summa. Mimpi untuk bekerja di perusahaan besar dan hidup mapan masih mungkin saya rangkai kembali. Tetapi sejak kecil saya terbiasa loyal dengan satu hal. Saya loyal dengan satu olahraga, bola basket. Saya loyal dengan satu wanita, dari pacaran hingga menjadi istri saya, Nur Asia Uno. Saya juga loyal dengan bidang finance yang saya tekuni. Dan menurut saya adalah penting untuk loyal pada bank yang telah memberikan saya kesempatan bekerja dan kemudian bahkan untuk melanjutkan studi  Master di Amerika.  Kalau pun karir saya harus berakhir, saya ingin keputusan itu datang dari orang yang mempekerjakan. Saya kembali ke Indonesia, tetap dengan status sebagai karyawan Bank Summa.

Pada tanggal 14 Desember 1992, Bank Summa dilikuidasi oleh Bank Indonesia. Saya kehilangan pekerjaan. Loyalitas buta saya sepertinya kalah telak oleh kenyataan. Tampak di permukaan memang seperti itu. Tetapi sebenarnya yang terjadi, itulah masa-masa yang penting dan berharga dalam hidup saya. Saya punya kesempatan untuk melihat lebih dekat bagaimana Om Willem, mentor bisnis yang sangat saya kagumi, mengelola krisis. Dari Om Willem saya belajar, bahwa bisnis lebih dari sekedar masalah untung rugi tetapi tanggung jawab. Begitu banyak yang dikorbankan oleh Om Willem demi mengembalikan uang nasabah di Bank Summa, hingga akhirnya Astra yang dibangun dan dibesarkannya berpindah kepemilikan. Dalam jangka panjang, krisis yang dialami oleh tempat saya bekerja ini memberikan pelajaran yang jauh lebih besar pada saat nantinya saya menangani perusahaan-perusahaan termasuk perbankan yang tengah “sakit”. Seringkali saya berpikir, bila pada titik krisis di tahun 1992 itu saya memutuskan meninggalkan Bank Summa begitu saja, tentu saya tidak akan pernah bisa berjalan sejauh ini di dunia bisnis. Itulah pelajaran dari pohon loyalitas yang buahnya saya petik di masa depan.

Kehidupan terus berjalan. Jarum jam tidak pernah menunggu kita untuk bergerak. Saya memutuskan untuk kembali mengadu peruntungan di perantauan. One Way Ticket membawa saya ke negara tetangga, Singapura. Setia dengan bidang yang saya tekuni, keuangan, saya bekerja sebagai finance and invesment analist di Seapower Asia Invesment Limited. Setahun kemudian, karirnya saya menanjak ketika bergabung dengan MP Holding Limited Group sebagai Investment Manager. Pada tahun 1995, ketika menginjak usia dua puluh enam tahun, saya bergabung dengan NTI Resources Ltd, Kanada sebagai Executive Vice President.  Pekerjaan ini membawa saya kembali ke tanah Amerika Utara, tepatnya Calgary Canada. Di usia yang masih muda itu, saya sudah bisa menghasilkan pendapatan dollar “enam digit”. Apabila kesuksesan diukur dari kecepatan menghasilkan uang, maka pada usia dua puluh enam tahun saya telah mengukir kesuksesan. Tetapi masalahnya, roda kehidupan saya tidak pernah berhenti. Malah roda itu berputar lebih cepat dibandingkan dengan roda kehidupan banyak orang.

Dengan semua capaian yang saya dapatkan, pada saat itu saya merasa sudah bisa untuk membeli “tiket kembali” dari one way ticket yang dulu diberikan oleh ayah. Mimpi-mimpi masa remaja tentang kehidupan yang mapan telah menjadi kenyataan. Realitas itu semakin lengkap ketika saya memutuskan untuk menikahi kekasih saya sejak masa remaja, Nur Asia Uno pada tahun 1996. Satu tahun kemudian lahirlah putri pertama kami Anneesha Atheera Uno. Tetapi justru di tengah kesempurnaan hidup ini, ujian hidup yang sangat besar menunggu saya. Pada awal tahun 1997, krisis ekonomi mulai merambat dan perlahan melilit beberapa negara Asia. Dimulai dari terpukulnya mata uang Baht Thailand akibat aksi spekulasi besar-besaran, krisis ini kemudian menjalar ke negara-negara Asia lainnya. Perusahaan tempat saya bekerja benar-benar mengalami pukulan hebat akibat krisis ini. Sejak pertengahan tahun 1997, bisa dikatakan saya tidak pernah lagi menerima gaji dari tempat saya bekerja walaupun masih menjalankan tanggung jawab sebagai salah satu eksekutif perusahaan. Tanpa gaji, mungkin saya masih bisa bernafas dengan mengandalkan tabungan yang ada. Sayangnya, mungkin karena kepercayaan diri yang terlalu tinggi karena berhasil mengelola dana investasi orang lain, saya menginvestasikan sebagian besar tabungan di pasar modal yang kemudian ambruk.

Saya pulang ke Indonesia nyaris tanpa membawa apa-apa. Bahkan di Jakarta saya belum sempat menyiapkan sebuah rumah untuk keluarga sehingga harus menumpang di rumah orang tua. Sempat terlintas dalam pikiran saya, betapa kejamnya kehidupan ini, menerbangkan dan kemudian menghempaskan saya dalam tempo yang begitu cepat. Tetapi lambat laun saya mulai bisa menerima ujian hidup itu dengan keikhlasan. Hingga kemudian saya mengubah cara pandang terhadap ujian yang datang ini. Betapa murah hatinya kehidupan, memberikan pelajaran nyaris lengkap dalam tempo singkat kepada saya. Dalam tempo hampir sepuluh tahun sejak ayah memberikan one way ticket, saya telah melewati begitu banyak hal. Bertahan dalam keterasingan di Wichita, bergumul dengan mimpi yang nyaris sirna, menikmati impian masa remaja hingga sekarang saya seolah memulai segala sesuatunya kembali dari nol. Bila saya tidak pernah jatuh dengan keras maka saya tidak akan pernah belajar untuk bisa berdiri dengan kokoh.

Di tengah badai krisis ekonomi yang menerjang tanah air, mustahil bagi saya untuk menemukan peluang kerja baru. Sementara saya tidak lagi hidup sendiri. Ada istri dan anak yang masih bayi yang harus saya hidupi. Saya tidak mungkin menghabiskan waktu duduk menunggu badai krisis ini berlalu. Satu-satunya pilihan untuk bertahan pada waktu itu adalah dengan keluar dan berjuang di tengah-tengah badai. Pada saat semua pintu pekerjaan tertutup, saya harus menciptakan lapangan pekerjaan untuk diri saya sendiri. Menjadi pengusaha dengan cara berwirausaha tidak pernah terlintas di benak saya sebelumnya. Tetapi saya tidak punya pilihan lain untuk bertahan pada waktu itu. Berbeda dengan sebagian besar pengusaha muda lainnya, dalam darah saya tidak mengalir darah pengusaha. Ayah saya adalah seorang karyawan perusahaan minyak, sementara Ibu seorang pendidik. Dalam lingkaran keluarga dekat, juga tidak seorang pun yang menjalani kehidupan sebagai pengusaha. Dari seorang karyawan menjadi pengusaha seperti perantauan baru bagi saya. Dunia wirausaha menjadi kanvas putih yang akan saya lukis dalam rentang usia berikutnya.

Seringkali dalam berbagai kesempatan saya mengatakan, bahwa saya menjadi seorang pengusaha adalah karena kecelakaan. Bila saya boleh jujur, alasan yang lebih pantas sebenarnya, saya menjadi pengusaha demi bisa memenuhi kebutuhan susu anak saya. Pada saat memulai usaha bersama sahabat saya sejak SMA Rosan  Perkasa Roslani, kami lebih mengandalkan insting untuk bertahan hidup ketimbang perencanaan bisnis yang komprehensif. Sesuai dengan bidang yang saya tekuni, perusahaan yang kami dirikan pada tahun 1997 itu, Recapital, awalnya bergerak dalam jasa penasihat keuangan. Kantor kami luasnya tidak lebih dari lima puluh meter persegi dengan karpet berwarna merah muda. Pernah suatu hari saya berniat meminjam uang kepada Rosan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari sebesar tiga juta rupiah, ternyata Rosan cuma punya lima puluh ribu rupiah. Untuk bertemu dan rapat dengan klien terpaksa kami menggunakan mobil Suzuki Katana pinjaman dari orang tua. Saya coba membuka kontak kembali dengan klien-klien dari luar negeri yang dulu saya dapatkan ketika bekerja di luar. Sementara di dalam negeri, pergaulan ibu saya yang luas, membuka banyak pintu bagi kami walaupun itu belum berarti kesepakatan bisnis. Semua perjuangan itu perlahan membuahkan hasil ketika kami mendapatkan klien-klien pertama kami, Ramako Group dan Jawa Pos Group.

Saya memantapkan diri untuk menjadi pengusaha. Bukan semata-mata karena Recapital mulai menunjukkan hasil tetapi karena saya mulai percaya bahwa saya pulang ke tanah air bukan sebagai orang yang gagal. Justru sebaliknya, saya pulang sebagai orang yang berhasil ditempa oleh waktu dan nasib. Pengalaman adalah modal penting dalam dunia usaha, tidak bisa didapatkan di bangku sekolah dan juga tidak bisa didapatkan dengan uang. Pengalaman berharga hanya bisa didapatkan sepanjang kita hidup dalam prinsip-prinsip yang secara utuh diterapkan dalam menghadapi berbagai keadaan. Prinsip hidup yang kuat tidak sekedar tumbuh dari sikap melainkan kebiasaan. Disiplin, loyalitas, target, prioritas serta keikhlasan, Alhamdulillah, sikap itu mengakar jadi kebiasaan hidup saya. Inilah nilai-nilai yang banyak membantu saya di masa-masa sulit. Tabungan dalam bentuk harta kekayaan suatu saat mungkin habis atau berkurang, tetapi tabungan pengalaman senantiasa akan bertambah sepanjang hayat dikandung badan.

Recapital bukanlah akhir dari perantauan saya. Perjalanan hidup mengajarkan, dunia tidak pernah memberi ruang yang cukup bagi saya untuk berhenti dan sekedar menikmati kenyamanan. Dia selalu datang menggoda lewat tantangan dan ujian. Pada tahun 1998, ketika mengunjungi mentor saya Om Willem di kantornya jalan Teluk Betung, saya bertemu dengan salah satu putra Beliau Edwin Soeryadjaya melalui kolega lama dari NTI, Andreas Tjahjadi. Dari pertemuan tidak sengaja itu, Edwin mengajak saya untuk terlibat membantu sebuah transaksi bisnis yang tengah dilakukannya. Ternyata pekerjaan itu jauh lebih sulit dari yang saya pikirkan karena di tengah krisis kepercayaan dunia terhadap Indonesia kami harus meyakinkan investor asing untuk kembali menanamkan modalnya disini. Butuh waktu enam bulan untuk menyelesaikan transaksi ini. 2 Desember 1998 adalah tanggal yang tidak mungkin saya lupakan, karena bertepatan dengan kelahiran putri kedua saya Amyra Atheefa Uno  di rumah sakit Medistra, kami berhasil melakukan transaksi. Itulah inisiasi awal untuk kemudian saya memutuskan secara penuh bergabung bersama Edwin di bawah bendera Saratoga.

Dua orang putri saya ternyata membawa jejak peruntungan sendiri-sendiri. Recapital rejeki Atheera dan kemudian Saratoga rejeki Amyra. Alhamdulillah, sekarang kebagiaan keluarga kami bertambah lengkap dengan hadirnya Sulaiman Saladdin Uno, anak ketiga saya yang baru lahir. Saya tidak mau menduga-duga, jejak seperti apa yang akan dibawa oleh Sulaiman. Saya ingin hidup tetap menjadi kado penuh misteri yang indah pada waktunya nanti. Sekarang Recapital dan Saratoga telah menjelma menjadi salah satu kekuatan swasta nasional. Bukan licin jalan beraspal yang kami lalui untuk sampai seperti sekarang ini. Tetapi belukar penuh duri dimana kata penolakan akrab di telinga. Saya tidak pernah menghapus kata gagal dari kamus hidup saya. Sebab saya percaya bahwa kegagalan adalah komplemen serasi dari kesuksesan. Recapital di awal berdirinya, seringkali gagal mendapatkan pinjaman dari Bank. Bahkan di tengah kemajuannya, beberapa kali kami juga gagal dalam transaksi penting. Saratoga di awal tahun saya bergabung malah mendapatkan ujian yang menguras emosi kami. Betapa tidak, pada tahun 1999 kami memiliki kesempatan untuk  mengelola kembali “the dream Company”, Astra Group , melalui pelelangan BPPN, tetapi kami gagal. Rendezvous Edwin dan saya yang memiliki keterikatan dengan Astra tidak pernah terjadi. Keberhasilan tidak lebih dari persekutuan positif kita dengan kegagalan.

One Way Ticket. Saya percaya bahwa kehidupan hanya menyediakan satu tiket pergi tanpa kembali. Tidak ada tempat untuk kembali, yang bisa kita lakukan hanyalah membuka lembaran baru dengan belajar dari pengalaman di masa silam. Karena hanya ada satu tiket pada setiap kita, kenapa kita harus menumpang pada mimpi orang lain. Itulah yang mendasari gagasan saya tentang kewirausahaan. Dimana kita tidak hanya membuat diri sendiri berdaya tetapi juga saling memberdayakan sesama manusia. Kita merantau atau berdiaspora untuk sepetak tanah yang dijanjikan. Luasnya hanya kurang lebih  dua meter persegi. Satu tiket yang kita miliki sekarang lah yang menentukan apakah di atas permukaan tanah itu akan tumbuh semak belukar atau sebuah nisan sederhana yang senantiasa mengundang mata. Ingatlah, bumi itu bulat, kita hanya butuh satu tiket untuk bisa mengelilinginya..

Baca selengkapnya....
Naning

Perhatikan pak ..bu..bro

Sayyidina Ali bin Abi Talib  telah berkata:

Simpan rahasiamu berdua saja:

1. Dirimu
2. Allah swt

Jagalah di dunia ini dua keredhaan:

1. Ibumu
2. Bapamu

Mohonlah bantuan ketika susah dengan dua hal:

1. Sabar
2. Solat

Jangan risau dua hal ini:

1. Rezeki
2. Ajal

Kerana keduanya berada di bawah kekuasaan Allah swt.

Dua hal yg tak perlu diingat selamanya:

1. Kebaikanmu terhadap orang lain.
2. Kesalahan orang lain terhadapmu.

Dua hal yang jangan dilupakan selamanya:

1. Allah swt
2. Alam Akhirat

Selalu dekat dengan 4 orang ini:

1. Ibumu.
2. Ayahmu.
3. Saudara lelakimu.
4. Saudara perempuanmu.

Empat orang ini janganlah kamu kasar kepada mereka:

1. Yatim
2. Miskin
3. Fakir
4. Orang Sakit

Empat hal yang memperindah dirimu :

1. Sabar
2. Tabah
3. Tinggi ilmu
4. Dermawan

Empat orang yang hendaknya kamu dekati:

1. Orang yg Ikhlas
2. Orang yg setia
3. Orang yg dermawan
4. Orang yg jujur

Empat orang yg hendaknya jangan kamu jadikan teman:

1. Tukang bohong
2. Tukang curi
3. Tukang hasut
4. Tukang adu domba

Empat orang ini jangan sampai kamu tahan kedermawananmu terhadap mereka:

1. Isterimu
2. anak2 mu
3. Keluargamu
4. Sahabatmu

Empat hal yang hendaknya kamu kurangi:

1. Makan
2. Tidur
3. Malas
4. Bicara berlebih2an/gosip

Empat hal yang jangan kamu putus :

1. Sholat.
2. Qur'an.
3. Zikir.
4. Silaturrahmi.

Baca selengkapnya....

Bu, anaknya sudah 4 tahun kok belum sekolah?

- ini jawabannya-

🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼

Jika Anak Sekolah Terlalu Dini
(Elly Risman, S. Psi)

1. Keyakinan umum...
* Otak anak usia dini seperti spons, artinya ini masa yg tepat untuk ditanamkan ilmu, agar anak tumbuh cerdas
* Semakin dini disekolahkan, otak anak semakin berkembang.

2. Sehingga...
Ada ortu yg menyekolahkan sedini mungkin, bahkan ada yg masuk prasekolah diusia 1,5-2 tahun.

3. Mari kita bercermin...
* Apakah kita begitu meyakini bahwa anak harus segera pintar agar siap menghadapi persaingan zaman?
* Apakah kita disiapkan mjd orang tua?
* Apakah memiliki bekal yang cukup dlm mengasuh?
* Bagaimana innerchild diri kita?

4. Betapa kita disiapkan untuk menjadi ahli namun tdk disiapkan jadi orangtua, shg tidak punya kesabaran & endurance utk jadi ortu.

5. Ilmu yg kita miliki untuk mengasuh pun serba tanggung.
Ilmu yg setengah-tengah, berujung pada false belief (keyakinan yg salah).
Sayangnya false belief ini dpt berubah menjadi societal false belief (keyakinan yg salah pd sekelompok orang).
Jika ortu tdk memiliki kemampuan berpikir (thinking skill) yg baik, false belief akibat ilmu yg serba tanggung itu jd pembenaran bersama atas keputusan kita yg keliru.

6. Pintar ada waktunya!
Karena yg berkembang adalah pusat perasaan, anak usia dini hrs jadi anak yg bahagia, bukan jd anak yg pintar!

7. Kita berpikir...
"Kan di sekolah belajarnya sambil bermain"
"Kan anak perlu belajar sosialisasi"
"Kan anak jd belajar berbagi & bermain bersama"
Padahal...
* Anak usia dini belum perlu belajar sosialisasi dg beragam orang
* Saat anak diusia dini, otak anak yg paling pesat berkembang adl pusat perasaannya, bukan pusat berpikirnya.

8. Di sekolah, kegiatan anak hanya bermain kok!
Taukah ayah bunda, permainan terbaik adalah tubuh ayah ibunya! Bermain dg ayah ibu jga menciptakan kelekatan. Misal: bermain peran, bermain pura-pura, muka jelek, petak umpet.

9. Di sekolah, mainan lebih lengkap.
Permainan paling kreatif adalah bermain tanpa mainan. Jangan batasi kreatifitas anak dg permainan yg siap pakai.
Contoh: karpet jadi mobil, panci jadi topi.

10. Di sekolah, anak belajar bersosialisasi & berbagi.
Anak <5 th blm saatnya belajar sosialisasi. Ia blm bisa bermain bersama. Mereka baru bisa bermain bersama-sama.
Bermain bersama-sama= bermain diwaktu & tempat yg sama namun tdk berbagi mainan yg sama (menggunakan mainan masing2)
Bermain bersama= bermain permainan yg membutuhkan berbagi mainan yg sama.

11. Di sekolah, anak belajar patuh pada aturan & mengikuti instruksi.
Aturan & instruksi perlu diterapkan setahap demi setahap. Jika di rumah ada aturan, di sekolah ada aturan, berapa banyak aturan yg harus anak ikuti? Apa yg dirasakan anak?
Analogi: Seorang anak <5 thn yg sangat berbakat dlm memasak, dimasukkan ke sekolah memasak. Di sekolah itu, dia diajari berbagai aturan memasak yg banyak, dilatih oleh beberapa instruktur sekaligus. Yg dirasakan anak: pusing!

12. Memasukkan sekolah anak terlalu dini, sama seperti menyemai benih kanker.
Kita tidak tahu kapan kanker akan muncul & dlm jenis apa.
Otaknya belum siap. Kita tidak pernah tahu kapan ia kehilangan motivasi belajar.
Semakin muda kita sekolahkan anak, semakin cepat pula ia mengalami BLAST (Bored Lonely Afraid-Angry Stress Tired).
anak yg mengalami BLAST, lebih rentan mjd pelaku & korban bullying, pornografi & kejahatan seksual.

13. Jika si adik ingin ikut kakaknya sekolah...
Sekolah itu bukan karena ikut-ikutan. Anak harus masuk masa teachable moment, krn memang ada anak yg mampu sekolah lebih cepat dr ketentuan umum yg berlaku. Ortu harus mampu mengendalikan keinginan anak. Kendali ada ditangan ortu, krn otak anak belum sempurna bersambungan.

14. Ciri anak memasuki masa teachable moment.
* Menunjukkan minat utk sekolah
* Minat tersebut bersifat menetap
* Jika kita beri kesempatan untuk bersekolah, ia menunjukkan kemampuannya.

15. Kapan sebaiknya anak masuk sekolah?
* TK A → usia 5 th
* TK B → usia 6 th
* SD → usia 7 th
Dibawah usia 5 th, anak tdk perlu bersekolah.

Kebutuhan anak 0-8 tahun adalah bermain & terbentuknya kelekatan.

Jangan kau cabut anak2 dari dunianya terlalu cepat, krn kau akan mendapatkan orang dewasa yg kekanakan.
-Prof. Neil Postman, The Disappearance Childhood-

Sumber: Yayasan Kita & Buah Hati

Baca selengkapnya....

_Sharing pengetahuan..._ https://youtu.be/b7k1dxdv10g

🔰 _*DAVID HAWKINS FORCE vs POWER*_

_Ilmuwan USA, *Professor David Hawkins,* merilis hasil risetnya yg paling mutakhir yg menggemparkan, tentang Manusia._

_Ternyata : *sel-sel kanker paling takut dgn rasa CINTA KASIH.* Penelitiannya juga temukan bahwa *banyak orang sakit karena kekurangan cinta kasih.*_

_Professor David Hawkins adalah dokter terkenal, dia telah mengobati banyak orang sakit dari berbagai belahan dunia. Begitu memeriksa seorang pasien, *dia sudah tahu mengapa orang itu sakit.* Karena di dalam tubuhnya *TIDAK DITEMUKAN* sedikitpun *cinta kasih dalam dirinya,* yg ada hanya  *penderitaan, keluhan & deraian air mata yg menyelimuti seluruh tubuhnya.*_

_Professor Hawkins mengatakan : *"Kebanyakan orang sakit* karena didalam dirinya *tidak ada hati yg penuh dgn CINTA KASIH YG TULUS & IKHLAS.* Yang ada hanya *kesedihan & deraian air mata.*_

_Getaran magnet kasih *di bawah 200 hertz* menyebabkan *seseorang mudah terserang penyakit."*_

_David Hawkins mendapati bahwa *kebanyakan orang sakit SELALU menggunakan pikiran negatif.* Jika frekuensi cinta kasih seseorang *di atas 200 hz maka dia tidak akan sakit.*_

_*Pikiran atau emosi negatif mana yg ada dibawah getaran 200 hz?*_
_Yaitu:_
• _*suka mengeluh*_
• _*suka menyalahkan orang lain*_
• _*dendam pada orang*_
_Jika pikiran itu yg menguasai pikiran seseorang berarti magnet cinta kasihnya hanya ada di *sekitar 30-40 hz saja.*_

_Proses tidak putus-putusnya menyalahkan orang lain telah menguras sebagian besar energi kehidupannya (Life force energy ), sehingga frekuensi cinta kasihnya berada *dibawah 200 hz.*_

_Orang seperti itu *SANGAT MUDAH mengidap berbagai jenis penyakit.* Frekuensi paling tinggi ada di *angka 1000* dan yg paling rendah berada di *angka 1.*_

_Beliau mengatakan di dunia ini dia telah melihat orang yg punya *frekuensi positif diatas 700 hz* maka *kekebalan tubuh & vitalitasnya sangat tinggi.*_

_Jika orang  seperti itu tampil di suatu tempat maka *ia bisa mempengaruhi frekuensi positif di daerah itu.*_

_Seorang yg *berkebajikan tinggi,* jika muncul di suatu tempat maka frekuensi di tempat itu pun menjadi *positif & sangat tinggi.*_

_Semua orang yg hadir di tempat tersebut akan merasakan *getaran cinta kasihnya yg sangat tinggi,* semua orang merasa *nyaman & sangat tergugah di dekatnya.*_

_Pada saat orang yg memiliki *getaran aura positif* tampil di suatu tempat, maka dia akan menggerakkan semua orang, & seluruh makhluk hidup yg ada di tempat itu *menjadi tenteram, nyaman, &  damai.*_

_Namun saat orang  memiliki *pikiran negatif* muncul di suatu tempat, bukan saja akan mencelakai dirinya sendiri tetapi juga bisa menyebabkan *AURA POSITIF* ditempat tersebut *memburuk & berubah menjadi negatif pula.*_

_Professor Hawkins telah melakukan berpuluh kali riset kasus & penelitian pada orang yg berbeda namun jawabannya serupa, yaitu :_
_Asal getaran frekuensinya berada *dibawah  200 hz* maka orang itu pasti *sakit.* Tapi jika berada *di atas 200 hz* maka orang itu *sehat.*_

_Mereka yg di dalam dirinya dipenuhi dengan *hati yg welas asih, cinta kasih, suka beramal, gemar sedekah, mudah memaafkan, lemah lembut, santun,* terbukti frekuensi magnetiknya berada pada *kisaran 400-500 hz.!*_

_Sebaliknya, mereka yg suka membenci, emosional, menyalahkan orang lain, marah, dendam, iri hati, menuntut orang lain, egois dalam semua hal, hanya memikirkan kepentingan pribadi, tidak pernah memikirkan perasaan orang lain; orang seperti itu punya frekuensi magnetik yg paling rendah._

_Hal inilah yg jadi penyebab awal timbulnya penyakit kanker, sakit jantung & penyakit kronis lainnya._

_Professor Hawkins memberitahukan kepada kita dari sudut pandang medis bahwa *pikiran itu sangat luar biasa pengaruhnya terhadap kesehatan & penyakit  seseorang.*_

_*Marilah kita perpikiran positif dan Jauhkan..... Sejauh jauhnya fikiran negatif*_

Sahabat creAtivE berfikir positif. Jum'at berkah. 24 agustus 2 ribu 8 belas

.

Baca selengkapnya....
Naning

Istrukuuuu...

Mewekkk 😭 tisu mn tisu

Rumah masih ramai setelah pulang dari pemakaman, kepalaku masih pusing karna tak bisa menahan tangis melihat jasad terakhir istriku dimasukkan ke liang lahat. Aku makin tak bisa menahan airmata saat melihat anak-anak menangis memandangi orang-orang yg menimbun tubuh ibu mereka. Lama aku diam di pemakaman, mengingat kembali saat istriku masih ada. Aku ingat semua dosaku, kesalahanku, mulut kasarku, ketidakpedulianku, bahkan yg paling aku ingat membiarkan dia berpikir sendiri tentang keuangan keluarga.

Aku pikir saat dipemakaman adalah momen tersedih yg aku alami sepanjang hidupku, ternyata itu belum apa-apa. Banyak kepiluan-kepiluan lain yg membuatku serasa hancur. Mulai saat malam setelah rumah ini kosong dari pelayat, anak-anak seperti tidak mau tidur tanpa ibunya. Mereka masih menangis sesengukan. Aku hanya bisa memeluk mereka tanpa bisa menyembunyikan kesedihan diwajahku.
Putriku yg berusia 5 tahun beberapa kali berlari kekamar sambil memanggil ibunya. Sepertinya dia lupa bahwa ibunya telah tiada. Kemudian ia keluar lagi dg wajah kecewa.
Malam berlalu tanpa aku bisa melelapkan mata sedetikpun. Aku memandangi anak-anak yg tidur dg gelisah. Sebentar-sebentar terbangun dan putra pertama kami yg berusia 9 tahun ternyata menangis sambil melekatkan wajahnya dibantal. Adiknya laki-laki berusia 7 tahun udah tertidur, namun sesekali ngigau memanggil ibunya. Sungguh aku tak tenang malam itu. Rasanya rumah ini hampa.
Beberapa hari masih dengan suasana yg sama, masih ada kerabat yg membantu masak dan menyapu rumah hingga hari ketiga. Masih banyak tetangga yg memeluk dan menguatkan anak-anak.
Hingga tibalah hari yg membuat aku amat sedih. Yaitu hari ketika mereka mulai masuk sekolah. Pagi itu mereka semua sudah bangun, aku kebingungan, anak-anakku juga seperti bingung mau berbuat apa. Biasanya pagi kami selalu dibangunkan, disuruh mandi dan sholat, disiapkan pakaian, dibuatkan sarapan dan kami berangkat dalam keadaan rapi dan perut yg sudah kenyang. Hari ini semua kami hanya diam. Aku menyuruh anak-anak melihat makanan dikulkas tapi yg ada hanya bahan mentah. Rumah yg biasanya rapi nampak berantakan. Aku pergi membeli sarapan untuk kami berempat. Saat membayar aku kaget uang 50rb tanpa kembalian. Padahal selama ini aku memberi uang 50rb kepada istriku cukup untuk makan kami sampai malam. Kadang-kadang aku marah-marah kalau dia minta tambahan. Aku bawa sarapan pulang dan anak-anak sudah menunggu dimeja makan. Sudah jam 7.30 biasanya mereka sudah diantar kesekolah semuanya diantar istriku berbarengan, sementara aku baru pulang beli sarapan. Dalam hati kalau terlambat semoga dimaklumi karna habis kemalangan. Saat mau makan aku tidak tau dimana piring dan sendok, mengambilkan air dan dimana letak gelas. Saking aku yg selalu dilayani semua oleh istri. Aku makin merasa kacau saat jam sudah menuju jam 8 dan anak2 belum terantar semua. Aku benar-benar kehilangan seorang dewa dalam rumah kami. Inikah yg selama ini dilakukan istriku? Mengapa aku selalu menganggap dia tak ada kerjaan. Selalu menganggap sepele pekerjaan seorang ibu. Aku masih linglung ditempat kerja. Masih banyak teman2 yg menghampiri mengucapkan belasungkawa. Hingga aku ditelpon oleh walikelas anak ku yg masih TK katanya anak2 udah pulang tapi belum ada yg jemput, aku minta ijin pergi menjemput anak dan jam 12 anakku yg no 2 juga menelpon minta dijemput karna udah pulang. Selama ini aku tak tau satupun jadwal mereka. Aku hanya bekerja dan tak peduli dengan itu semua. Anakku yg besar pulang jam 2 artinya aku tak bisa kembali ketempat kerja. Sampai disekolah anakku, aku masih melihat didepan sekolah masih ada bekas darah saat istriku kecelakaan 3 hari lalu, kecelakaan yg serta merta merenggut nyawanya saat menjemput anak sulungku. :'(

Sampai dirumah anak-anak nampak kelaparan, biasanya dibekali makan dan yg TK katanya biasanya dijemput dan lansung makan dirumah. Baru kembali jemput abangnya setelah makan. Ternyata aku tak tau manajemen waktu sehebat almarhumah istriku. Aku harus kewarung makan lagi untuk pergi membeli makan siang. Begitupun nantinya makan malam. Sehingga tidak kurang dari 200rb sampai malam. Aku berpikir ini baru 1 hari, bagaimana kalau 1 bulan. Gajiku tidak akan cukup untuk kami berempat.
Malam ini anak-anak juga mengingatkanku tadi mereka tidak ada yg ngaji karna tidak ada yg mengantarkan ketempat ngaji mereka. :'(

Ya Allah
Indah sekali caramu menegurku,
Begitu kacaunya hidupku tanpa istriku, keuangan makin amburadul, anak-anak tak terurus, makanan favoritku tidak ada lagi. Rumah dan tanaman seperti hilang aura karna tak ada yg merawat dan membersihkan. Aku masih sempat merasa wanita diluaran lebih cantik dari istriku. Andai aku bisa menebus apapun yg telah aku lakukan kepada istriku selama ini aku ingin memperbaikinya. Aku ingin membantunya, menyayanginya sepenuh hati dan tak akan pernah berkata kasar kepadanya. Dia begitu lelah setiap hari, tapi sepulang kerja aku masih sering membentaknya. Saat dia minta tambahan belanja aku berkata kasar kepadanya. Dia saat aku jadikan istri rela berpisah dengan anggota keluarga besarnya, hidup susah payah dan sederhana denganku.
Maafkan aku istriku, andai aku bisa menebus semua kesalahanku, satu hari saja tanpamu kami seperti anak ayam kehilangan induknya. Berserakan.
Saat sholat aku kembali menangis sejadi-jadinya
Andai bisa kutebus, aku ingin menebus meski dengan nyawaku. Aku mau dia yg hidup menjaga anak-anak dan biarlah aku yg menghadap-Mu. Ini sangat berat bagiku apalagi bagi anak-anakku. Demikian do'a tengah malamku.
Aku tak tega melihat pakaian anak-anak yg kusut tak terurus, makan yg tak ada yg masak dan aku tak tega melihat mereka kekurangan kasih sayang.
Jujur selama ini aku tak dekat dengan anak-anak. Mereka selalu sama ibunya. Aku hanyalah kerja, pulang, tidur dan kerja lagi. Aku tak tau apa-apa tentang urusan anak dan rumah.

Istriku, aku berdoa semoga lelah mu jadi ibadah, semoga semua yg kau lakukan untuk kami membawamu ke syurga, semoga engkau bahagia di alammu. Kali ini aku benar-benar menangis tersedu-sedu sambil membayangkan wajahmu. Kau tak pernah mengeluh dengan pekerjaanmu, kau tak pernah meminta sesuatu yg aku tak sanggup membelinya. Kau jalani semua dg sabar dan aku merasa belakangan jarang memperhatikanmu. Jarang bertanya bagaimana anak-anak kita, jarang bertanya bagaimana hari-harimu.
Engkau ibu yg luar biasa bagi anak-anak kita. Semuanya terlihat saat engkau tlah tiada kemurungan selalu menyelimuti wajah mereka. Mereka sering menangis, mereka sering salah memanggilmu sepulang sekolah. Mereka sering berlari kekamar kita seolah-olah engkau masih ada.

Kekasih hatiku
Mengapa aku jatuh cinta padamu justru setelah engkau tiada. Tidak akan ada yg menggantikan dirimu dihatiku. Mengapa rasa cinta ku padamu menggebu-gebu saat dirimu sudah berada dipusara.

Maafkan aku istriku.
Aku terlambat jatuh cinta padamu

:'(

*Copas dr tmn..utk renungan..

Baca selengkapnya....
Naning

Catatan u ayah dan ibu

Bu, anaknya sudah 4 tahun kok belum sekolah?

- ini jawabannya-

🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼

Jika Anak Sekolah Terlalu Dini
(Elly Risman, S. Psi)

1. Keyakinan umum...
* Otak anak usia dini seperti spons, artinya ini masa yg tepat untuk ditanamkan ilmu, agar anak tumbuh cerdas
* Semakin dini disekolahkan, otak anak semakin berkembang.

2. Sehingga...
Ada ortu yg menyekolahkan sedini mungkin, bahkan ada yg masuk prasekolah diusia 1,5-2 tahun.

3. Mari kita bercermin...
* Apakah kita begitu meyakini bahwa anak harus segera pintar agar siap menghadapi persaingan zaman?
* Apakah kita disiapkan mjd orang tua?
* Apakah memiliki bekal yang cukup dlm mengasuh?
* Bagaimana innerchild diri kita?

4. Betapa kita disiapkan untuk menjadi ahli namun tdk disiapkan jadi orangtua, shg tidak punya kesabaran & endurance utk jadi ortu.

5. Ilmu yg kita miliki untuk mengasuh pun serba tanggung.
Ilmu yg setengah-tengah, berujung pada false belief (keyakinan yg salah).
Sayangnya false belief ini dpt berubah menjadi societal false belief (keyakinan yg salah pd sekelompok orang).
Jika ortu tdk memiliki kemampuan berpikir (thinking skill) yg baik, false belief akibat ilmu yg serba tanggung itu jd pembenaran bersama atas keputusan kita yg keliru.

6. Pintar ada waktunya!
Karena yg berkembang adalah pusat perasaan, anak usia dini hrs jadi anak yg bahagia, bukan jd anak yg pintar!

7. Kita berpikir...
"Kan di sekolah belajarnya sambil bermain"
"Kan anak perlu belajar sosialisasi"
"Kan anak jd belajar berbagi & bermain bersama"
Padahal...
* Anak usia dini belum perlu belajar sosialisasi dg beragam orang
* Saat anak diusia dini, otak anak yg paling pesat berkembang adl pusat perasaannya, bukan pusat berpikirnya.

8. Di sekolah, kegiatan anak hanya bermain kok!
Taukah ayah bunda, permainan terbaik adalah tubuh ayah ibunya! Bermain dg ayah ibu jga menciptakan kelekatan. Misal: bermain peran, bermain pura-pura, muka jelek, petak umpet.

9. Di sekolah, mainan lebih lengkap.
Permainan paling kreatif adalah bermain tanpa mainan. Jangan batasi kreatifitas anak dg permainan yg siap pakai.
Contoh: karpet jadi mobil, panci jadi topi.

10. Di sekolah, anak belajar bersosialisasi & berbagi.
Anak <5 th blm saatnya belajar sosialisasi. Ia blm bisa bermain bersama. Mereka baru bisa bermain bersama-sama.
Bermain bersama-sama= bermain diwaktu & tempat yg sama namun tdk berbagi mainan yg sama (menggunakan mainan masing2)
Bermain bersama= bermain permainan yg membutuhkan berbagi mainan yg sama.

11. Di sekolah, anak belajar patuh pada aturan & mengikuti instruksi.
Aturan & instruksi perlu diterapkan setahap demi setahap. Jika di rumah ada aturan, di sekolah ada aturan, berapa banyak aturan yg harus anak ikuti? Apa yg dirasakan anak?
Analogi: Seorang anak <5 thn yg sangat berbakat dlm memasak, dimasukkan ke sekolah memasak. Di sekolah itu, dia diajari berbagai aturan memasak yg banyak, dilatih oleh beberapa instruktur sekaligus. Yg dirasakan anak: pusing!

12. Memasukkan sekolah anak terlalu dini, sama seperti menyemai benih kanker.
Kita tidak tahu kapan kanker akan muncul & dlm jenis apa.
Otaknya belum siap. Kita tidak pernah tahu kapan ia kehilangan motivasi belajar.
Semakin muda kita sekolahkan anak, semakin cepat pula ia mengalami BLAST (Bored Lonely Afraid-Angry Stress Tired).
anak yg mengalami BLAST, lebih rentan mjd pelaku & korban bullying, pornografi & kejahatan seksual.

13. Jika si adik ingin ikut kakaknya sekolah...
Sekolah itu bukan karena ikut-ikutan. Anak harus masuk masa teachable moment, krn memang ada anak yg mampu sekolah lebih cepat dr ketentuan umum yg berlaku. Ortu harus mampu mengendalikan keinginan anak. Kendali ada ditangan ortu, krn otak anak belum sempurna bersambungan.

14. Ciri anak memasuki masa teachable moment.
* Menunjukkan minat utk sekolah
* Minat tersebut bersifat menetap
* Jika kita beri kesempatan untuk bersekolah, ia menunjukkan kemampuannya.

15. Kapan sebaiknya anak masuk sekolah?
* TK A → usia 5 th
* TK B → usia 6 th
* SD → usia 7 th
Dibawah usia 5 th, anak tdk perlu bersekolah.

Kebutuhan anak 0-8 tahun adalah bermain & terbentuknya kelekatan.

Jangan kau cabut anak2 dari dunianya terlalu cepat, krn kau akan mendapatkan orang dewasa yg kekanakan.
-Prof. Neil Postman, The Disappearance Childhood-

Sumber: Yayasan Kita & Buah Hati

Baca selengkapnya....
Naning

Agar anak sesuai fitrahnya

🍃🌻 *Bagaimana agar anak anak kita terhindar dari sifat HOMO dan LESBI*
.
Didiklah anak sesuai fitrah seksualitas, artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan.

Jika ia laki-laki maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki-laki.

Pertanyaan berikutnya yg muncul, bagaimana teknis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?
Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya.

1. Usia 0 - 2 tahun

Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya.

Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.
Menyusui, bukan memberi asi. Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp. (hp adalah godaan terberat bagi umahat)
Maka sambil murojaah hafalan.. Adalah cara yg baik dlm menyusui..

2. Usia 3 - 6 tahun

Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.

Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya. Perbanyak aktivitas bersama. Ajari adab sopan santun dan contoh yg baik dlm tahap ini.
Pakaikan baju sesuai gendernya.. Walaupun mereka belum paham tp tabiat ini akan mulai tertanam... Disini bila sudah masuk paud maupun TK harus dipahami oleh gurunya tentang urgennya adab bicara dan sopan santun serta pembiasaan baju dan mainan sesuai gendernya.

3. Usia 7 - 10 Tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya. Dengan memisah tempat tidur dg anak lawan jenis. Awasi Teman main agar sesuai gendernya dan tentu yg punya adab baik. Perhatikan Jenis permainannya  yg sesui gendernya. Dan tentu pakain serta perlengkapannya agar tdk ada usur menyalahi fitrah yg bukan aslinya.

Anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya.
Ajak anak beraktifitas yang menonjolkan sisi ke-maskulin-annya. Nyuci motor, akrab dg alat-alat pertukangan, dsb.

Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya.
Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya. Stop katering dan banyak utak atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih-bersih rumah, menjahit dsb.

4. Usia 11 - 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.
Lintas gender.

Jika anak laki-laki maka dekatkan pada bundanya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.

Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain.

Jika tdk dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata.

Saat ada laki-laki yang memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau karena ada ayahnya yg lebih sering memujinya.
Kalau ada laki-laki yang memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yg lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.

Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak laki-laki harus dekat dengan bundanya.

Efek yang sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.

Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?
Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan.
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yg bisa menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, atau paman.

Sama dengan Rasulullah. Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi Rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.

Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana?
Sudah tuntas. Karena jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh.

Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi.
Ia telah menjelma menjadi orang lain yg sepadan dengan kita. Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karna kita hanya punya waktu 14 tahun saja.

Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman-teman.
Moga Allah mampukan dan bisa mempertanggung jawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan.

Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga. Apapun keadaannya, jangan lupa bersyukur kpd Allah ta'ala

📝 Jum'at, 13 Juli 2018 / 29 Syawwal 1439

Dishare oleh : Ustadz Abu Riyadl _hafizhahullah_
➖➖➖

Baca selengkapnya....

" Apa tugas ibu di rumah ? ".
Apa tugas ibu di rumah ? Setelah memasukkan anak anaknya ke pesantren ? Siang malam anak diurus orang lain , dikasih makan orang lain , di ajarin orang lain bahkan tidur pun sama orang lain ..

Ibu hanya ketemu sebulan sekali , bahkan kadang lebih , kayak saya gini yang anak saya ada di pesantren nun jauh di sana , ratusan kilometers jaraknya . Naik pesawatpun pinggang ngerentek  saking jauhnya .

Tapi demi masa depan anak yang kita harapkan lebih baik , kita rela memisahkan rasa dengan realita .

Apa yang ibu harus lalukan ? Selama ini anak di depan mata . Dalam genggaman kita , tapi sekarang , untuk ngatur menu makanannya pun kita tak berdaya ...

Apalagi kayak saya yang punya sekolahan , kalau anak saya lagi sekolah di sekolahan saya ; saya bisa ngatur sampai sedalam dalamnya , bahkan ada orgtua yang rela jadi pengurus kelas untuk  bantu ngatur anak anaknya walau tak begitu maksimal sebab segalanya sudah diatur sekolah , diambil alih sekolah .

Risau ? Tentu saja ada . Soal guru yang mungkin pilih kasih , soal teman yang mungkin  pilih pilih , soal kakak kelas yang mungkin membully , soal makanan yang gak bisa milih milih , soal tempat tidur yang mungkin kurang bersih , soal pelajaran yang mungkin tak di mengerti . Juga adaptasi awalan yang terkadang mengalami disorientasi .

# apa tugas ibu ? Ketika anak anak diambil oleh sekolah ?
1) Sholat n berdo'a di waktu malam ..
~ Yaa Alloh , Yaa Rahmaan .. Engkaulah  sebaik baik penjaga . Tolong jaga anak kami dalam pengawasan Mu yang tidak pernah alpha . Ingatkan  dia bila dia salah , tegurlah dia dengan caraMu .
2) Shaum ; agar hati menjadi bersih dan emosi lebih tertata sehingga siap mendengar berita apapun mengenai dia .
3) Tilawah ; agar hati menjadi tenang ~ agar ada ikatan hati antara apa yang kita baca dengan yang di baca / di hafal anak anak sama ..
4) Berinfaq ; Berwasilah dengannya agar -dimudahkan jalannya dalam mencari ilmu . Dipermudah urusannya ketika anak anak tidak bersama dengan kita .

Kita tidak tahu , dia sedang apa sa'at ini . Apa yang dirasa detik ini . Apa yang ada dalam pikirannya saat ini . Kita berdo'a agar ~ semua baik baik saja . Di tangan org baik , situasi yang baik dan lingkungan yang baik ..
~ Hanya Allah tempat kita meminta .Khusus untuk dia .
# Allah Maha Kuasa.
# Allah Maha Pemberi Hidayah .
~ Tugas ibu , ketika anak jauh dari pandangan ~ banyak munajat di atas sajadah panjang karena dengan mengingat Allah ,  hati menjadi tenang ..

{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).

By; Fifi . P Jubilea ( Jisc n Jibbs ' s Owner)

Baca selengkapnya....
Naning

Jadikan anak kita kader muslim..pembaharu

Dulu di mesir, ada satu perwira militer sholeh yang sangat disegani, namanya Kolonel Mistafa Hafidz.

Cerdas, tegas, kharisma nya sangat tinggi, sangat berwibawa.

Dia diprediksi menjadi Presiden mesir mendatang, karena kepribadiannya sangat menonjol.

Rezim mesir saat itu sangat ketakutan padanya, selain berwibawa dan berkharisma tinggi.

Musthafa Hafidz juga sangat dicintai pasukannya, kira kira hampir sama dengan Kharisma seorang Jenderal Erwin Rommel dalam tubuh Nazi Jerman.

Ketika namanya mulai membesar, rezim mesir gak tahan dalam paranoidnya, konsultasi dengan Mossad israel dilakukan, 3 tahun setelahnya Sang Kolonel sholeh tersebut dihabisi Oleh agen Mossad bekerjasama dengan militer mesir.

Sepucuk surat yang dikirimkan kepadanya meledak saat dia membacanya, surat bom itu adalah cara mossad menghabisinya.

Berselang 2 tahun kemudian, seorang ahli nuklir mesir Musthafa Musyarrafah juga dibunuh diluar negeri, pelakunya sama, Mossad.

Berselang 1 tahun kemudian, seorang muslimah ahli atom mesir juga dihabisi di inggris dengan cara ditabrak mobil, agar terlihat seolah olah murni kecelakaan, muslimah hebat itu bernama Samirah Mousa.

Kenapa mereka dihabisi? Karena seorang kader islam yang hebat, itu lebih menakutkan bagi yahudi dan kawan kawannya.

Karena seorang kader islam yang hebat, itu harganya lebih mahal daripada harga kantor pusat sebuah partai, atau dari harga semua aset properti sebuah organisasi dll.

Karena seorang kader hebat itu mencetaknya tidaklah mudah, seorang kader islam yang hebat, bisa jadi lebih mahal dari sebuah negara, uang bukan masalah bagi musuh islam, tapi kader islam yang hebat, benar benar masalah buat mereka.

Itulah mengapa Erdogan hari ini di turki mengkader anaknya sendiri Bilal Erdogan, seorang doktor ahli politik lulusan Harvard University.

Itulah mengapa, kemanapun Erdogan pergi, dia selalu ditemani oleh menantu nya sendiri Barak Al bayrak, bahkan saat malam kudeta yang hampir merenggut nyawa Erdogan, Menantunya adalah perisai bagi erdogan.

Erdogan ingin menantu nya langsung dapat ilmu lapangan yang mahal agar suatu saat bisa membangun turki, Erdogan tau, dia gak hidup selamanya, basis erdogan adalah sumber daya manusia.

Itulah mengapa, Erdogan saat ini terus mempersiapkan penggantinya, mulai dari Bekir Bozdag, Sulayman Soylu, sampai anak muda hebat Osman sang orator hebat pemuda AKP.

Itulah mengapa, Imam Syahid Hasan Al banna menyebut kader IM yang hebat sebagai Rasyidul Harokah, orang yang akan menjadi penerus yang meluruskan jalan kedepan.

Itulah mengapa, ulama Dunia Syeikh Yusuf al qardhawi juga mempersiapkan penerusnya, mulai dari ulama muda mesir, ulama ulama muda qatar sampai sekretatis pribadinya Syeikh Ishom Tholimah.

Harga kader islam itu gak bisa dikonversi kedalam rupiah maupun dolar, harga kader islam yang hebat itu sungguh sangat mahal, tidak menghargai kader kader islam sama dengan merobohkan kekuatan islam itu sendiri dalam jangka panjang.

Kader islam itu akan hidup lebih lama daripada masa dan usia para pimpinannya, dan yang jauh lebih awet adalah narasi narasi besar kader islam yang sangat dibutuhkan dunia untuk menuju kejayaan.

Mengkerdilkan kader islam sama dengan memotong urat nadi islam itu secara perlahan, sadar ataupun tidak, paham ataupun tidak, maka jagalah kader islam kita dari semua makar musuh, baik dari dalam islam itu sendiri terlebih dari luar para mafia intelijen dan para operator politik yang jahat.

Tengku Zulkifli Usman

Baca selengkapnya....

Bagus utk dibaca ..
Utk para Orang tua yg putra & putrinya di Pondok Pesantren, dimanapun.

*Untuk para ustadz dan ustadzah, musyrif dan musyrifah....
::: Sekeping Catatan Hati..para wali santri*

Anak-anak kami,
Adalah bagian dari jiwa kami..

Melepas mereka tak ubahnya seperti mencabut hati kami sendiri.

Andai bisa, tentu kami ingin mereka selalu dalam jangkauan mata.
Namun kami sadari, tangan kami saja tak cukup kuat membimbing mereka..

Kami mencintai mereka,
Tapi, cinta kami seringkali buta,
Tak sanggup melihat aib dan kurang mereka..

Kami menyayangi mereka,
Tapi kasih sayang kami terkadang tak cukup menyelamatkan mereka dari api Neraka..

Menyadari ketidakberdayaan kami,
Dengan sepenuh kesadaran, kami lepaskan anak-anak kami jauh dari rumah, tempat mereka dibesarkan..

Ada sesak yang kami tahan di dada,
Ada air mata yang diam-diam kami tumpahkan,
(Ketika) melepas kepergian mereka..

Hanya harapan yang sanggup membuat kami berpura-pura tersenyum,
Harapan kiranya perpisahan ini menjadi jalan yang akan mengantar mereka menuju ketakwaan..

Anak-anak kami,
Datang ke #Pondok ini dengan segenap kekurangan mereka..

Maafkan, jika mereka kurang santun dlm berperilaku,
Kurang sopan dlm bertutur kata,
Kurang sungguh-sungguh dalam belajar,
Kurang taat pada peraturan,
Dan sederet kekurangan lainnya..

Anak-anak kami,
Bukan sepotong kain yang kami kirim untuk dijahit menjadi baju dalam hitungan hari,
Bukan adonan tepung yang hanya butuh beberapa jam untuk mengolahnya menjadi roti..

Tapi, jiwa-jiwa yang punya ego dan perasaan,
Yang perlu proses panjang untuk membentuk akhlak dan kepribadian mereka..

Mungkin, sesekali mereka akan membangkang,
Dan dengan keterbatasn ilmunya, justru menjerumuskan diri ke dalam dosa..

Saat itulah, kami harapkan teguran penuh kelembutan dari ustadz untuk anak-anak kami..

Atau, peringatan tegas, bahkan sedikit "kekerasan" dalam batas syariat sebagai pendidikan..

Betapapun kami menyayangi anak-anak kami,
Betapapun kami ingin mereka hidup nyaman tanpa beban,
Kami masih tega melihat mereka menanggung "kesusahan" hidup sebagai santri,
Demi mendidik mereka menjadi pribadi bertakwa..

Kami rela mereka menanggung beban dunia,
Tapi kami tak sanggup melihat anak-anak kami terjerumus dalam dosa dan tersiksa dalam panasnya Neraka..

Karenanya,
Dengan segala kerendahan,
Kami (meng-) harapkan bantuan ustadz  dalam membimbing mereka..

Anak-anak kami,
Pergi jauh meninggalkan orangtua dan sanak saudara,
Kami harap di Pondok mereka menemukan gantinya..

Rengkuh mereka sebagai anak,
Atau adik yang layak disayangi setulus hati..

Jangan pandang mereka dengan ketidaksempurnaan mereka saat ini,
Tapi lihatlah mereka belasan atau puluhan tahun mendatang..

Anak-anak kami,
Dengan segala kekurangannya adalah aset muslimin,
Calon penerus perjuangan masa depan..

Kami tak mengharap kesempurnaan ustadz  dalam memahami anak-anak kami,
Sebab kami sendiri, yang mengenal mereka sejak masih dalam kandungan-pun, seringkali gagal mengenali karakter mereka..

Hanya kesabaran dan kesungguhan dalam usaha,
Yang kami yakin tak semudah membalik telapak tangan..

Meski sebenarnya kami merasa malu,
Sebab kami tak dapat menawarkan apapun sebagai imbalan..

Hanya secuil doa,
Kiranya setiap tetes keringat akan meluruhkan dosa-dosa..

Kiranya setiap jengkal langkah dan jerih payah meninggikan derajat Antum di taman-taman Surga..

Dan kiranya setiap sesak yang menghimpit karena ulah anak-anak kami melapangkan jalan Antum menuju ridha-Nya..

Kami, dengan sepenuh usaha akan belajar ikhlas melepas anak-anak kami..
Akan kami iringi kesabaran ustadz  dengan ketabahan..
Akan kami imbangi kegigihan Antum dengan doa dalam sujud-sujud panjang..
Akan kami teladani keikhlasan dan kesungguhan Antum, sebab kami sadar, kami-lah yang pertama bertanggung jawab terhadap pendidikn anak-anak kami...

Bismillah, insya Allah..

Copas

Baca selengkapnya....

ALHAMDULILLAH NYANTRI..

alhamdulillah..anakku jadi santri..

ketika kita tidak bisa bangun malam..sekarang anakku sudah dibangunkan jam 3 dinihari..

ketika kita kadang tidak bisa mengajak dia ke masjid untuk subuhan...sekarang anakku sudah menunggu adzan subuh dimasjid lebih awal...

ketika kita sulit menyuruh dia untuk mandi pagi...sekarang anakku dengan cekatan ikut antri untuk mandi..

ketika kita harus ikut menyiapkan keperluan dia untuk pergi kesekolah..sekarang anakku bisa menyiapkannya sendiri..

ketika kita harus sedikit memaksa dia untuk sarapan..sekarang anakku dengan senang hati membawa piring untuk antri mengambil makannya..

ketika kita tergesa gesa mengantarkan dia kesekolah..sekarang anakku dengan riang melangkah kesekolah..

ketika kita khawatir pergaulan dia disekolah..sekarang anakku bergaul dengan teman teman yang baik..

ketika kita cemas tentang pendidikan agamanya..sekarang anakku belajar dengan tekun ilmu agama..

ketika kita tidak bisa memberi contoh untuk sholat ke masjid...sekarang anakku berjamaah dimasjid setiap waktu sholat tiba..

ketika kita tidak sempat menyimak bacaan ngajinya...sekarang anakku dengan senang hati mengaji setiap saat setiap waktu..

ketika kita bersedih berpisah dengan dia..sekarang anakku gembira bersama teman teman barunya..

ketika kita tidak pernah mengajarkan dia mencuci baju..sekarang anakku bisa mencuci bajunya sendiri..

ketika kita sulit menyuruhnya tidur malam..sekarang anakku tidur dengan lelap sesuai jadwalnya..

ketika kita gemas dengan barang dia yang rusak atau hilang...sekarang anakku mulai belajar
tanggung jawab menjaga barangnya sendiri..

ketika kita merasa banyak kekurangan dipondok dia...sekarang anakku sedang didik oleh guru guru yang penuh keikhlasan..

ketika kita sering protes sana sini dengan kondisi pondok dia..sekarang anakku sedang diberikan kasih sayang 24 jam non stop..

ketika kita sempat bingung memilih sekolah terbaik...sekarang anakku tersenyum bangga belajar dipondok..

ketika kita berfikir ingin memindahnya ke sekolah lain...sekarang anakku sudah kerasan dengan pondok tercintanya..

#anaskamaludin

Baca selengkapnya....
Naning

Felix dan papi

Amal Yang Tertukar

Ini orang yang dulu pernah saya benci, tak terhitung berapa kali amarahnya mendarat di badan saya, membekas di hati saya. Waktu-waktu bersamanya adalah siksaan, dia ayah saya

Tapi itu dulu, setelah saya dewasa dia banyak berubah, dan setelah saya masuk Islam, saya diajari cinta, termasuk pada orangtua, maka saya mencintainya sepenuh hati

Bahkan darinya saya belajar banyak berfikir kritis, yang jadi jembatan bagi saya mengenal Islam, beroleh hidayah. Maka sekarang saya terus mendoakannya juga beroleh hidayah

Bagaimana tidak, kediaman dan kendaraan saya diberi olehnya dan umrah saya dan istri kali pertama ditanggungnya, tak terhitung support Papi dalam dakwah saya

Pernah dia bilang, "Lix, bensin biar Papi yang tanggung, jangan pernah minta uang sama orang dari dakwahmu". Ratusan juta uangnya untuk @ummualila bangun @hijabalila 

Papi belum Muslim, tapi keberpihakannya pada Islam sudah ada, Papi simpatik pada mereka yang taat. Kemarin saja baru fasilitasi 50 orang lebih Umrah plus Istanbul bareng saya

Sebagai direktur di perusahaan pestisida, Papi aktif sediakan panggung untuk kajian, minta saya yang memberi kajian pada para petani, sampai ke pelosok desa

Papi juga selalu update dengan dakwah saya, kemungkinan besar tulisan ini juga dia baca. Tiap saya ke Jatim atau Jateng, selalu ditanya "Lix, ada persekusi lagi nggak?", begitu

Dia banyak makan asam garam hidup. Saya sebenarnya malu menceritakan siapa yang suka bubarkan kajian saya dan apa sebabnya, tapi dia tidak perlu, dia sudah tahu

Papi sudah tahu anaknya sangat ingin syariat Islam tegak, dan dia tak ada masalah. Suatu kesempatan, malah dia kepergok sedang jelaskan koleganya tentang Khilafah

Katanya, "Jadi Khilafah itu kayak kita orang Kristen, kesatuan spiritual, tapi Khilafah ini juga kesatuan politik, ummat Islam kan satu", saya juga heran, yang Muslim saja mungkin tak paham

Satu saat, saat sedang belanja bersama, Mami saya protes, "Lix, udahlah, jangan terlalu ekstrim, Mami sudah tua, nanti kalau kamu ketangkep polisi gimana?", katanya

Saya jawab, "Polisi baik-baik orangnya mi, kecuali beberapa aja yang sering muncul hehehe.. Felix nggak salah apa-apa, kenapa ditangkep?" Saya balas dengan elegan

Selepas itu saya dan Mami berdebat, Papi menengahi. "Lix, Papi sudah belajar ikhlas kalau harus kehilangan kamu, kamu mungkin benar tapi jalanmu bahaya", tegasnya

Papi lanjut, "Abdul Somad kalau ada apa-apa, orang Melayu maju, Habib punya FPI, kamu kalau ada apa-apa, siapa yang bela, orang kita lari duluan". Saya tertawa, benar juga

Afterall, saya hanya ingin beritahu. Ada yang belum Muslim seperti Papi, tapi fasilitasi dakwah, senang melihat orang taat, bangga punya anak yang berdakwah

Dia pernah punya pandangan negatif tentang dakwah, tapi dia mau tanya, dia mau diskusi, toleransi sama pandangan yang tidak sesuai dengan dia, kasih sayang meski beda agama

Tapi

Ada yang Muslim, kerjanya membubarkan kajian, tebar fitnah sana dan sini akan dakwah, tak suka menerap syariat, tak suka Al-Qur'an ketika jadi pedoman, model begini banyak

Teriak toleransi pada yang kafir, intoleran pada sesama Muslim, merasa Islamnya paling hebat sedunia, paling asli, lebih hebat dari Islam Arab yang katanya penjajah

Sementara mereka bersalam mesra, riang gembira bersama Israel, penjajah paling biadab di muka bumi, mempermalukan diri dan negeri, katanya ini rahma dan damai

Papi tak perlu dalil "Musa menemui Fir'aun" untuk tahu Israel itu biadab. Papi tak perlu merasa paling NKRI dan Pancasila untuk adakan kajian bukan membubarkannya

Bukankah ini amal yang tertukar?

Sengaja saya upload fotonya Papi, saya mohon keikhlasan doa teman-teman sekalian, agar Papi dibukakan jalan hidayah. Saya yakin teman-teman sekalian doanya diterima Allah

Baca selengkapnya....
Naning

Lukmanul Hakim best parents

[06/06, 11:45] Naning Zuliarti: / Lima Nasihat Penting Lukman Hakim Dalam Mendidik Anak /

Oleh: Deasy Rosnawaty (Muslimah Cinta Islam Lampung)

Lukmanul hakim adalah Lukman ibnu ‘Anqa’ ibnu Sadun. Beliau adalah seorang budak, penggembala kambing, berperawakan kurus, berkulit hitam, berhidung pesek dan berkaki kecil. Akan tetapi orang-orang senang bercakap-cakap dengan beliau, karena kalimat-kalimat yang beliau ucapkan senantiasa bermakna, penuh hikmah.

Itulah kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada Lukman. Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 12 “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." 

Anugerah hikmah yang dimiliki Lukman inilah, yang membuatnya digelari al-Hakim. Hingga ia dikenal dengan sebutan Lukmanul hakim.

Suatu ketika ada yang bertanya tentang apa yang membuatnya memiliki hikmah. Maka Lukman pun menyebutkan hal-hal yang ia lakukan. Ia menahan pandangan, ia menjaga lisan, ia memperhatikan makanan yang ia makan, ia pelihara kemaluannya, berkata jujur, menunaikan janji, menghormati tamu, memenuhi tetangga dan meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat. Inilah sosok Lukmanul Hakim yang patut kita contoh.

Adapun bagaimana Lukman mendidik anaknya? Surat Lukman (31) ayat 13-19 menggambarkan potretnya. Menggambarkan apa saja yang diajarkan Lukman dan bagaimana cara Lukman mengajarkannya.

Ada lima hal yang diajarkan Lukman pada anaknya. Pertama, Lukman mengajarkan pemurnian aqidah. "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." T.Q.S Lukman (31) ayat 13.
Kedua, Lukman menyampaikan wasiat Allah agar manusia berbuat baik (memperlakukan dengan baik) kedua ibu bapaknya. Terutama ibunya yang telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapih selama dua tahun.

Meski demikian, seandainya kedua ibu bapak tersebut memaksa untuk berlaku syirik, dengan tegas Lukman berkata “Falaa tuti’huma” jangan ikuti keduanya. Namun “Shohib huma” bersahabatlah dengan keduanya di dunia ini dengan cara yang ma’ruf. Artinya, boleh melawan kehendak kedua orang tua dalam perkara syirik, namun wajib atas kita tetap mempergauli keduanya dengan baik. Tetap berkata baik, bersikap baik, melayani mereka dengan baik, dst.

Ketiga, Lukman mengajarkan kepada anaknya bagaimana konsep amal seorang muslim. Bahwa seorang muslim harus senantiasa melakukan kebaikan. Sebab kebaikan sekecil apa pun, sekalipun tersembunyi di dalam batu, tersimpan di langit dan terpendam di dalam bumi; Allah akan membalasnya. Karena Allah sangat detail dalam mengetahui segala sesuatu.

Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 16, “(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

Tak perlu khawatir, meski kebaikan kita tak tampak di mata manusia dan tak terdengar oleh telinga makhluk-Nya. Karena Allah pasti membalasnya. Begitu luar biasa totalitas amal yang diajarkan Lukman pada anaknya.

Keempat, Lukman memerintahkan anaknya menegakkan sholat, beramar ma’ruf nahi munkar dan bersabar atas apa yang menimpa. Firman Allah dalam surat Lukman (31) ayat 17, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang besar dan berat (Azmil umur).”

Ada keterkaitan apa dalam tiga perintah ini; mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi munkar dan bersabar, hingga Lukman menghimpunnya dalam satu poin nasehat? Surat al-Baqarah (2) ayat 45 menjawabnya. “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu…” Maksudnya jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong wahai orang-orang yang beramar ma’ruf nahi munkar.

Sungguh luar biasa Lukman, ia mengajari anaknya untuk memikul tanggung jawab beramar ma’ruf nahi munkar. Memikul perkara besar dan berat (‘azmil umur). Perkara yang beresiko. Perkara yang memerlukan tekad, ketegaran dan ketetapan hati untuk melakukannya. Perkara yang tidak akan sanggup dipikul kecuali oleh orang-orang yang sabar dan orang-orang yang memiliki kedekatan kepada Allah, memiliki ruhiyah yang tinggi dengan memperbanyak menegakkan shalat.

Kelima, Lukman mengajarkan anaknya berakhlak yang baik. Tidak berlaku sombong, tidak berjalan dengan angkuh dan tidak berbicara dengan keras.

Inilah lima poin penting nasehat Lukman untuk anaknya. Dengan lima poin inilah, karakter seorang muslim dibentuk. Yautu ia hanya menjadikan Allah satu-satunya tujuan, tidak ada serikat. Ia berlaku baik pada kedua orang tua. Ia selalu beramal kebaikan dimanapun kapanpun. Ia kokoh bagai karang dalam menyampaikan kebenaran namun santun dalam sikap keseharian.

Semoga kita mampu seperti Lukman. Semoga anak-anak kita mampu kita bentuk dengan karakter hebat sebagaimana Lukman mementuk karakter anaknya.

Wallahu a’lam.

Diubah seperlunya dari : @MuslimahCintaIslam

——————————
/ Silakan share dengan mencantumkan sumber Muslimah News ID - Berkarya untuk Umat /
——————————
Follow kami di
Facebook: fb.com/MuslimahNewsID
Twitter: twitter.com/muslimahnewsid
Telegram: t.me/MuslimahNewsID
IG: instagram.com/MuslimahNewsID.
——————————
Grup WhatsApp: bit.ly/JoinWAMuslimahNewsID
——————————
[06/06, 11:45] Naning Zuliarti: LELAH

Ada 8 kelelahan yang disukai Allah SWT dan RasulNya :

1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya
(QS. 9:111)

2. Lelah dalam berda'wah/mengajak kepada kebaikan (QS.41:33)

3. Lelah dalam beribadah dan beramal sholeh (QS.29:69)

4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. merawat dan mendidik putra/putri amanah Illahi (QS. 31:14)

5. Lelah dalam mencari nafkah halal
(QS. 62:10)

6. Lelah mengurus keluarga
(QS. 66:6)

7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu
(QS. 3:79)

8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit
(QS.2:155)

Semoga kelelahan dan kepayahan yang kita rasakan menjadi bagian yang disukai Allah dan RasulNya. Aamiin yaa Rabbal-'aalamiin

Lelah itu nikmat. Bagaimana mungkin? Logikanya bagaimana? Jika anda seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah dalam kelelahan yang sangat. Itu adalah nikmat Allah swt yang luar biasa, karena banyak orang yang saat ini menganggur dan bingung mencari kerja.

Jika anda seorang istri yang selalu kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, karena betapa banyak wanita sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, namun jodoh tak kunjung hadir.

Jika kita orang tua yang sangat lelah tiap hari, karena merawat dan mendidik anak-anak, sungguh itu nikmat yang luar biasa. Karena betapa banyak pasangan yang sedang menanti hadirnya buah hati, sementara Allah swt belum berkenan memberi amanah.

Lelah dalam Mencari Nafkah

Suatu ketika Nabi saw dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.”

Rasulullah saw menjawab: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan.”
(Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb).

Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapa pun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan hidup di dunia juga memiliki dimensi akhirat.

Bahkan secara khusus Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang kelelahan dalam mencari rejeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.”

Subhanallah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya selalu ada keutamaan.

Kelelahan dalam bekerja bisa mengantarkan meraih kebahagiaan dunia berupa harta, di sisi lain dia mendapatkan keutamaan akhirat dengan terhapusnya dosa-dosa. Syaratnya bekerja dan lelah. Bukankah ini bukti tak terbantahkan, bahwa kelelahan ternyata nikmat yang luar biasa?

Kelelahan Mendidik Anak

Di hari kiamat kelak, ada sepasang orangtua yang diberi dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi.

Keduanya bingung dan bertanya: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan kepada mereka: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu.”

Merawat dan mendidik anak untuk menjadi generasi shaleh/shalehah bukan urusan yang mudah. Betapa berat dan sangat melelahkan. Harta saja tidak cukup.

Betapa banyak orang-orang kaya yang anaknya “gagal” karena mereka sibuk mencari harta, namun abai terhadap pendidikan anak. Mereka mengira dengan uang segalanya bisa diwujudkan. Namun, uang dibuat tidak berdaya saat anak-anak telah menjadi pendurhaka.

Berbahagialah manusia yang selama ini merasakan kelelahan dan berhati-hatilah yang tidak mau berlelah-lelah. Segala sesuatu ada hitungannya di sisi Allah swt. Kebaikan yang besar mendapat keutamaan, kebaikan kecil tidak akan pernah terlupakan.

Rasulullah saw bersabda:

“Pahalamu sesuai dengan kadar lelahmu.”

Allah swt akan selalu menilai dan menghitung dengan teliti dan tepat atas semua prestasi hidup kita, sebagaimana firman-Nya:

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”.
(QS. An-Najm: 39-41).

Mari kita mencari kelelahan yang diridhoi Allah.

*copas*

Baca selengkapnya....

Di Menit ke...eh kok menit. Di .... 3.00.50
Ada yg nanya sesuatu yg sudah ia fahami sebenarnya. Krn sudah ia praktekkan berkali2 di pesantrennya dulu selama 6 tahun..

Dilahat ya zafaaaa...
Itu emaknya nanya ...gayanya lucu bin ajaib gitu...#tepok jidat

https://youtu.be/hpnkebAu6VY

Baca selengkapnya....

YES, RADIKAL
@salimafillah

Masyaallah, rupanya banyak sekali Shalih(in+at) yang sampai menghubungi secara pribadi untuk menyampaikan sedih dan geramnya karena nama saya masuk sebuah daftar yang juga menyertakan guru kita Habib Rizieq, @ustadzabdulsomad, dan @ustadzadihidayat. Waduh, saya yang hanya remah rengginang apek di kaleng Khong Guan berkarat ini merasa sangat tersanjung. Uniknya, di dalam daftar itu ada juga nama para Gurunda yang kiranya akan menyebut kami-kami sebagai 'Persatuan Kebun Binatang', atau malah 'Tumpahkan Saja Darahnya'. Semoga Allah ampuni dan sayangi semua.

Awalnya, saya menyangka akan biasa saja ketika nama saya ada di urut ke-19 senarai bertajuk, '20 Nama Penebar Ajaran Islam Radikal/Wahhabisme' itu. Sebab sudah sejak lama pula nama 'Salim A. Fillah' oleh sebagian yang berbangga dengan kewahhabian dimasukkan daftar 'Ahli Bid'ah', 'Da'i Manhaj Gado-gado', 'Da'i Hizbiyyun Harakiyyun', 'Gembong Ikhwani', atau julukan lainnya.

Memang uniknya, yang sekarang membuat daftar mengatasnamakan 'Generasi muda NU', yang saya merasa menjadi bagian darinya. Saya santri, dididik di Pondok Pesantren Salafiyah, dalam makna asrama pendidikan yang tak memiliki lembaga resmi berjenjang-jenjang, yang alumninya takkan mendapat ijazah atau lembar kertas apapun yang menunjukkan dia pernah belajar apa, kapan, dan di mana. Saya mengaji sorogan dan bandungan, dari Safinatunnajah ke Sullamut Taufiq ke Fathul Qarib hingga Bidayah dan Tuhfah, menazhamkan Hidayatush Shibyan, 'Imrithy, sampai Alfiyah, bermadrasah dan berkhithabah, membaca Maulidusy Syarifil Anam serta mengamalkan Ta'limul Muta'allim; semua mengalir sebagaimana kami memasak dan makan, lalu tidur di lantai berbantal persediaan beras yang membuat tak nyenyak ketika menipis di akhir bulan.

Wahabi? Mungkin maksudnya ndherek Allahuyarham Kyai Abdul Wahab Chasbullah, salah satu dari 3 pendiri NU.

Radikal? Mungkin maksudnya seperti makna asalnya; mengakar. Lha iman kan memang harus seperti pohon yang baik, 'akarnya teguh menghunjam, batangnya bercabang menggapai langit, memberi buah setiap musim dengan izin Rabbnya.' Yang tidak boleh itu ekstrim; ghuluw, ifrath-tafrith, tanaththu'.

Rupanya berada di tengah itu memang sering berarti dikanankan oleh yang kiri dan dikirikan oleh yang kanan.

Alhamdulillah, semua itu tidak ada apa-apanya dengan tuduhan yang menimpa Kangjeng Nabi; gila, penyihir, dukun, tukang syair. Maka selow sahaja njih kita. Katakan saja pada yang buat daftar, "Ih kamyu! Sa ae!"

Jazaakumullaahu khayran pada Shalih(in+at) yang sampai demikian bersimpati menjapri. Mari terus berdakwah, semoga Allah limpahkan berkah. Saya juga akan terus mengurai makna batik dan dhapur serta pamor keris. Lha kan tidak nyambung? Radikalis wahhabis kok suka keris? 😂

Baca selengkapnya....
Naning

Lovely Leader

Lovely Leader Ever

Jumat, 2 Ramadhan 1439 H/ 18 Mei 2018

Bersyukur padaMu ya Rabb atas segala karuniaMu. Kau pertemukan dan dekatkan aku  dengan orang2 shalih, dan kau berikan pada hamba pekerjaan dan lingkungan yang sangat nyaman... Engkau maha baik ya Allah ya Rahman yaa Rahiim...

Cerita 1
Alhamdulillah, di usia hamba yang tidak lagi muda, engkau karuniakan hamba pekerjaan yang sesuai dengan minat bakat dan keilmuan hamba, dengan waktu yg sangat bersahabat ( berangkat setelah mengantar buah hati sekolah, dan pulang 3  jam sebelum kepulangannya dr sekolah), sekaligus jabatan yang biasanya dikejar orang lain dan biasanya saya tolak seperti pengalaman hamba 2007 lalu. Sekarang tidak bisa menolak lagi karena pemberi amanah menyampaikan alasannya yg cukup masuk akal, daaan mulailah di penghujung Februari persis di ulang tahun saya yg ke 39 (meski nggak pernah dirayakan) , saya menempati kantor yg sangat nyaman.. baik lahir maupun batinnya.

Cerita 2
Dua pekan setelah bergabung, kami punya event besar yaitu visitasi dari Depag semacam akreditasi untuk campus lah. Acara yang di hadiri oleh orang2 penting dari Dinas pusat, plus seluruh orang penting di lembaga kami ini berlangsung seharian, hingga jelang malam. Ketika azan maghrib berkumandang, syaikhuna al Mukarrom memanggil saya, yaaa ummu Zahid, yakfiiki. Irjii'y... faham maksudnya kan??? My leader said pulanglah, ada hal anak dan suamimu di rumah, tak perlu kau ikut rapat ini hingga selesai... Allahu akbar. Betapa indahnya bila leader kita muslim yg sangat faham aturan agamanya..👍

Cerita 3
Ramadhan ini jam kerja kami berubah. 09.00- 15.00. Sangat longgar menurut kami. Alhamdulillah kami semua smanah dengan waktu yg sudah di sepakati. Daaan.. ketika kmarin rapat, hingga azan asar berkunandang padahal rapat belum selesai, Syaikh memanggil saya lagi... mengatakan hal yg sama.. tafadhaliii ummu zahid...
Intinya..pulanglah, kau butuh masak dan mrnyiapkan ifthar untuk keluargamu... masyaAllah

Cerita 4
Ada beberapa student aceh yg karena tiket mahal, mereka tdk bisa pulang ke kampung halaman saat liburan hampir dua bulan ini. Dan ...beberapa student td di tanya oleh syaikh.. bener tdk mau pulang? Kemudian ditanya alasan2nya..
Setelah mahasiswi iti pergi, syaikh bicara... klo mau pulang akan di bayari, tapi
Tapi intimys tdk ada paksaan apa...

Baca selengkapnya....
Naning

Munasharah Palestina

Jumat 11052018

07.00 Darussalam kota wisata

Pagi ini, tepat pukul 07.00, 3 bus paskhal ( Pasukan Khalid bin Walid) beranjak menuju Monas untuk berpartisipasi atas pembebasan al Quds, Al Aqsa Palestina. 2 bus diisi oleh ikhwan, dan 1 bus diisi oleh kami para akhwat. Rombongan kawan2 kami dari organisasi telah berangkat pukul 02.00 dini hari tadi karena meniatkan qiyamullail dan sholat subuh di masjid Istiqlal. Sebenarnya saya ingin ikut rombongsn dini hari, tapi karena Fatih, putra kedua saya sedang ulangan harian bahasa arab, mau tidak mau harus menemaninya belajar ulang selepas shalat subuh. Jadilah saya memutuskan ikut rombongan pukul 07.00 ini, yang sudah pasti konsekuensinya adalah dapat tempst jauh dari panggung karena terlalu siang sampai lokasi. Tapi..alhamdulillah ala kulli hal.

Perjalanan sebenarnya cukup menyenangkan, meski sedikit macet tapi tetap bergerak. Jadi pukul 09.30 tepat kami sudah sampai lokasi acara yg sudah fipenuhi oleh massa yg sangat cinta Palestina

*tulisan lengkap menyusul...

Baca selengkapnya....
Naning

Macam2 Surga

INILAH MACAM-MACAM SURGA:

1. SURGA FIRDAUS,
2. SURGA ’ADN,
3. SURGA NAIM,
4. SURGA MA’WA,
5. SURGA DARUSSALAM,
6. SURGA DARUL MUQAMAH,
7. SURGA AL-MAQAMUL AMIN,
8. SURGA KHULDI.

Keterangan:
1). SURGA FIRDAUS:
Surga yang diciptakan dari emas yang merah dan di peruntukan bagi orang yang khusyuk sholatnya,menjauhkan diri dari perbuataan sia-sia,aktif menunaikan zakat,menjaga kemaluaannya,memelihara amanah,menepatijanji dan memelihara sholatnya.
.
2). SURGA ‘ADN:
Surga yang di ciptakan dari intan putih dan di peruntukkan bagi orang yang bertakwa kepada ALLAH (An Nahl:30-31), benar-benar beriman dan beramal shaleh (Thaha:75-76), banyak berbuat baik (Fathir: 32-33), sabar,menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan (Ar-Ra’ad:22-23).
.
3). SURGA NAIM:
Surga yang diciptakan dari perak putih dan di peruntukkan bagi orang-orang yang benar-benar bertakwa kepada ALLAH dan beramal shaleh. Al Qalam: 34
.
4). SURGA MA’WA:
Surga yang diciptakan dari jamrud hijau dan di peruntukan bagi orang- orang yang bertakwa kepada ALLAH (An Najm: 15), beramal shaleh (As Sajdah: 19), serta takut kepada kebesaran ALLAH dan menahan hawa nafsu (An Naziat : 40-41)
.
5). SURGA DARUSSALAM:
Surga yang di ciptakan dari yakut merah dan di peruntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya,memperhatikan ayat-ayat ALLAH serta beramal shaleh.
.
6). SURGA DARUL MUQAMAH:
Surga yang di ciptakan dari permataa putih dan di peruntukkan bagi orang yang bersyukur kepada ALLAH. Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal di mana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg di sebutkan di dalam surat Faathir ayat 35. Sedangkan surga Darul Muaqaamah ini terbuat dari permata putih.
.
7).SURGA AL-MAQAMUL AMIN:
Surga yang di ciptakan dari permata putih.
Kata Al-Maqamul Amin menurut Dr M Taquid-Din dan Dr M Khan berarti tempat yang dan di peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa sedangkan surga Al-MaqamulAmin ini terbuat dari permata putih.
.
8). SURGA KHULDI:
Surga yang diciptakan dari marjan merah dan kuning diperuntukkan bagi orang yang taat menjalankan perintah ALLAH dan menjauhi larangannya (orang-orang yang bertakwa).
.
MASYA'ALLAH…
Semoga Kita semua termasuk ke dalam salah satu dari 8 macam surga di atas.
.
Aamiin Ya Robbal'alamin..

SYARAT Pemesanan:
👉 Taubat & Kembali kpd Jalan-Nya.
👉 Berpegang Teguh Agama-Nya.
👉 Melaksanakan Syari'at-Nya.
👉 Rejeki yang Halal & Thoyib
👉 Menjauhi yang dilarangNya.

DP:
👉100% Sholat Fardhu & Sunah
👉2,5% Sisihkan harta utk Zakat
👉100% Rajin bershodaqoh & Infaq
👉100% Sempatkan waktu utk membaca Al-Quran, Mengejar Ilmu, Beramal sholeh, Silaturahim, Mendoakan ke-2 Ortu, Berdakwah

Waktu sangat terbatas !
(karena dibatasi oleh KEMATIAN)

Stock Hunian Tak Terbatas !
Di jamin Bebas Roaming !

Inilah sebaik-baik tempat tinggal.

Ayo segera DP skrg juga, tidak perlu menunggu tua atau kaya raya. . :)

Baca selengkapnya....

Blogger Templates by Blog Forum